EXTRA PART III

32.1K 4.1K 123
                                    

⚠️Warning! Yang belom baca dan udah penasaran buka part terakhir ini, lebih baik baca dari awal! Part ini dan beberapa part sebelumnya sangat amat spoiler dan membuat penyesalan, juga sangat mencengangkan!



"Hai, hari ini adalah ulang tahun Luna yang ke-20." Dania mulai memutarkan video ke-5. Gadis cantik berambut panjang muncul di layar ponsel.

"Nggak terasa ya, sekarang Luna udah 7 tahun tinggal di Asrama Keputrian. Hmm... selama 7 tahun ke belakang, cuma tahun ini yang paling berkesan buat Luna. Tahun 2018 ini, adalah tahun paling istimewa di Asrama Keputrian." Gadis di dalam layar terdiam. Menunduk ke arah lantai.

Video itu diambil pada tanggal 16 Desember 2018. Tepatnya pukul 13.30 siang, di atas rooftop asrama 1, hanya selang 10 menit setelah Dania pergi ke toko kue. Luna sebenarnya menyadari kepergian Dania kala itu. Kesempatan waktu itu langsung dimanfaatkan Luna untuk membuat dokumentasi ulang tahun.

"Hari ini nggak ada kue, hari ini juga nggak ada lilin, atau-pun doa ulang tahun. Luna udah nggak butuh semua itu. Doa yang selalu Luna minta selama 6 tahun belakangan, udah dikabulin sama Allah. Dan Luna udah merasa cukup dengan itu."

Dania menggigit jari-jarinya. Air mata terus berlinangan.

"Allah udah kasih sahabat buat Luna. Dia adalah seorang perempuan cantik, anaknya baik, pemberani, lucu, pokoknya istimewaaa.. banget."

"Namanya Dania. Dia udah jadi sahabat Luna di sini. Kita udah sahabatan dari 2 bulan yang lalu. Dan Luna rasa, dia adalah perempuan terbaik yang pernah Luna temuin." Gadis cantik di layar ponsel tersenyum, sesaat sebelum ia menghentikan rekamannya.

Tangisan Dania membeludak. Video ke-5 berakhir sampai di situ. Luna tak membutuhkan kue di ulang tahunnya yang ke-20 itu. Luna juga tak perlu berdoa untuk dirinya lagi. Sebab, kue dan seluruh doa-nya itu bertuju pada Dania.

Tuhan telah menggantikan kue yang Luna gunakan untuk menghilangkan rasa sepinya, dengan kehadiran sosok gadis bernama Dania 2 bulan sebelum ulang tahunnya tersebut. Sedangkan doa ulang tahun itu, telah Tuhan kabulkan dengan kehadiran Dania juga. Luna selalu berdoa kepada Tuhan untuk diberikan seorang sahabat.

Dania tertunduk. Menatap wajah cantik Luna yang masih tampak di layar ponsel.

"Sianida itu, seharusnya bukan buat kamu, Lun. Tapi buat aku,"

• • •

Pukul 17.00
Mobil yang Javir kendarai berhenti.
Mereka telah sampai di suatu tempat. Sebuah pantai wisata yang sangat terkenal di Ibu Kota. Pantai Ancol.

Siang tadi usai dari Asrama Keputrian, Dania menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Luna. Di atas tanah kuburan Luna, tumbuh sebuah bunga matahari besar yang sangat indah. Bunga itu subur, dengan mahkota yang berwarna kuning cerah dan memekar lebar.

Dania, Althar, beserta Javir turun dari mobil. Althar dengan sigap langsung membantu Dania untuk berjalan. Mereka mulai mengelilingi area sekitar pantai.

Angin berhembus cukup kencang sore itu. Hari itu bukan hari libur, tidak banyak pengunjung di sana. Matahari juga sudah tampak mulai menurun. Yang beberapa menit ke depan akan menenggelamkan dirinya.

Baru beberapa saat berjalan, langkah Javir tiba-tiba terhenti. Pria itu menatap tegang pembatas batu tempat orang-orang duduk biasanya.

"Kenapa, Bang?" Althar yang tersadar ikut berhenti. Menatap panik ekspresi Javir yang terlihat aneh.

Javir menundukkan kepala. Raut wajah pria itu sangat gelisah.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang