47

19 7 0
                                    

Aku bersiap-siap untuk pergi dengan kak Dion, kak Dion sangat bersemangat sampai-sampai tadi malam kata nya dia susah tidur karena mikirin hari ini. Jam dia terakhir  on di WhatsApp sekitaran jam 1/2 subuh. Kak Dion itu manis nya bukan main, bagaimana tidak betah pacaran dengan kak Dion kalau diperlakukan seolah seperti seorang ratu.

Aku mengambil masker ku dan segera turun keruang tamu untuk menunggu kak Dion. Hanya tinggal aku dan kak Dean dirumah, papa sama mama pergi keluar kota lagi. Kak Dean sedang memakan sesuatu, aku mendekati nya mencomot satu snack nya.

"Mau kemana kamu?" Tanya kak Dean yang melihat penampilan ku.

"Ketemu sama kak Dion" jawab ku.

"Lama-lama makin lengket ya kalian, berasa di duakan sama kamu" ucap kak Dean dengan muka sedih yang dibuat-buat nya.

"Kak Dean punya Ely"

"Soal Ely kakak mau tanya"

"Apa?" Aku punya perasaan gak enak.

"Sebenarnya Ely punya perasaan yang sama gak sama kakak?"

Tepat sekali, ini yang aku takutkan. Aku tidak mau melukai perasaan kak Dean tapi lebih baik jujur saja.

"Jujur aja Ely nya ragu kak" jawab ku.

"Gitu ya, pantesan kayak males gitu" kak Dean tampak sedikit kecewa tapi dia sembunyikan.

"Kak Dean harus coba yakinin dia terus ya, jangan sampai lolos"

"Iya, kamu tau sendiri kakak gak pantang nyerah"

Aku mengangguk-angguk saja, setelah itu aku mendapatkan pesan dari kak Dion. Diri nya sudah di depan rumah, aku bergegas pergi dan tak lupa pamitan dengan kak Dean.

Kak Dion melambaikan tangan nya padaku tak lupa dengan senyuman manis nya yang selalu di sertai nya. Aku berharap sampai kapan pun senyum itu hanya untuk ku saja.

Senyum yang ingin aku lihat selama hidup ku dan senyum yang ingin aku miliki.

"Cantik banget" puji kak Dion begitu melihat penampilan ku.

Aku hanya tersenyum, kalau bukan untuk kak Dion gak mungkin aku memakai gaun seperti ini.

"Mau kemana?"  Tanya kak Dion.

"Ikut aja" jawab ku singkat.

"Oke, tumben kamu mau jalan? Biasa nya malas" heran kak Dion.

"Gak mau nih?"

"Mau dong, kapan lagi coba"

Kami masuk ke mobil dan segara kami menuju tempat pertama. Aku mengajak kak Dion ke tempat makan favorit ku, tempat nya sangat cantik apalagi spot atas nya. Pemandangan laut nya benar-benar menggiurkan mata.

Aku mengeluarkan hp ku dan membuka kamera.

"Kak Dion, sini tangan nya" aku mengulurkan tangan ku untuk meraih nya.

"Tangan?" Kak Dion tampak lebih binggung.

"Siniin satu"

"Ngapain?"

Aku tidak menjawab nya, aku menggenggam tangan kak Dion dan mengabdikan nya sebagai foto. Kak Dion masih tampak binggung dengan sikap ku. Apa aku salah? Rasa nya biasa saja.

Saat mau aku lepaskan kak Dion malah mengerat genggaman nya. Aku menatap nya penuh tanya.

"Jangan dilepas" pinta kak Dion.

"Kak Dion suka banget ya sama aku?"

"Banget" jawab kak Dion tanpa ragu sedikitpun.

Aku tersenyum dan tak bertanya lagi. Aku melihat genggaman tangan kami berdua. Aku sangat berterima kasih kak Dion lah orang yang di tempatkan disisi ku, dengan nya aku bisa bahagia, bisa tersenyum dan bisa tertawa puas. Aku bahkan berharap kalau kak Dion adalah yang pertama dan yang terakhir di perjalanan percintaan ku.

Senyum nya, tawa nya, tingkah nya, aku ingin selalu menyaksikan nya selama sisa hidup ku nanti.

Selang beberapa menit kami sampai, tidak terlalu ramai. Kami langsung masuk dan aku memesan spot teratas agar bisa menyaksikan pemandangan nya.

"Wahh, kamu tau tempat ini dari mana?" Kak Dion terlihat kagum dengan pemandangan disini, karena memang sebagus itu. Laut memang tidak pernah gagal membuat kita terpesona.

"Gak ingat"

"Seharusnya aku yang ajak kamu kesini, malah terbalik"

Aku tersenyum.

Kami mulai memesan dan menunggu makanan nya datang. Aku menatap kak Dion dengan tatapan yang penuh arti, aku seolah ingin menyampaikan sesuatu tapi tidak bisa diwakilkan kata-kata nya.

"Kenapa kamu?" Tanya kak Dion menyadari tingkah aneh ku.

"Mau aja" jawab ku seadanya.

"Kamu kenapa? Tumben banget"

"Kak Dion gak bakalan pindah hati kan?" Tanya ku tiba-tiba.

Kak Dion langsung menggeleng dengan pasti.

"Engga akan"

"Bagus lah" aku lega. Hanya jawaban singkat itu aku lega.

"Kenapa tanya gitu?"

"Aku takut"

"Saling percaya adalah kunci utama, aku harus percaya kamu dan kamu juga harus gitu" ujar kak Dion.

"Iya, aku pengen ngomong sesuatu sama kak Dion tapi gak bisa"

"Kenapa gak bisa?"

"Gak tau, susah aja gitu"

Kak Dion tertawa kecil, setelah itu pesanan kami datang. Aku melihat ada buah stroberi disana, aku langsung ingat kalau kak Dion itu suka banget sama stroberi.

"Kak Dion suka ini kan?" Tunjuk ku pada stoberi nya.

"Kok tau?" Kak Dion penasaran.

"Mama kak Dion yang kasih tau" jawab ku.

"Apalagi yang kamu tau?"

"Kak Dion juga suka hot chocolate" ucap ku mengingat-ingat.

"Terus"

"Kak Dion gak suka pedas" lanjut ku lagi.

"Terus"

"Kak Dion suka nerkam"

Kak Dion tertawa mendengar jawaban ku. Itu adalah fakta yang sangat valid. Aku mengambil stoberi nya dan menyodorkan nya pada kak Dion.

"Gigit tapi ditahan dulu" suruhku.

Kak Dion hanya menuruti nya, aku mendekat kearah nya begitu yakin kalau kak Dion sudah menggigit stroberi nya. Aku menggigit stroberi yang berada di mulut kak Dion, bibir kami bersentuhan. Sengaja aku sedikit lama dalam posisi itu, kami bertatapan.

Aku menyudahi nya, kak Dion masih terkejut dengan tingkah ku yang secara tiba-tiba.

"Kamu..." Kak Dion masih tidak percaya dengan yang aku lakukan tadi. Mungkin aku terlalu bar-bar?

"Kenapa?"

Kak Dion menarik kursi ku dengan kuat, wajah kami sangat dekat. Kak Dion menatap ku dengan tajam dan dalam.

"Seharusnya tadi itu gak boleh" kak Dion berbisik pelan tapi suara nya begitu dalam.

Aku salah...aku salah...aku memancing aura liar nya keluar.

BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Where stories live. Discover now