ASRAMA KEPUTRIAN

35.3K 5.5K 75
                                    

Tepat esok hari setelah Dania meminta Bunda untuk tinggal di Asrama Keputrian, Bunda dengan segera langsung memasukkan gadis itu ke asrama tersebut.

Sebuah asrama yang didirikan oleh seorang wanita mantan relawan. Asrama yang didirikan untuk menampung wanita-wanita miskin, wanita-wanita jalanan, ataupun wanita-wanita sebatang kara yang tidak memiliki keluarga lagi.

Asrama Keputrian itu hanya terbuka untuk para wanita yang masih remaja saja. Asrama ini didirikan bertujuan untuk memberikan kehidupan yang lebih layak untuk para perempuan-perempuan yang tidak memiliki biaya untuk menghidupi dirinya lagi.

Istilah "Asrama Keputrian" sebenarnya adalah sebutan halus untuk menutupi sebutan kasar dari nama "Panti Wanita".

• • •

Pukul 08.20

Sri melambaikan tangannya dari teras rumah kepada mobil berwarna hitam milik Bunda yang sedang mundur di halaman rumah. Di dalam sana ada Dania, Bunda, dan juga Althar. Tak lama kemudian mobil itu mulai berjalan keluar. Melaju meninggalkan rumah.

Sri berjalan masuk kembali. Menutup mulut dengan tangan sambil bersandar pada pintu masuk. Wanita itu menangis. Terisak-isak sangat cekit. Ia benar-benar merasa sedih. Pagi itu Dania telah pergi. Teman yang baru saja datang menyinari kesunyiannya kini tak ada lagi.

Hari itu Dania sudah resmi untuk masuk ke Asrama Keputrian. Althar dan Bunda mengantarkannya ke asrama tersebut pagi itu.

Perasaan Dania campur aduk. Hatinya merasa sangat tak enak dengan Bunda. Namun ia juga merasa lega karena tidak akan tinggal bersama Sarah lagi. Gadis kecil yang tak sengaja menjadi penyebab dirinya terus berlarut dalam kesedihan belakangan ini.

Sepanjang perjalanan menuju Asrama Keputrian, Dania hanya menunduk. Diam menatap lugu ke lantai mobil. Ia sebenarnya merasa sedikit ragu dengan keputusan yang baru saja diambilnya itu.

Namun, Dania juga tidak mau jika harus tetap tinggal di rumah Althar. Ia tak ingin dirinya akan selalu bersedih jika harus bertemu dengan Sarah setiap hari.

~

Pukul 09.00

Mobil yang dikendarai Althar itu berhenti. Mereka telah sampai di gerbang masuk Asrama Keputrian. Althar langsung memarkirkan mobil di dekat 2 buah gedung yang berseberangan di dalam area asrama.

Bunda tanpa banyak bicara langsung mengambil ponselnya. Menelepon seorang pengurus asrama yang telah membantu pendaftaran Dania kemarin. Bunda hendak memberi tahu kepadanya bahwa mereka sudah sampai di sana untuk mengantarkan Dania.

"Ayuk turun! Sini, Bunda temenin." Bunda tersenyum manis. Mengajak Dania untuk turun usai mematikan teleponnya.

Dania mengangguk. Kemudian terdiam sejenak, menatap Althar yang sedang melamun di depannya.

"Eh, aku nunggu di sini aja, Dan. Banyak cewek soalnya, ya? Aku nggak mungkin ikutan turun, kan?" Pria itu akhirnya tersadar.

"Oh, oke, Thar. Aku pergi dulu, ya! Makasih banyak." Dania berkata dingin. Kemudian perlahan turun dari mobil dan mengeluarkan koper yang ia bawa dari bagasi.

"Semangat ya, Dan! Semoga tempat ini bisa bikin kamu jadi lebih baik. Bisa bikin kamu jadi ikhlas. Tapi jangan lupa sama hijabmu ya. Jangan dilepas." Althar memberi semangat. Berkata sambil memandang Dania di balik jendela mobil yang terbuka.

"Iya, Thar, insyaAllah. Assalamualaikum!" Dania tersenyum tipis. Kemudian berjalan mengikuti Bunda di depannya.

"Waalaikumussalam." Althar ikut tersenyum.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang