46 : Satu-Dua

2.9K 197 56
                                    

"Aku sungguh minta maaf sudah mengusirmu dan Eomma dari rumah kami.." Ucap Jennie tulus.

Jeong Gyu tersenyum kikuk. "Aku... Boleh aku memanggilmu Nuna?"

"Nee, tentu. Kau masih terbilang adik iparku."

Pria berumur 17 tahun itu menghela nafas panjang, membetulkan posisi duduknya.

Jennie memperhatikan sikapnya yang gugup, sembari menyeruput minuman yang sudah ia pesan.

"Taehyung bilang dia bertemu ayah tirinya di kantor."

"Ehmm nee.. Appa, Eomma, dan aku, mengunjungi Hybe Industries."

"Sejak kapan?"

"Tiga hari berturut-turut sebelum Taehyung Hyung menemui kami."

Jennie mengangguk singkat. "Bagaimana kabar kedua orang tuamu?"

Mendadak, Jeong Gyu meneteskan air mata, menunduk dalam-dalam. "Appa.. Appa meninggal dua hari yang lalu."

Mendengar itu, Sang Kakak Ipar terkejut. "Meninggal?!"

"Nee, setelah Taehyung Hyung memukulnya, Appa mengalami pendarahan di hidung, dan kami melarikannya ke rumah sakit."

"Memukul katamu?!"

"Nee.."

Jennie menutup mulut. "Astaga, Taehyung... Dia membunuh orang lagi."

"Jadi Appa meninggal karena ulah kakakmu itu?"

"Tidak sepenuhnya. Appa punya penyakit jantung."

"Astaga... Aku sangat merasa bersalah. Tolong maafkan sikap Taehyung.."

"Tidak apa-apa, Nuna. Eomma juga tidak menyalahkan Taehyung Hyung sama sekali. Ini salah kami.. menyiksanya sejak kecil, dan wajar saja jika Hyung membalasnya."

Jennie menggeleng, nyaris menangis memikirkan ayah tiri suaminya. "Kau harus tau.. Karena kekerasan itu, Taehyung selalu dihantui lewat mimpinya. Ia berusaha keras untuk melawan masa lalunya. Dan aku yang membantunya untuk keluar dari itu. Dia mulai menjalani terapi... Dan ketika kalian datang kembali ke hidupnya, dia kambuh."

Jeong Gyu terkejut, meneteskan air mata. "Aku.. aku tidak menyangka Hyung sebegitu tersiksanya."

"Itulah kenapa Taehyung selalu bergantung padaku. Jeong Gyu... Kekerasan itu memang tidak ada artinya, fisiknya tetap tumbuh dengan sempurna. Tapi batinnya tidak."

"Maaf... Astaga.. Kami sungguh menyesal." Tangis pria itu semakin menjadi. "Umur Appa memang tidak lama lagi. Itulah sebabnya kami ingin meminta maaf pada Hyung, agar kematiannya tenang."

Jennie menghela nafas panjang. "Apa kau sudah mengunjungi Bang Si Hyuk dan Eunjin?"

"Sudah."

"Kau serius?"

"Nee, dengan Appa dan Eomma juga."

"Dan bagaimana respon Bang Si Hyuk?"

"Dia sudah memaafkan kami semua.."

"Eunjin?"

"Nee, dia juga.."

Jennie menghela nafas panjang, mengusap keningnya.

Ia melirik ke arah luar, dimana Siwon berdiri di samping mobil limosin sambil memperhatikan mereka.

"Begini, Jeong Gyu... Aku ingin membantumu dan Eomma, tapi itu tidak mudah."

Jeong Gyu mengangguk. "Aku paham.."

"Tapi aku akan berusaha. Aku akan mencoba berbicara dengannya. Dia berhak tau kematian ayah tirinya."

DARK & DANGEROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang