HARI PERTAMA

33.3K 5.2K 158
                                    

"Heh, Anak Baru. Intinya lu hidup di sini, lu itu tinggal dengerin kata-kata Yasmin dan kita-kita aja! Hidup lu dijamin nggak akan bermasalah deh!" Seorang gadis yang dipanggil Yasmin tadi berjalan mendekati Dania. Namanya adalah "Dara".

"Terus harus jadi babu?" Dania menyahut tak terima. Alisnya tajam tak merasa terancam.

"Heh, Anak Baru! Lu nggak usah songong ya! Masih anak baru aja udah sombong kaya gini. Inget ya, kalo elu berani bantah omongan kita, hidup lu nggak akan pernah enak! Lu bakal dimusuhin sama seluruh anak di sini!" Potong seorang gadis bernama Silvi teman Yasmin yang juga tinggal di kamar itu.

"Nggak jelas!" Dania memutar matanya malas. Memalingkan wajahnya dari hadapan Yasmin, Dara, dan Silvi.

TASSS....
Yasmin langsung menampar wajah Dania dengan sangat keras.

"Lu jangan macem-macem ya! Lu dengerin aja! Kalo elu kaya gini terus, lu bakal kita siksa, tau lu!" Yasmin membentak. Menarik kemeja yang Dania kenekan dengan erat.

"Ahh..." Dania merintih kesakitan.

Pipinya seketika memerah karena tamparan Yasmin barusan. Sejak saat itu, muncul rasa takut di dalam benak Dania dengan Yasmin dan teman-temannya itu.

"Luna! Ambilin handuk gue! Gue mau mandi." Yasmin berteriak, sembari melepaskan Dania dari tarikannya. Ia menyuruh salah seorang gadis yang tinggal di kamar itu.

Sosok gadis yang dipanggil Yasmin langsung beranjak. Berjalan tergesa-gesa keluar dari kamar memenuhi perintah Yasmin.

Napas Dania tersengal-sengal. Sungguh terkaget melihat gadis yang suka rela diperbudak oleh Yasmin itu. Ia baru megetahui kala itu, betapa ditakutinya Yasmin dan teman-temannya oleh anak-anak di asrama.

"Ini handuknya, Min." Gadis yang diperintah Yasmin tadi kembali. Membawa sebuah handuk berwarna putih. Sesuai dengan yang diperintahkan Yasmin.

Nama gadis itu adalah Luna. Salah seorang dari penghuni kamar nomor 8.

"Apa? Apa lu bilang, Lun? Min? Min!? Berani-beraninya lu manggil gue make nama. Panggil gue 'Putri Yasmin'. Oke, Babu?" Yasmin membelai rambut yang menutupi telinganya. Merasa tak percaya mendengar panggilan Luna. Kemudian tertawa bersama 3 gadis penghuni lain di kamar itu.

Dania hanya diam. Sebenarnya hatinya sangat panas hendak melawan gadis itu. Yasmin memang memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan para anak-anak di Asrama Keputrian. Terutama di Asrama 1. Sebuah kedudukan yang diciptakan oleh sifat kesenioran.

"Kenapa diem aja? Ulangin dong! Tadi kan lu salah, BABU!" Yasmin menyentuh dagu Luna dengan jari telunjuknya.

"Ini handuknya, Putri Yasmin." Luna mengulang perkataannya. Ekspresinya penuh rasa takut.

"Sekarang lu bawa anak baru itu buat keliling asrama, Lun. Kasih tau babu gue yang baru itu dimana tempat nyuci, dapur, tempat jemur baju, segala macem deh. Biar kalo gue mau nyuruh-nyuruh dia, dia udah tau tempatnya di mana aja." Yasmin berkata sombong.

Luna yang mendengar perintah Yasmin itu dengan cepat berjalan menghampiri Dania. Menarik lengan gadis itu untuk diajak keluar kamar. Dania menggeleng kasar. Menahan lengannya, tak mau menuruti apa yang diperintahkan Yasmin itu.

"Cepet... ayo! Cepet aja, Dan! Cepet!" Pekik Luna sambil terus menarik lengan gadis itu.

Dania akhirnya pasrah. Terpaksa mengikuti Luna keluar kamar. Gadis itu berjalan sambil menatap sinis ke arah Yasmin.

"APA LU?!" Yasmin merasa tak terima.

"Kamu kenapa sih? Mau aja dijadiin bubu sama orang kaya gitu?" Dania menatap heran ke arah Luna. 2 menit setelah pergi keluar kamar.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang