"Tapi aku gak mauuuuu!!" Celine salto nih saking gregetnya.

"Kali ini mau gak mau kamu harus tetep nikah. Udah Papah mau kerja kamu keluar sana!" Usir Cakra sambil menunduk melanjutkan pekerjaannya.

Celine menggeram tertahan, kesal dan jengkel beradu menjadi satu, dan juga kenapa sih Papah nya ngebet banget dirinya harus nikah. Celine masih umur 22 tahun, baru juga wisuda, harusnya Celine bisa seneng-seneng sama teman-temannya bukan malah ribet masalah perjodohan.

"Papah jahat! Celine marah!!" Koar Celine sambil melangkah besar-besar keluar.

"Jangan lupa tutup pintunya kalau keluar!" Peringat Cakra.

BRAK!!

Pintu dibanting tak santai, Celine kalau ngambek memang ngalahin bocah. Celine melangkah besar-besar ke kamarnya, raut wajahnya sudah merah padam menahan emosi.

"Gue udah capek-capek belajar masa habis lulus langsung disuruh kawin, trus gue kapan bebasnya!!" Teriak Celine di kamarnya, gak peduli kalaupun orang tuanya mendengar. Celine mah statusnya doang yang kaya, nyatanya ia tak lebih seperti tahanan yang setiap hari harus diawasi. "Gue udah beneran kehabisan kesabaran!" Desis Celine lalu mengambil tas selempang kecil untuk membawa kartu-kartu ATM nya.

Selanjutnya ... Celine kabur dari mansion mewahnya.

***

Kelaperan, Celine duduk termengu di pinggi jalan kayak gelandangan. "Oon banget sih, harusnya gue kabur bawa duit segepok bukan malah bawa kartu ATM!" Gerutunya tak henti-henti, karena semua kartu ATM nya di blokir Papahnya. Kalau sudah begini maka pilihannya cuma dua.

Kembali ke rumahnya dan jelas di amuk orang tuanya.

Atau mati jadi gelandangan.

Sialnya Celine juga gak bisa cari kerja karena ia sama sekali tidak membawa ijasah, untungnya sih ia masih bawa ktp yang nyelip di dompet.

Krauk!

Celine menoleh cepat, melihat seorang bocah laki-laki berbadan gempal dan berkulit putih sedang makan dengan lahapnya. Celine meneguk ludah, pelan-pelan merangkak mendekati bocah itu.

"Adek~" Panggil nya sengaja di buat mendayu-dayu.

Bocah lelaki bertopi merah dan berjaket hitam swag itu menoleh kearah Celine. Celine merenges bodoh.

"Dek Kakak lapar nih, bagi rotinya dong." Celine menatap bocah laki-laki itu melas.

"Kakak gelandangan ya?" Ceplos bocah itu dengan tampang watados.

Celine mendelik, hampir mengumpat.

"Yaudah nih!"

Dan wajah sengak Celine tadi seketika berubah jadi binar bahagia saat bocah gemuk itu beneran memberikan rotinya, baru pertama kali dalam hidup Celine sebahagia ini diberi roti. Sepertinya lain kali ia harus lebih banyak bersyukur.

Celine memakan roti itu dengan lahap menjurus ke rakus, "Dek susunya sekalian dong." Pinta Celine malah ngelunjak.

Bocah itu sangat baik hati, beneran memberikan susu di dot yang terkalung di lehernya pada Celine. Celine tanpa gengsi minum susu lewat dot itu.

"Kakak hidupnya pasti berat ya?"

Celine mengangguk karena masih sibuk ngunyah.

"Badan Kakak krempeng banget, pasti jarang makan ya." Ceplos bocah laki-laki itu dengan tatapan nelangsa.

Celine mendelik kecil, enak aja badan selangsing dirinya dikatain kerempeng. Iya juga sih bocah ini menganggap dirinya kerempeng, lhawong badan bocah ini aja bulet kayak bola bekel.

"Zee!"

Celine dan bocah itu menoleh, terlihat seorang lelaki tampan berbadan tegap berlari kearah mereka dengan panik.

"Kamu penculik ya!" Bentak laki-laki tersebut kepada Celine yang cuma bisa plonga-plongo.

"Haaa??" Celine membeo.

Lelaki berpotongan rambut undercut itu melotot kearah Celine. "Ayo! Aku akan bawa kamu ke kantor polisi!" Lelaki itu menarik tangan Celine kasar.

Roti di genggaman Celine sampai jatuh. "Heh jangan asal tuduh! Aku gak nyulik!"

"Lebih baik kamu jelaskan nanti di kantor polisi!" Tegas lelaki itu malah ngamuk.

Celine cuma bisa pasrah saat dirinya ditarik kasar, yakin deh pasti pergelangan tangannya memar. Gini amat sih nasibnya, minta roti malah dituduh penculik. Amsyong sekali.

"Pah-pah!"

Lelaki itu langsung menghentikan langkahnya saat ujung jasnya ditarik anaknya. Ekspresi marahnya tadi seketika berubah manis dan lembut, Celine yang melihatnya pun mendengus.

"Kakak ini nggak mau culik Zee kok, Kakak ini cuma minta rotinya Zee. Kasian Pah, dia gelandangan kelaparan."

Celine tersedak tak karuan, etdah buset dirinya yang secantik ini malah dikatain gelandangan. Tapi agaknya alasan itu cukup mujarab, karena lelaki tadi tidak lagi menatap nyalang Celine.

"Bener?"

"Iya Pah, tuh liat susu aku masih dibawa Kakak ini." Tunjuk bocah bernama Zee itu kearah Celine.

"Huft ... maaf ya Mbak, saya udah nuduh sembarangan."

Celine tersenyum masam. "Makanya Pak lain kali jangan ngamuk dulu, nih lihat tangan saya sampe memar karena Bapak!" Omel Celine membuat lelaki itu nampak bersalah.

"Bagaimana kalau kita ke rumah sakit?" Tawarnya.

"Gak usah!" Celine membenarkan kaosnya. "Saya permisi!" Pamit Celine dengan wajah ngambek.

"Tunggu sebentar!"

Celine tak jadi pergi, menatap lelaki itu malas. "Ada apa lagi?"

"Kamu butuh pekerjaan?" Tanya lelaki itu membuat Celine membola, dengan cepat Celine mengangguk. "Saya punya penawaran buat kamu." Ujar lelaki tadi menatap mata Celine.

"Apa?" Tanya Celine tak sabaran.

"Kamu mau bekerja jadi pengasuh anak saya?"

Celine mengerjap, WHAT? BABY SITTER MAKSUDNYA?!

***

TBC.

Hallow~ selamat datang di karya baruku!

Semoga suka ya^^

Bukan Sugar Daddy(end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang