SARAH KECIL

37K 6.1K 46
                                    

Mobil yang dikendarai Althar berhenti. Mereka telah sampai di halaman sebuah rumah sakit di kota Jakarta Selatan.

Althar memarkirkan mobil di halaman rumah sakit. Kemudian berjalan turun dari mobil bersama Dania dan langsung masuk. Mereka menuju ke kamar tempat Sarah adik Althar di rawat. Dimana kamar rawat tersebut berada di lantai 4 rumah sakit.

Tok... Tok... Tok...
Althar mengetukkan pintu kamar tersebut. Seseorang di dalamnya langsung membukakan pintu. Ia adalah Bunda.

"Eh, Althar, Dania, habis jalan-jalan, ya?" Sambut Bunda dengan senyuman lebar.

Dania mengangguk, berjalan beberapa langkah, lalu menyalami Bunda. Begitu pula dengan Althar setelahnya. Bunda lalu mengajak mereka untuk masuk.

Bunda merangkul bahu Dania, membawa gadis itu kepada seorang anak gadis kecil yang tengah berbaring lemas di ranjang rumah sakit. "Dania, ini namanya Sarah, adiknya Althar. Sarah ini masih kelas 1 SD, beda sebelas tahun sama abangnya." Wanita tua itu memperkenalkan.

"Dedek, ini namanya Kak Dania. Temannya Bang Althar!" Bunda melanjutkan dengan memperkenalkan Dania kepada Sarah.

Dania menatap wajah Sarah dengan tatapan datar. Wajah Sarah terlihat sangat cantik, kulitnya sangat putih dan bersih. Namun ada sedikit kejanggalan dari gadis kecil itu. Entah mengapa Dania merasa Sarah adik Althar itu sangat mirip dengan ibunya. Ya, Sarah Aviliana.

"Abang! Abang ke mana aja? Sarah kangen sama Abang!" Sarah menyemberutkan wajah. Memanja kepada Althar yang duduk di sebuah kursi di sebelahnya.

"Abang juga kangen kok sama Dedek!" Althar membalas dengan senyuman manis. Beranjak dari kursinya, lalu mengecup kening adik perempuannya yang cantik itu.

"Dedek cepet sembuh, ya! Biar bisa main sama Abang lagi." Althar membelai lembut kepala adiknya itu.

Entah mengapa, Sarah tiba-tiba saja menangis. Membuat seisi ruangan merasa bingung.

"Dedek kenapa nangis? Kan Abang udah nemenin dedek di sini?" Kening Althar mengerut.

"Dedek mau pulang ke rumah, Dedek nggak suka di sini! Dedek maunya main sama Abang." Sarah tersendat-sendat.

"Iya.. bentar lagi Dedek sembuh, kok! Entar Dedek main sama abang lagi, yah?" Althar berusaha menyemangati. Pria itu sangat tak bisa melihat seorang perempuan menangis. Apapun penyebabnya.

Dania berjalan mendekat kepada Sarah. Althar yang tersadar langsung menyingkir. Mempersilahkan Dania untuk mendekat kepada adiknya itu.

Dania berdiri di sebelah kiri ranjang Sarah. Menatap wajah Sarah sengan tatapan sendu. Tangannya perlahan bergerak, meletakkan pada pipi Sarah yang lembut. Ia kemudian mengusapkan air mata yang menetes di pipi gadis kecil itu.

"Kak Dania! Kakak pacarnya Abang ya?" Sarah menatap penasaran. Asal mengucap dengan kepolosannya.

Althar yang mendengarnya seketika tertawa. Begitu pula dengan Bunda. Dania hanya tersenyum tipis. Tangannya perlahan mulai mengelus kepala Sarah.

Tess...
Setetes air mata terjatuh.

"Kak Dania kenapa nangis? Emang Dedek ada mukul Kak Dania?" Sarah menatap bingung.

Dania seketika semakin menangis. Menutup mulutnya dengan satu telapak tangan. Berusaha menutupi suara isakannya.

Wajah Sarah adik Althar itu benar-benar sangat mirip dengan Sarah ibu Dania. Hanya berbeda sedikit pada kerutan wajah yang disebabkan oleh perbedaan umur yang cukup jauh.

Bunda yang tersadar buru-buru beranjak. Menarik lengan Dania dan membawa gadis itu duduk di sebuah sofa.

"Kenapa, Dania? Kenapa kamu nangis?" Bunda berbisik. Menatap prihatin sambil mengelus pundak gadis itu.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang