Kali ini dia menggerai biasa rambutnya. Tapi tetap mengantongi ikat rambutnya. Karena mungkin nanti dia akan mampir makan di kedai untuk sarapan. Karena di rumah, para orang tua sudah berangkat bekerja dan tidak sempat sarapan. Pembantu juga tidak setiap hari datang karena Maminya lebih suka masak sendiri.

Leya melangkahkan kakinya menuruni tangga. Di ruang tamu sudah ada keenam saudaranya sedang berkumpul. Entah apa yang dilakukan mereka Leya juga tidak peduli.

" Mau kemana? " tanya Alvan.

" Mau jalan. " jawab Leya singkat.

" Jalan kemana? Belom mandi kan lo. " sahut Alvin.

" Terserah. Yang penting mau jalan. " jawab Leya.

" Jan lupa waktu dek. Jangan sampek sore. " kata Alvan.

Sontak perkataannya membuat kelima lelaki disana memandangnya. Si Alvan ngomong lembut bahkan itu untuk Leya.

Leya sendiri hanya menganggukkan kepalanya tanpa repot-repot membalas ucapan Alvan kemudian berlalu pergi.

Entah kenapa jalan yang dilewatinya selalu sepi. Padahal jalan yang dilaluinya berbeda dari yang sebelum-sebelumnya. Tapi masih saja sepi orang lewat. Dan entah kebetulan macam apa, setiap jalan-jalan dia selalu bertemu orang-orang bermasalah. Seperti saat ini. Lagi.

Di depan sana tampak keenam kakak kelasnya tengah berdiri disamping sebuah mobil. Satu orang sepertinya tengah memeriksa mesin mobil yang saat ini kap nya terbuka. Sepertinya mobil mereka mogok. Leya pun menghampiri mereka.

" Mogok bro? "

" Astaghfirullah kaget. Elu kalo dateng jangan ngagetin dong. " Arsen yang saat itu sedang memeriksa mesin terkejut karena Leya yang tiba-tiba datang bahkan tanpa suara sudah ada disebelahnya.

" Hahahah.. Salah siapa kagetan. " ejek Leya.

" Perasaan di mana-mana ketemu mulu dah sama lo. " ucap Renal.

" Sini gue liat mesin nya. "

Leya mengabaikan ocehan Renal dan meminta Arsen menyingkir biar dia memeriksa mobilnya. Sebelum itu dia mengikat rambutnya dulu.

Dan pemandangan Leya mengikat rambutnya membuat para lelaki disana terpesona.

Leya pun mulai memeriksa dan mencari apa yang salah. Raut wajahnya sangat serius meneliti setiap bagian. Bahkan tangan dan wajahnya kini kotor dengan noda hitam.

" Ada perkakas? " tanya Leya.

" Enggak ada. " jawab Renal seadanya.

Leya pun bingung. Bagaimana cara membetulkan mobilnya jika tidak ada peralatannya. Namun dia punya ide. Dia langsung meraih handphone nya dan mengetikan sesuatu. Setelah itu dia duduk diam menunggu.

Sedangkan para lelaki disana malah semakin bingung. Bagaimana tidak, habis memainkan HP nya dia malah lesehan di pinggir jalan.

Namun tak berapa lama, jalan yang tadinya sepi tampak pemotor melaju ke arah mereka. Tampak sekali motor itu melaju dengan ugal-ugalan. Semakin dekat semakin nampak bahwa penumpangnya dua orang perempuan. Itu adalah Ryujin dan Somi.

Motor mereka pun berhenti tepat di depan mereka. Mereka tampak membawa sekantung kresek sedang yang entah isinya apa. Tingkah mereka bahkan sangat aneh. Mereka turun dari motor mereka dengan tergesa-gesa dan mendekati Leya.

" Mana? Mana yang lecet? "

" Kagak kena apa-apa kan badan lo? "

" Gimana ceritanya sih hah? "

A to BarBarWhere stories live. Discover now