Thirty Seven : Camer (part 1)

Mulai dari awal
                                    

"Nan..." Arga memelankan suaranya. Membuatku yang melihat itu diam-diam menelan ludah ragu. "Kamu...... gak ada  penyakit gangguan emosional gitu kan?"

Aku mengumpat dalam hati. Niat awal ingin mengeles mencari alasan lain supaya Arga tak curiga kini ku telan bulat-bulan mengingat otak polosnya yang kadang kelewat menyebalkan.

Aku rasa saat pembagian kepekaan, Arga lupa mengantri hingga langsung terjun bebas ke bumi dan akhirnya lahir menjadi Argadinata Nuswan yang dikenal laki-laki cuek dan dingin.

Aku menarik nafas panjang. Mencoba menyabarkan diri. "Pokoknya Ga, aku kalau deket-deket kamu bawaannya emosi!" Ucapku meledak akhirnya tak tahan juga.

Arga merapatkan bibir. Kali ini masih dengan apron kuning bunga-bunga yang dikenakannya laki-laki itu mundur dua langkah.

"Kalau segini, kamu emosi gak?" Tanyanya berdiri tegap disana membuatku yang melihat itu reflek menepuk jidat frustasi.

"Ini harus banget aku jawab?" Aku menatapnya lelah.

Arga tertawa. Walau detik kemudian pemuda itu kembali melangkah maju menghampiriku sambil menundukan kepalanya.

"Kalau segini? Emosi?" Tanyanya tersenyum jahil.

Aku menahan nafas. Reflek memundurkan wajah dengan mata melebar melihat wajah Arga sedekat ini. Wangi parfum maskulinnya serta bulu mata laki-laki terlihat jelas. Arga mengangkat kedua alisnya tinggi. Membuatku reflek tersadar berdehem menguasai diri.

"G-Ga gue tampol yah!" Ancamku dengan galak.

Arga merapatkan bibir. Menegakkan tubuhnya kembali sambil memanggut-manggutkan kepala.

"Ini kayaknya bukan emosi sih... Ini grogi." Katanya menatapku lurus. "Gak papa... aku juga suka grogi kok kalau lagi deket-deket sama orang yang kusuka." Lanjut Arga lagi membuatku yang mendengar mengembungkan pipi ingin sekali membalasnya. Tapi masih merasa malu setengah mati aku jadi tak bisa berbuat apa-apa.

Dasar cabai Afrika sialan!

Arga tersenyum cengir. Kali ini pria itu membalikkan badannya berjalan kembali menuju tempat bagian masaknya.

"Tapi ternyata kalau ngeliat orang yang aku suka lebih grogi. Nyenengin ya." Ucapnya belum juga berhenti. Membuatku yang mendengar itu tak tahan mengejar Arga yang tertawa puas berlari menjauh.

"Argaaaa! Sini gak lo!" Kesalku berusaha mengangkapnya yang menggeleng-geleng jahil tak mau. Kilatan kenanakan familiarnya tertangkap lewat sorot mata laki-laki itu.

"Kalau kamu semarah ini sama aku berarti yang kubilang itu bener gak sih Nan?" Katanya membuatku semakin naik darah.

Aku meraih buku resep di atas meja makan. Berlari lebih cepat mencoba mengejar Arga kemudian memukuli laki-laki jangkung itu dengan buku resep bertubi-tubi.

Tapi diluar dugaan Arga justru malah tertawa seakan keasikan. Walau berkali-kali Arga mencoba mengelak tapi ia justru dengan senang hati menampung pukulanku dengan buku sambil mengomelinya.



"Ekhm... Assalamualaikum...,"

Aku terlonjak. Melompat kecil hampir latah saat melihat dua sosok bayangan datang mendekat.

Wajah Arga semakin merekah. Laki-laki itu langsung berlari dengan senyum paling riang yang pernah ditunjukannya. Arga meraih pergelangan tanganku, menarik tubuhku hingga terputar balik ke belakang dan menemukan seorang wanita berhijab anggun dengan garis wajah familiar disana.

Akhirnya.... setelah sekian lama aku mengenal Arga dan semua cerita lika-liku mengenai keluarganya. Kali ini aku benar-benar bisa melihat dengan kedua mataku sendiri sosok bidadari sekaligus malaikat tak bersayap bagi sosok Argadinata Nuswan.

Wanita yang kukagumi dari banyaknya cerita Arga. Wanita yang dengan mudah bisa kusayangi dan kucintai hanya lewat cerita Arga. Wanita hebat yang selama ini sudah membesarkan laki-laki seperti Arga.

Aku ingin berterimakasih. Tulus dan dengan dalamnya sepenuh hati bahwa aku bersyukur bisa bertemu dengan sosok ibu sekaligus istri hebat seperti beliau.

Bahkan rasanya ini seperti sebuah kehormatan. Bertemu dengan wanita yang terlihat seakan jauh untuk ku gapai.

Aku mencoba mengendalikan diri. Menarik kedua sudut bibir kecil mencoba untuk memasang tersenyum sebaik mungkin.

Walau satu pertanyaan sekilas mendadak reflek muncul di kepalakku.

Pertanyaan sederhana yang nyatanya justru membuatku tersadar hingga kalut bukan main di kepala.

Jadi sekarang....,


"APA YANG HARUS AKU LAKUKAN??!!"







***




a/n:


SELUPA ITU BUAT UPDATE DAN NULIS SANGKING HECTIC-NYA TUGAS DAN KERJAAN.

Maaf ya ampun aku tau ini sangat telat tapi aku sudah berusaha menyempatkan diri huhu....

Btw kelihatan gak sih makin kesini emang bahagiannya Arga tuh emang kalau jahilnya kambuh sama ceisya.

Makin gemes tapi tengil tapi ngeselin juga.

Untuk part 2 ASAP ya guys.... tungguin aja ini kalau dah gak hectic insya Allah bisa cepet.

Oke jangan lupa VOMENT and see u next chapter!!

Terakhir terimakasih untuk banyak cintanya...







Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang