CURIGA

51.5K 7.5K 161
                                    

Pukul 06.20

KUKURUYUK...
Terdengar suara kokokan ayam jantan.
Pagi telah tiba. Matahari sudah menampakkan tubuhnya di bujur timur kota Palu.

Sama seperti pagi lainnya. Dania berangkat ke sekolah tanpa sarapan. Langsung bergegas mengambil tas sekolahnya, juga mengambil sepatu yang sudah sedikit pudar.

Kemarin Dania tidak jadi memberi tahu Sarah soal penjualan basrengnya di sekolah. Ia kehilangan semangat untuk memberi tahu Sarah, usai mendengarkan cerita masa lalu Sarah itu.

Dania mulai mengikatkan tali sepatunya. Gadis itu masih bersiap sambil duduk di sebuah kursi kayu di halaman rumah. Masih ada waktu 40 menit. Ia tak akan terlambat.

Sebelum berangkat, seperti kemarin, Dania menyempatkan diri untuk mampir ke rumah tetangganya. Seorang pria tua penjual cemilan basreng itu.

Hari ini akan berbeda dari kemarin. Uang hasil penjualan yang Dania dapatkan kemarin menghasilkan keuntungan dua kali lipat. Hari ini ia akan membeli 12 plastik basreng. Dimana 1 plastik berisi 10 bungkus.

Dania menyerahkan tumpukkan uang seribuan kepada Pria tua yang menjual basreng itu. Total uang yang ia berikan kepada pria tua itu berjumlah Rp.60.000.

Gadis itu langsung memasukkan 12 plastik basreng yang telah ia beli tersebut ke dalam kardus air mineral bekas yang sama dengan kardus kemarin.

Dania kemudian bergegas menuju sekolah. Gadis itu tak ingin dirinya terlambat. Hari ini hari kamis. Tanggal 27 September 2018. Dan yang akan menghukum siswa dan siswi yang terlambat adalah seorang guru bernama Bu Nia.

Bu Nia adalah seorang guru yang baik dan tidak galak. Namun Dania tetap saja tidak mau untuk terlambat. Dia adalah gadis yang baik, dan selalu baik.

• • •

Dringg....
Bel masuk sekolah berbunyi.
Kini tepat 12 menit setelah Dania menginjakkan kaki di halaman sekolah.

Bangku di sebelah Dania kosong. Gadis yang menghuni bangku itu belum terlihat dari tadi. Dania menatap heran. Keningnya mengerut, penuh dengan pertanyaan. Gadis yang duduk di sebelah Dania itu adalah Veni. Dan Veni sangat jarang terlambat ke sekolah.

Jam menunjukkan pukul 07.30.
Jam pelajaran pertama dimulai. Murid-murid yang dihukum karena terlambat mulai memasuki kelasnya.

Terlihat sosok gadis cantik berambut hitam panjang, tengah berjalan memasuki kelas Dania dengan jalannya khasnya yang centil. Ya, itu adalah Veni. Ia berjalan menuju bangkunya yang berada di sebelah Dania.

"Tumben, Ven?" Dania menatap bingung Gadis itu.

"Tumben apa?" Veni menoleh, menatap Dania heran.

"Tumben kamu telat. Kok bisa?"

"Tadi kalung yang almarhum ayahku kasih ilang. Aku panik banget, terus ku cari-cari ke semua tempat di rumah, lamaaa... banget! Eh, ternyata kalungnya lagi kupake. Bodoh banget!" Jelas Veni.

Dania sontak tertawa. Kemudian diikuti dengan Veni. Menertawakan kebodohannya sendiri.

Veni melihat ke arah kardus basreng Dania, "Kamu mau jualan lagi?"

"Iya, mau jualan lagi." Jawab Dania sambil tersenyum.

"Yaudah entar aku bantuin lagi deh!" Balas Veni ikut tersenyum.

"Oke, makasih, Ven!" Dania berterima kasih. Wajah Gadis itu tampak berseri. Sangat senang dengan tawaran Veni.

"Eh, ini gelang dipake terus, ya? Aduhh.. bucin banget deh!" Veni menatap gelang yang Dania pakai. Menggoda-goda Dania dengan tingkah lucunya.

