8

61 13 0
                                    

Tiba hari nya kak Dean sudah tidak bisa melihat Farah lagi walaupun hanya tubuh nya. Ya, ini hari pemakaman nya Farah. Aku berdiri dari kejauhan, melihat sudah banyak orang yang pergi. Hanya tinggal kak Dean sendiri yang terus menatap batu nisan dengan sedih.

Kak Dean terlihat menyedihkan dalam kondisi saat itu. Kak Dean bahkan tidak terlalu banyak makan beberapa hari terakhir.

Aku menghampiri kak Dean dan memegang pundak nya mencoba memberi nya sedikit kekuatan untuk tidak sedih lagi. Kak Dean menoleh dan tersenyum pada ku.

"Kak, ayo pulang" ajak ku.

"Kalau dia tidak selingkuh, dia gak bakalan kayak gini kan?" Tanya kak Dean mulai menatap ku.

"Kapan terjadi nya?"

"Besok nya setelah kakak tau" jawab kak Dean mengelus batu nisan Farah.

"Cincin itu?"

"Dari pria busuk itu"

"Kenapa kakak bersedih?"

"Kamu tau kan kalau kakak sayang sama Farah, tapi dia kayak gitu, kakak muak" kini nada kak Dean berubah, menjadi amarah yang seperti nya akan meledak.

"Kakak marah atau sedih?"

"Marah"

"Selama ini kakak pura-pura?"

"Kenapa kamu bisa tau?"

"Ini bukan pertama kali nya kak" jawab ku enteng.

Kak Dean hanya tersenyum, lalu berdiri mengajakku untuk segera pulang kerumah.

Paham kan?

-1 minggu kemudian-

Kasus Farah ditutup karena tidak ada bukti apapun yang mengarah pada siapapun itu. Polisi menyelidiki setiap inci dari kasus ini tapi tidak ada satu pun bukti yang akurat untuk polisi menangkap si pembunuh.

Polisi hanya menutup kasus Farah dengan kata perampok acak. Memang saat kejadian, beberapa kali polisi mendapatkan kasus perampokan sekaligus pembunuhan.

Tapi mau bagaimana? Polisi juga menyerah.

Apa Farah akan bergentayangan?

Aku menghabiskan roti ku dengan sesekali meminum susu coklat. Aku memisahkan pinggiran roti dan bagian putih nya. Aku suka pinggiran roti, saat memakan nya aku merasa senang.

"Lo gak makan itu?" Tanya Ely.

"Gak suka" jawab ku.

"Oh gitu"

Aku meminggirkan piring ku dan mengambil susu coklat ku, langsung aku habiskan. Aku mau ke kelas.

"Hai"

"Oh kak Dion" Ely melambaikan tangan nya begitu juga Eva dan Sasha.

Sepertinya kak Dion memang ramah terhadap semua orang, senyum nya begitu ringan dan mudah diberikan pada orang-orang sekitar nya.

Aku melirik sebentar kak Dion yang berdiri di samping Ely. Sudah beberapa hari ini kak Dion sering mendatangi kami yang sedang makan di kantin. Kak Dion berbasa-basi dengan Ely, Eva dan Sasha saja, dengan ku dia malah mengacau dan menganggu.

Sejujurnya aku cukup risih. Aku tidak tau apa tujuan sebenarnya mau apa kak Dion berperilaku seperti ini.

"Ini punya siapa?" Tanya kak Dion menunjuk roti yang tersisa.

"Tuh Zea, kata nya gak suka, cuma makan pinggiran roti nya aja" jawab Ely yang masih menikmati bubur nya.

"Gue suka, buat gue ya?"

"Ambil aja kak" jawab ku.

"Thanks"

Aku hanya mengangguk saja.

"Ely, Eva, Sasha, aku mau ke perpustakaan, aku duluan ya" pamit ku.

Aku mengubah rencana ku untuk ke kelas, setelah di pikir-pikir bosan juga.

"Oh oke, hati-hati" jawab Ely. Eva dan Sasha hanya memberikan jempol saja.

"Eh kenapa buru-buru?" Tanya kak Dion.

"Mau cari buku kak, takut keburu masuk, duluan kak"

Aku langsung pergi dari sana.

Beberapa menit kemudian aku sampai di perpustakaan, aku mulai menelusuri rak demi rak. Aku sadar kalau seseorang mengikuti ku, aku tau persis dia siapa. Kak Dion adalah orang yang tepat.

"Kalau sadar kenapa harus pura-pura gak tau?" Tanya kak Dion yang menyejajarkan jalan nya dengan ku.

"Terkadang lebih baik pura-pura" jawab ku tersenyum.

"Cari buku apa? Gue bantu"

"Tentang pertumbuhan makhluk hidup kak"

"Oh itu sebelah sana" tunjuk nya apa rak yang paling ujung.

Gelap, itu lah yang aku lihat di rak itu.

Aku berjalan tanpa mau memerdulikan kak Dion, sesampai nya disana aku melihat hanya ada komik. Aku berbalik badan, tapi kak Dion malah mendorong ku masuk kedalam.

Apa mau nya?

Kak Dion melonggarkan dasi nya, mendekat dan mendekat. Aku seperti melihat kak Dion yang lain, ini berbeda dari dia yang biasa nya. Aku merasa terapit, kak Dion meletakkan tangan nya di samping telinga ku dan satu tangan nya memegang rak.

Dia tersenyum, begitu licik.

"Tidak baik berpura-pura" ucap nya dengan suara berat.

"Kakak mau apa?" Tanya ku takut-takut.

"Kepolosan mu tidak mempan buat ku" kak Dion tersenyum. Kenapa jadi mengerikan begini?

"Aku harus pergi kak"

"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau bahkan saat ini juga"

Aku menelan ludah ku. Kenapa dengan nya?

"Apa mau kak Dion?" Tanya ku pada inti nya. Dia begini pada ku sudah pasti mau sesuatu.

"Mau ku?" Dia tertawa kecil.

Aku merasakan ada hawa aneh dengan kak Dion yang sekarang.

"Aku ingin diri mu" bisik nya tepat di telinga ku.

"Maksud kak Dion?"

"Jadi pacar ku maka aku akan pura-pura tidak tau seperti yang kamu lakukan selama ini"

"Tau apa?"

Kak Dion menatap ku tajam, sorot mata yang begitu mengerikan. Apa yang dia tau?

"Kamu dan Dean, yakin tidak ada hubungan apa-apa?"

Aku mulai terdiam. Apa dia tau aku dan kak Dean adalah kakak-adik? Tapi, ini mustahil. Aku mahir menyembunyikan nya beberapa tahun lalu, tapi kak Dion?

"Dan soal Farah?"

Kak Dion memiringkan kepala nya sambil tersenyum.

Astaga! Apa yang dia tau sebenarnya? Dan sebanyak apa?

"Dean, membunuh nya bukan?"

Kali ini aku diam membeku.


BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU💜

WHO I AM?[COMPLETE]Where stories live. Discover now