49 : Kelahiran

3.7K 240 112
                                    

"Kupikir lebih bagus jika diletakkan disana." Tunjuk Taehyung.

Siwon menggeser satu sofa dan meletakkannya tepat di samping ranjang bayi.

Jennie mengusap perutnya lembut. "Kenapa kita yakin sekali anak ini akan berjenis kelamin perempuan? Bagaimana jika laki-laki?"

Sang Suami terpengarah. "Aku selalu berdoa semoga anak kita perempuan."

"Aku pun begitu.."

"Sudah beres?" Tanya Siwon, selesai menata kamar baru untuk si bayi.

Sepasang suami-istri itu mengedarkan pandangan, lalu mengangguk mantap.

"Terimakasih, Siwon.." Ucap Jennie.

"Dan tolong tambah kamar di The Hill dan Penthouse-ku."

"Siap."

"Sudah, cukup. Terimakasih.. Makanlah dulu sebelum pergi dari sini."

"Terimakasih.."

Sang Bodyguard itu keluar dari kamar bayi, meninggalkan Sang Bos bersama istrinya di dalam.

Jennie mengecek kamar mandi dan Wardrobe untuk si buah hati.

Semuanya telah lengkap, siap menyambut kehadiran anggota keluarga baru mereka.

"Kau menyukainya?" Tanya Taehyung lembut, memeluk wanita itu dari belakang dan mengelus perut buncitnya yang sudah menginjak usia lebih dari 9 bulan.

"Chagia..."

"Hm?"

"Aku ingin menjual Nine One Hannam."

"Kenapa?" Tanya Taehyung terkejut.

"Sudah tidak terpakai lagi.."

"Hajima... Ada banyak kenangan yang kita buat disana."

"Hm? Kenangan akan selalu tertanam di dalam pikiran kita, Tae... Tidak ada lagi di tempat itu. Pengeluaran kita terlalu banyak untuk menyiapkan kelahiran si kecil, kenapa tidak kita putar keuangan saja, dengan menjual apartemen pemberianmu itu?"

Taehyung merengut sedih, menopang dagunya di pundak Sang Istri. "Jangan, Yeobo... Nine One Hannam adalah tempat pertama kali kita tidur bersama, bercinta, dan tempat aku jatuh cinta padamu.. Jangan dijual hmm...?"

Jennie tersenyum. "Arraseo, tapi aku harus memastikan pemasukan tetap berjalan."

"Tentu. Uang selalu mengalir masuk ke rekeningku."

"Bagaimana perusahaanmu?"

"Selalu terkendali, Yeobo.. Tenang saja."

"Kau mempunyai tujuh Direktur terbaik."

"HYBE memiliki delapan Direktur terbaik.."

Jennie tersenyum lebar, memutar wajahnya dan mencium pelipis Sang Suami. "Apa sahamnya terus meningkat?"

"Selalu. Kau tenang saja... Lagipula pengeluaran kita hanya sepertiga dari satu Black Card, dan tolong ingat bahwa kita memiliki enam Black Card."

"Enam?!"

"Aku menyuruh Hoseok untuk membuat satu lagi, karena dua Black Card yang kau pegang itu terlalu meledak saldonya."

"Black Card tidak memiliki limit saldo, Chagi."

"Memang, tapi yang dua itu selalu bertambah pesat, astaga.... Terkadang aku ngeri sendiri melihat saldonya yang cepat sekali bertambah. Lebih baik tambah satu kartu lagi saja, agar aman jantungku melihatnya."

Jennie tertawa kecil, mereka memang berbeda, karena ia sendiri malah berbinar-binar melihat saldo yang meledak itu, tidak merasa ngeri sama sekali.

DARK & DANGEROUSWhere stories live. Discover now