" Bagaimana bisa kalian terluka? "
Itu suara Kakek Adam. Sontak yang lainnya melihat ke arahnya.

' What? Ini kakek-kakek waras apa kagak? Dikira cucunya itu anti gores apa gimana? Yakali kagak bisa luka. Bisa-bisanya pertanyaan nya kek gitu. ' batin Leya.

" Ck. Tentu saja kami ini masih manusia yang bisa terluka. " jawab Alvin dengan nada malas.

" Maksudku.. Kalian tidak se 'sederhana' itu, dan dengan mudahnya kalian terluka begitu banyak. " ucap Kakek lagi.

Mereka mengerti apa maksud dari ucapan Kakek, tentu saja kecuali Leya yang bingung namun masih bisa mengendalikan raut tenangnya.

" Entahlah. Kami juga tidak tau. " ucap Dylan sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Begitu pun kelima pemuda lainnya.

Mereka semua bertingkah aneh, seakan malu mengakui sesuatu. Ya, biarkan rahasia itu mereka simpan sendiri.

" Sudahlah.. Sekarang kita obati dulu luka kalian. Ale sayang, tolong bantu mengobati kakak-kakak mu ya. "

Ucap Mami menengahi dan meminta Leya ikut membantu.


*

*

Dalam sebuah ruangan, tampak seorang wanita yang berusaha menenangkan seorang pria.

" Bagaimana bisa anak-anaknya itu sangat kuat. Sepertinya sulit sekali menghancurkan mereka. Belum lagi si bajingan Damian itu, aku benar-benar muak. " geram pria itu.

" Aku bahkan sudah menyuruh Rendi untuk membuat panas mereka dan membuat mereka tidak fokus berkelahi. Namun tetap saja mereka menang. " lanjutnya.

Sementara si wanita hanya mampu mengusap punggung pria itu berusaha menenangkannya.

Brakk!!

" Apa kau tidak memiliki sopan santun. " ucap pria itu pada seorang pemuda yang baru saja membuka pintu dengan kasar.

" Itu kerjaanmu kan? Kau yang membuat Predator dan Argos menyerang sekolahku dengan mendadak.. Tidak bisakah kau jangan mengganggu mereka!! Urus saja masalah mu sendiri dan jangan melibatkan orang yang tidak bersalah!! " Ucap pemuda itu penuh amarah.

" Heh.. Memangnya kenapa? Merasa bersalah pada temanmu itu hm? Aku sama sekali tidak peduli. Lebih baik kau perbaiki tata krama mu untuk lebih menghargaiku. " ujar pria itu meremehkan.

" Sial. Aku tidak sudi menghargai manusia tidak bermoral sepertimu! "

Selesai mengucapkan itu, dia berlalu pergi dari sana.

*

*

Hari mulai malam, dan Leya malah masih keluyuran di komplek sekitar. Sebenarnya Leya hanya ingin cari udara segar karena merasa panas ketika di rumah. Tidak, tentu saja dirumahnya punya AC, namun yang membuat panas adalah suasana hatinya nya yang begitu tidak enak.

Flashback on

Setelah Mami memintanya membantu, Leya mendapat bagian mengobati Alvan dan Alvin. Dia pun hanya menurut dan mencoba mengobati mereka dengan tenang dan lembut. Saat itu Leya mengobati mereka di kamar Alvin.

Alvan dan Alvin menanggalkan atasannya hingga bertelanjang dada. Supaya lebih gampang mengompres lebam yang berada di tubuhnya.

Melihat lelaki bertelanjang dada menampilkan otot-otot kekar bahkan perut kotak-kotaknya, Leya hampir dibuat mimisan.

Bagaimanapun dia masih seorang gadis remaja yang mendambakan lelaki tampan dan kuat. Ditambah lagi luka-luka yang bertengger di tubuh mereka menambah kesan keren dimatanya.

A to BarBarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang