MALANG

130K 14.2K 527
                                    


"KAU SUDAH SALAT?" Suara bentakan seorang wanita tua menembus kain tipis yang menjadi penutup kamar Dania.

"Dania sudah salat, Bu." Dania menjawab lembut, takut-takut, sedikit mencoba paham. Wanita tua yang membentak Dania adalah ibu Dania sendiri. Namanya Sarah. Dia adalah seorang wanita tua yang memiliki permasalahan kesehatan mental. Zaman sekarang mungkin orang-orang lebih familier dengan kata mental health, meski maknanya sama.

Dania tidak banyak protes, dia segera menyiapkan perlengkapan tulis dan baca untuk dibawa ke sekolah, termasuk memasukkan 3 buku yang dia baca tadi ke dalam tas.

"KAU SUDAH SARAPAN?" Sarah kembali membentak buah hatinya.

Dania terpaku menggenggam tas sekolahnya. Perutnya keroncongan. Bagaimana dia bisa sarapan, sedangkan porsi yang tiap pagi ibunya siapkan hanya untuk satu orang dikurangi lebih banyak dan dia memiliki ayah dan kakak laki-laki yang juga butuh makan. Tapi itulah istimewanya Dania, dia terlahir bersama rasa pengertian yang begitu dalam. Peduli amat dirinya lapar, selagi orang-orang yang dia sayang kenyang dengan makanan yang terbatas, dia juga bisa kenyang dengan sendirinya.

"Sudah, Bu." Dania terpaksa berbohong demi menuruti rasa takutnya. Emosi Sarah tampak benar-benar sedang tidak terkontrol pagi itu.

SREET!!!
Sarah menarik kasar tirai penutup kamar Dania, "CEPAT KAU BERANGKAT!" Tangannya menunjuk ke pintu keluar.

Dania terkejut, menundukkan kepala. "I-iya, Bu. Ini Dania mau berangkat." putrinya buru-buru beranjak keluar, mengambil sepatu sekolah.

Dania berjalan keluar rumah. Langsung bergegas berangkat ke sekolah. Ia sungguh malas menghadapi Sarah ketika emosi wanita tua itu sedang tak terkontrol.

Dania sering mendapat perlakuan kasar dari Sarah seperti tadi. Ia paham bahwa ibunya sangat kasar seperti itu dikarenakan suatu sebab. Namun lama-kelamaan ia juga merasa lelah dengan ibunya.

Sarah memiliki sebuah masalah pada kesehentan mentalnya. Semua itu disebabkan ulah suami dan anak laki-lakinya sendiri. Yaitu ayah dan abang Dania.

Dulu Sarah adalah seorang wanita yang lemah lembut. Semuanya seketika berubah saat abang Dania mulai lulus SMA. 3 tahun yang lalu. Tahun 2015.

Sarah menabung begitu banyak uang untuk menguliahkan abang Dania di sebuah universitas negerti setelah lulus SMA. Dan pada akhirnya uang yang telah ia tabung tersebut berujung hangus begitu saja.

Sarah telah mengeluarkan banyak uang tabungannya untuk membayar uang masuk kuliah anak laki-lakinya itu. Abang Dania telah dimasukkan ke sebuah universitas negeri di Sulawesi Tengah. Dan Pria itu sendiri-lah yang meminta Sarah untuk dikuliahkan di sana.

Tak ada angin, tak ada hujan. Entah apa yang terjadi. Setelah Sarah membayarkan uang berjuta-juta hasil tabungannya untuk membayar uang masuk, tiba-tiba saja Abang Dania tak mau untuk berkuliah.

Pria itu memang anak laki-laki yang sangat keras kepala. Padahal ia sendiri yang meminta Sarah untuk dikuliahkan. Namun ia sendiri juga yang menolak untuk kuliah setelah itu.

Sarah benar-benar sangat murka dan marah kepada abang Dania. Ia memarahi abang Dania habis-habisan. Namun Abang Dania justru melawan. Menimbulkan kericuhan parah di dalam rumah.

Dania hanya menutup kuping di dalam kamar. Tak sanggup mendengarkan keributan ibu dan abangnya sendiri. Hatinya terasa tergores. Dan pada akhirnya, Sarah-lah mengalah. Ia pasrah melihat kebiadaban anak laki-lakinya itu.

Ribuan air mata, keringat, bahkan tetesan darah yang telah Sarah perjuangkan bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang kuliah Abang Dania itu sirna begitu saja. Ia benar-benar tidak mendapatkan sepeser pun kembalian dari hasil perjuangannya itu.

Abang Dania berujung menjadi seorang pengangguran yang menghambur-hamburkan penghasilan Sarah. Ia tak segan mengambil uang Sarah diam-diam. Dan uang itu akan ia gunakan untuk bersenang-senang bersama seorang gadis yang dijadikannya sebagai seorang pacar.

Semakin berjalannya hari, Sarah semakin stress. Ia lelah dan pasrah menghadapi anak laki-lakinya itu. Sarah bahkan sampai tak berani lagi untuk berurusan dengan anak laki-lakinya sendiri.

Ayah?, Ayah Dania bagaimana?

Ayah Dania adalah seorang pecandu minuman keras. Seorang pemabuk! Ia tak memiliki pekerjaan tetap yang dapat menafkahi keluarga kecilnya.

Ayah Dania mendapatkan uang dari hasil jasa membantu para nelayan yang baru pulang menangkap ikan di lautan. Ia membantu mengangkati hasil tangkapan para nelayan ke sebuah truk besar pengantar ikan-ikan ke pasar besar di kota Palu.

Namun upah yang diterima Ayah Dania jumlahnya hanya sedikit. Dan biasanya uang itu langsung ia habiskan untuk membeli rokok dan mabuk-mabukan.

Ayah Dania juga sering pulang malam dalam keadaan mabuk. Kadang Pria itu juga sering melakukan kekerasan yang tak diduga-duga kepada Dania dan Sarah ketika sedang tak sadarkan diri. Hal ini membuat Sarah semakin tertekan.

Sarah sebenarnya adalah seorang wanita yang pandai menabung dan berhemat. Sangat bertolak belakang dengan anak laki-laki dan suaminya itu.

Sarah bekerja sebagai pencuci pakaian dibeberapa rumah. Walau hanya menjadi seorang pencuci, penghasilan yang Sarah dapatkan mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Namun, Ayah dan Abang Dania membuat perekonomian keluarga mereka menjadi tidak stabil. Uang penghasilan Sarah sering kali di ambil oleh anak laki-laki dan suaminya itu.

Sarah melampiaskan seluruh kekesalan yang ia rasakan kepada anak gadisnya yang cantik dan pintar itu. Ya, Dania!

Ia adalah seorang gadis cantik dan pintar. Meski hidup dari keluarga yang tidak berkecukupan, ia tetap tumbuh menjadi sosok gadis yang pintar.

Dania selalu mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Walau begitu, keahlian Dania dalam bidang akademik sama sekali tidak membuat Sarah merasa senang.

Sarah sama sekali tidak pernah senang dengan prestasi apapun yang Dania dapatkan. Semua itu disebabkan oleh masalah yang terjadi pada keluarganya.

Dania adalah anak perempuan yang sopan dan lembut. Ia sungguh tak suka dibentak dan dikasari. Terutama oleh keluarganya sendiri. Oleh ayahnya ataupun ibunya.

Seluruh kekesalan Sarah ia lampiaskan pada anak gadis satu-satunya itu. Sarah melampiaskan kekesalannya kepada Dania dengan membentak dan memarahinya.

Hal ini justru berpengaruh pada mental anak gadisnya yang lembut itu. Dania terus dipaksa menjadi dewasa dengan keadaan.

Kini kapasitas kedewasaan Dania sudah sangat penuh berdasarkan usia yang ia pijakkan. Ia merasa sangat trauma dengan apa-apa yang sudah terjadi pada keluarganya.

Satu hal yang Dania harapkan dari dulu adalah,
menjalani kehidupan dengan tenang.

• • •

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang