Tanpa aba-aba Leya menarik tangan pria itu dan dengan sekuat tenaga membanting pria itu di jalan yang keras juga banyak kerikil itu.

" Udah om... Capek saya, gara-gara om ini saya jadi kotor sama bau debu. " ucap Leya sambil mngernyitkan dahinya karena merasa dirinya tidak sebersih dan se rapi tadi.

Bahkan kini bergoleran manja di aspal sambil mengipasi wajahnya dengan kedua tangannya. Pria dewasa itu kini mulai ragu, tinggal dirinya saja yang tersisa. Dia tidak ikut menyerang karena masih menahan Gavan. Dan sayang beribu sayang dia dan partnernya yang lain tidak membawa senjata.

Gavan yang melihat kesempatan, mulai menyikut perut pria itu dan membalikkan keadaan. Kini ganti pria itu yang dibekuk oleh Gavan.

" Siapa? " tanya Gavan pada pria itu.

Si pria sama sekali tidak mau membuka mulut dan hanya terdiam dengan raut wajah menahan sakit karena cekalan Gavan yang tidak main-main.

" Heh! Ngomong yang lengkap. Mau introspeksi aja pakek bahasa kang tsundere lo! " sahut Leya tiba-tiba menyerobot Gavan.
Gavan pun menoleh dan menatap tajam Leya.

" Introspeksi apaan njir.. Introgasi kaliii!!! " sahut salah satu teman Gavan dengan tidak santainya, Renal.

" Biasa aja dooongg!! Gausah ngeGAS!! " Sahut Leya dengan menekankan pada kalimat tertentu.

" Lo yang ngeGAS ya njirr.. " jawab Renal lagi.

Berakhirlah mereka adu mulut hal yang tidak mutu. Gavan dan yang lainnya pun hanya menatap jengah adegan di depannya.

Tetapi hal itu jadi menguntungkan si pria baju hitam. Karena terlalu memperhatikan kelahi temannya, cekalan nya pun melonggar. Alhasil, pria itu dengan cepat menarik tangannya dan segera kabur dari sana. Begitu pula pria baju hitam yang lain, mereka yang masih sadar walaupun kesakitan tetap kabur dengan membawa temannya yang tak sadarkan diri.

" Tuh kan! Gara-gara lo nih mereka jadi kabur. " ucap Renal menyalahkan Leya.

" Lah kok gue. Salah lo lah.. Dasar udah ditolongin juga gak ada makasihnya lo sama gue. " jawab Leya.

" ...... "

Lama.. Sampai keheningan pun melanda mereka. Leya yang masih betah duduk di aspal dengan santainya. Dan keenam laki-laki yang kini saling memandang satu sama lain seakan memikirkan hal yang sama.

" Makasih.. " ucap keenam laki-laki itu secara bersamaan.

Ya walaupun dengan nada yang berbeda-beda. Ada yang biasa saja, ada yang bersemangat, ada juga dengan rasa jengkel yang sangat ketara di wajahnya.

Leya yang mendengar itu pun hanya berdehem untuk menanggapi mereka. Setelah itu, keheningan kembali melanda. Sampaii...

TIN TIIINNN

Sontak tujuh orang disana berjengit dan melihat ke arah datangnya suara klakson.

Mulanya hanya terlihat lampu motor depan yang tampak semakin mendekat dengan perlahan ke arah mereka. Lama-lama mulai nama seseorang memakai helm dengan tubuh rampingnya. Hingga tampak jelas kini sosok itu memberhentikan motornya di hadapan mereka.

Siapakah pengemudinya? Dia adalah Adelia Chaewon Hadiningrat.

Leya yang melihat itu agak terkejut, sedang apa Caca di sekitar sini apalagi mengendarai motor sendirian.

" Lah Caca? Ini beneran lo? Gak salah nih Sultan naek motor? " tanya Leya.

Sepertinya pertanyaan itu harusnya juga berlaku untuk nya. Bagaimanapun Leya juga termasuk orang kaya dan kemarin-kemarin dia juga mengendarai motor.

A to BarBarWhere stories live. Discover now