O C E L A D I S | 40

Start from the beginning
                                    

"Kenapa kamu tanya? Karna kamu pembawa sial!"

Ocean tidak lagi dapat menopang tubuh, semua penderitaannya tidak menemukan akhir. "Kalau kamu jijik sama aku kenapa kita nggak cerai Yis? Kenapa kamu setega itu buat sakitin aku terus-terus?" ia jatuh berpangku pada lutut bagai ksatria kalah perang. "Aku mau istirahat bentar aja, rasanya muak selalu ditarik sama masalah kayak gini."

Geladis mengepalkan tangan keras, berusaha mengabaikan kemalangan Ocean. Ia harus memasang benteng yang jauh lebih kuat lagi atau akan jatuh ke dalam lubang yang sama.

Sekali selingkuh selamanya akan tetap begitu.

Ocean mengusap matanya yang berair, "Ayis..."

Geladis menutup telinganya, masalah mereka seharusnya sudah usai. "Kalau bukan karena permintaan Airen aku nggak akan pernah mau pertahanin rumah tangga sama cowok murahan kayak kamu!"

Kedua bola mata Ocean berkaca-kaca, diantara semua perkataan Geladis yang paling menyakitkan adalah ketika gadis itu mengatainya murahan. Dia menepuk dadanya yang terasa sesak, "aku murahan...?"

Geladis mengangguk mantap penuh percaya diri, "menikah dengan kamu adalah kesalahan terbesar yang pernah aku buat."

****

Ocean menatap kosong pada jalanan dari balkon kamar. Seluruh lontaran kasar yang dilemparkan orang-orang padanya berputar bagai kaset.

Tukang selingkuh...

Anak pembawa sial...

Murahan...

Ocean memejamkan mata, dia harus bisa berdamai dengan nasibnya yang memang buruk. Sekuat apapun dia mencoba untuk menyangkalnya, Geladis, Elysabeth, Abdi, Ronald, Agatha hanya melihat dia sebagai sampah.

Suara pecahan kaca dari luar membuat ia tersentak dari lamunannya, buru-buru Ocean bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar. Dia berjalan cepat menuju asal suara pecahan tersebut.

"Ayis!" serunya panik melihat Geladis jatuh terduduk di dekat wastafel bersama pecahan kaca yang merembes, kakinya yang terkena bulir kaca terlihat berdarah. Karena terlalu panik ia sampai tidak sadar sudah mendekat dan menangkup wajah istrinya khawatir. "Kamu kenapa bisa gini?!"

Geladis yang semula menutup mata mulai membukanya perlahan, sepersekian detik terbengong melihat wajah tampan Ocean yang begitu dekat dengannya. Namun tak selang beberapa lama dengan lemah dia menyingkirkan tangan Ocean. "Bukan urusan kamu," balasnya tak bertenaga.

Geladis menarik nafas panjang, kemudian mencoba bangkit berdiri padahal kakinya sudah berdarah. "A-wah," ringisnya saat terjatuh kembali di lantai.

Ocean mengeraskan rahang, "sini aku bantu." Tawarnya meraih Geladis ke dalam gendongan tetapi langsung di dorong oleh gadis yang sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja tersebut.

"Aku nggak butuh bantuan manusia hina kayak kamu!" bentak Geladis murka meskipun pandangannya sudah berkunang-kunang.

Ocean berusaha menebalkan telinga, ia memaksa Geladis agar masuk ke dalam gendongannya. Dia bangkit berdiri setelah berhasil membawa Geladis ala bridal. "Sayangnya manusia hina ini berstatus sebagai suami kamu,"

Ocean tidak perduli lagi. Terserah Geladis mau menganggapnya sebagai kotoran yang paling menjijikkan sekalipun, Ocean akan tetap berada di barisan yang paling depan untuk menyelamatkan jika terjadi sesuatu kepada istrinya.

Ocean membawa gadis di dalam gendongannya menuju kamar, pastinya bukan kamar mereka. Menggunakan kaki ia dorong pintu kamar Geladis, sedangkan manusia berjenis kelamin perempuan tersebut hanya bisa diam karena tak memiliki cukup tenaga untuk berontak.

Ocean meletakkan dengan hati-hati tubuh lemas istrinya diatas kasur, keringat tampak mengalir dari pelipis. "Ayis kamu kenapa? Ya—Tuhan!" ia semakin panik saat melihat bibir Geladis memucat.

Geladis tak menjawab hanya memejamkan mata mencoba meminimalisir rasa sakit yang melanda. Ia memegang perutnya yang keram sambil memanjatkan doa agar nyawanya tidak diambil saat itu.

Ocean berlari keluar kamar, mengambil ponsel, dompet, dan kunci mobilnya yang sangat jarang digunakan kemudian kembali lagi ke tempat Geladis. "Sayang kita ke dokter ya?" bujuknya mencoba bernegosiasi.

Geladis diam, dia melipat bibirnya sambil sesekali meringis kesakitan.

Ocean semakin tidak tega, ia berusaha meraih Geladis kembali ke dalam gendongan tapi perutnya langsung di tendang menjauh dengan pelan hingga mundur beberapa langkah. "Aku nggak butuh bantuan kamu, sialan!" teriak Geladis dengan sisa-sisa kekuatan.

Ocean menggertakkan gigi marah, "kamu mau mati hah?!"

Geladis meringis pedih pada perutnya, "lebih baik aku mati daripada disentuh pembawa sial kayak kamu!"

Ocean berang mendengar penuturan Geladis. "Persetan. Aku yang nggak mau kamu mati," dengan sekali hentakan Geladis sudah berada di dalam gendongan Ocean.

"Aku cinta banget sama Ayis jadi berhenti larang aku buat nolong kamu." 

aku update karena pembaca oceladis 600k dan vote nyaris 100k😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

aku update karena pembaca oceladis 600k dan vote nyaris 100k😍

THANK YOU SO MUCH OCELADIS GENG!😱 SAYANG KALIAN SAMPAI TUMPAH-TUMPAH!!

seneng gak mereka mau baikan gt? >>>

gapapa, masih banyak adegan yang bakal buat kalian gregetan sama ayis.

seberapa gregetannya sama ayis? >>>

spam emot 😍 UNTUK BAIKAN! >>>

spam emot 🤬 UNTUK BERANTEM LAGI! >>>

spam emot ❤️ untuk happy ending! >>>

spam emot 🖤 UNTUK SAD ENDING! >>>

kamu tim sad/happy? >>>

seberapa pengen cerita ini happy? >>>

seberapa pengen cerita ini sad? >>>

SPAM NEXT BIAR LANJUT!🐣 >>>

8k komen.

kurang baik apa aku coba sm kalian? Ga tembus juga ttp update, tapi kali ini harus tembus cepat🤬🤬

AYO SCREENSHOT BAGIAN KESUKAAN TERUS MASUKIN INSTASTORY JANGAN LUPA TAG AKUN INSTAGRAM @yohanacancer DAN @ceritayohana YA!

(MINGGU, 24 OKTOBER 2021)

Tertanda,
Yohana Franklyn-miller ✨
(Bukan Mendes lagi)

OCELADIS || NIKAH MUDA [TERBIT]Where stories live. Discover now