Dania hanya terdiam sambil tersenyum malu. Ia sebenarnya sangat malas untuk membahas soal gelang tersebut.

• • •

Dringg...
Bel istirahat berbunyi.
Jam menunjukkan pukul 09.00 WITA.

Seperti kemarin, Dania dan Veni bergegas berkeliling sekolah untuk menjualkan basreng. Dania tak lupa menyisihkan 3 bungkus basreng yang telah dipesan Ryo kemarin. Ia meletakkan 3 bungkus basreng pesanan Ryo tersebut di bawah laci mejanya.

4 menit sebelum jam istirahat berakhir, 12 plastik basreng yang Dania jual bersama Veni sudah habis. Mereka tak menyangka para adik kelasnya sangat menyukai basreng itu.

Kedua gadis itu kemudian berjalan kembali ke kelas, mereka tertawa riang di koridor sekolah sepanjang perjalanan kembali ke kelas.

Dania menuju bangku tempat ia duduk, lalu disusul oleh Veni dibelakangnya. Seorang murid laki-laki sudah menunggu kedatangan Dania dari tadi. Pria itu langsung berjalan menghampiri Dania.

Murid laki-laki itu adalah Ryo. Ia duduk sebuah bangku yang ada di depan meja Dania dan Veni.

"Pesananku mana, Dan?" Ryo menatap antusias Dania. Mulutnya tersenyum lebar. Sambil menjulurkan tangan hendak meminta basreng pesanannya itu.

"Ooh, ini pesananmu, Yo!" Jawab Dania gugup. Buru-buru mengambil 3 bungkus basreng dari dalam lacinya.

"Nih, uangnya!" Ryo menjulurkan uang Rp.5000 kepada Dania.

"Kembaliannya ambil aja, dua ribu doang, kan?" Lanjut Pria itu sambil tersenyum.

"Oh... Iya! Makasih ya, Yo!" Sahut Dania berterima kasih.

"Sama-sama." Jawab Ryo dengan senyum manisnya. Terlihat cukup menjengkelkan.

Ryo kemudian langsung berbalik arah meninggalkan meja Dania. Berjalan kembali ke bangkunya, yang berjarak 4 bangku di depan bangku Dania, dan 1 bangku di ke sebelah kiri.

Sepanjang Ryo berjalan kembali ke mejanya, Dania terus memperhatikan Pria itu. Ia tak sengaja melihat Ryo berbisik kepada teman sebangkunya. David. Ryo tiba-tiba saja tersenyum-senyum sendiri usai berbisik kepada David. Membuat Dania merasa curiga.

Tiba-tiba saja, David melihat ke arah Dania. Dania terkaget. Sontak membuang muka ke arah Veni.

"Apa maksud tatapan David barusan? Kenapa Pria itu tiba-tiba menatap ke arahku?" Pertanyaan itu seketika terbesit di kepala Dania.

Dania memang tidak mendengar apa yang dibisikkan oleh Ryo kepada David. Namun, ketika ia yang melihat Ryo tersenyum-senyum, Dania seketika menjadi "kegeeran". Entah kenapa Gadis itu ikut tersenyum-senyum sendiri. Saat itu Dania mulai mencurigai Ryo. Ia merasa ada sesuatu pada Ryo.

"Yess!! Kita nanti belajar bareng Althar lagi!" Pekik Veni tiba-tiba. Mengagetkan Dania yang sedang tegang.

"Oh, iya, besok kita udah lomba!" Sahut Dania baru teringat.

Hari itu adalah H-1 lomba cerdas cermat. Bu Tari telah menyuruh Dania, Veni, dan Althar untuk belajar bersama kembali sepulang sekolah. Besok mereka akan ikut lomba.

"Aku yakin, sih, besok kita pasti menang! Siapa sih yang mau ngalahin murid pinter kaya kita bertiga?" Cetus Veni. Menyombongkan diri sambil memelaskan wajah.

"Hahahahaha," Dania dan Veni tertawa.

Dua gadis itu sama sekali tidak mengetahui, takdir apa yang akan mereka temui esok hari.

• • •

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang