CINTA KEDUA

47.5K 7.3K 358
                                    

Pukul 17.34 WITA.
Tubuh Veni mulai diangkat dimasukkan ke dalam lubang besar liang lahat. Dania terus menangis, tak kuasa menyaksikan sahabat sejatinya mulai dimakamkan.

Para relawan mulai memasukkan tanah kembali. Menimbun puluhan mayat dengan jutaan butiran tanah. Veni telah di masukkan ke dalam liang lahatnya, bersama dengan puluhan korban lainnya sore itu.

Usai sudah dilakukannya pemakaman massal untuk hari itu. Althar yang dari tadi hilang entah kemana, tiba-tiba saja datang. Jongkok di sebelah Dania yang terduduk. Mata Althar terlihat bengkak, sepertinya pria itu baru saja menangis. Namun tak ada yang peduli dengan Althar saat itu. Termasuk gadis yang duduk di sebelahnya.

"Dania udah, ya nangisnya. Nanti kalo kamu nangis terus, Veni dan keluargamu jadi ikutan sedih." Althar menelan ludah, tersenyum tipis berusaha menormalkan kondisi.

Dania menyampingkan dirinya menghadap pria itu, memandang sekejap wajah Althar sambil berlinangan.

Sett...
Dania mendekap tubuh Althar.

"Astaghfirullah," Althar terkaget. Perkataan itu spontan keluar dari mulutnya.

"Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi, Althar. Semua orang udah pergi ninggalin aku..." Ucap Dania penuh luka.

"Ada aku, Dania, kamu ngga perlu khawatir..." Althar terus berusaha menguatkan, berbisik lembut.

Dania mempererat pelukannya. Althar sontak menelan ludah, semakin merasa bingung menghadapi gadis itu. Dania bukan seorang perempuan yang termasuk mahram bagi Althar. Mereka tak diperbolehkan untuk berpelukan, bahkan hanya bersentuhan sekali-pun.

"Udah mau gelap, Dania, kita harus pergi dari sini." Althar mencoba mencari cara, sebuah alasan yang dapat membuat Dania melepaskan pelukannya.

Dania pada akhirnya melepaskan pelukannya dari Althar. Berusaha berdiri dengan sekuat tenaganya, hendak meninggalkan tempat pemakaman massal itu.

Althar berjalan di depan Dania. Menuju truk relawan tadi. Truk-truk relawan yang mereka tumpangi tadi akan membawa menuju tempat pengungsian. Sebuah tempat pengungsian darurat, yang tak jauh dari pemakaman massal itu.

Tangisan Dania mulai mereda. Berjalan masuk ke bagian belakang truk, duduk bersama 10 orang lainnya.

3 menit setelahnya. Seluruh truk relawan di sana telah penuh. Jumlahnya sekitar 30 truk. Tujuan masing-masing truk adalah menuju tempat pengungsian. Yang tersebar di beberapa tempat di kota Palu.

Brmm...
Mesin mulai dinyalakan. Truk yang ditumpangi Althar dan Dania mulai berjalan. Mereka akan menuju tempat pengungsian pusat.

Dania terlihat mengantuk. Ia tiba-tiba saja tertidur pulas sambil menyandarkan kepala di pundak pria yang duduk di sebelahnya; Althar.

"Astaghfirullah," Althar reflek beristighfar. Hanya kalimat mulia itu yang mampu ia keluarkan dari mulutnya.

Althar menghela napas panjang, memaklumi tingkah Dania. Gadis itu sedang sangat hancur. Ia telah kehilangan seluruh orang yang ia sayangi hari itu.

"Kamu perempuan yang kuat, Dan..." Bisik Althar lembut sebelum ia memejamkan mata dan ikut tertidur.

• • •

Pukul 18.10 WITA
Truk yang ditumpangi Althar dan Dania berhenti.

Dania terbangun, terkaget dengan rem mendadak yang dilakukan oleh supir truk tersebut. Mereka telah sampai di tempat pengungsian. Berbeda dengan rooftop tempat mereka menyelamatkan diri dari tsunami kemarin.

LAUTAN DAN DENDAMNYA (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang