46

18 7 1
                                    

Aku juga tidak tau ini buruk atau baik, harus senang atau tidak. Pertemuan antara keluarga ku dan kak Dion mengambil sepakat bersama kalau setelah aku lulus SMA kami akan bertunangan dan bahkan menikah. Aku mencoba memberi alasan aku masih mau kuliah dan masih mau kerja. Tapi alasan itu dijawab dengan:

"Sekarang kuliah membolehkan nikah duluan kok, gpp"

"Kamu ngapain kerja, andalin Dion aja"

Itu lah jawaban nya, setelah di bilang begitu aku sudah tak tau harus bicara apa. Aku senang karena aku disatukan dalam ikatan suci nanti dengan kak Dion tapi menikah di usia yang menurut ku masih muda bukan lah impian ku sama sekali.

Aku masih ingin jalan-jalan dengan uang yang aku hasilkan, aku masih ingin belajar banyak hal dan lain sebagai nya.

Kalau kak Dion sendiri sangat senang, tapi karena aku mengutarakan alasan ku kenapa tidak mau menikah dengan cepat syukurlah kak Dion bisa mengerti. Kata kak Dion dia bakalan coba bujuk orang tua nya lagi untuk menunda sedikit lama soal pernikahan.

Aku sempat kepikiran apakah kak Dion benar-benar tidak marah atau kecewa? Masalah nya saat mendengar kami akan bertunangan saja dia sudah sangat berbahagia, aku takut akan mengecewakan nya. Belum lagi saat awal-awal pacaran kak Dion pernah menanyakan hal ini.

Aku berada di kantin dengan orang-orang yang seperti biasa nya. Kak Dean tampak sangat terang-terangan mengejar Ely. Aku tertawa melihat betapa kesal nya Ely yang selalu dijahili oleh kak Dean. Ternyata begini kalau kak Dean sedang mengincar mangsa nya.

"Oh iya, gue denger-denger kata nya perpisahan kelas 12 dipercepat ya?" Tanya Eva yang mencoba mencari kebenaran.

"Iya, sebelum ujian dilaksanakan nya, masih belum tentu tanggal tapi minggu depan seharusnya" jawab Ely.

"Kok gitu? Aneh banget" Daniel menyeruput minuman nya hingga habis.

"Ya lo tau sendiri lah gimana keadaan sekolah kita akhir-akhir ini" Sasha ikut nimbrung.

"Iya sih, mungkin takut bakalan kejadian lagi"

"Jangan sampai sih, berasa apa gitu gue sekolah disini, ngeri"

"Jangan dibahas, nanti kejadian lagi tau rasa" ucap Daniel mencoba mengakhiri obrolan itu.

"Lo juga ngomong nya jangan gitu"

"Terus acara nya apa aja? Perpisahan biasa gitu?" Tanya Sasha.

"Iya, yang kelas 10 sama 11 harus nampilin sesuatu gitu buat kakak kelas nya yang udah mau minggat"

"Njir minggat" Eva memukul Daniel sambil tertawa.

"Semoga secepatnya nya deh, males gue" jawab Ely mencomot kerupuk milik ku.

"Kenapa?" Tanya kak Dean.

Bau-bau keuwuan sudah tercium.

"Mau kak Dean minggat dari sini, gak capek apa gangguin terus"

"Engga" kak Dean menggeleng.

"Gue nya yang capek kak"

"Ya terserah"

"Kak Dean sama Ely pacaran ya?" Tanya Eva menunjuk mereka berdua bergantian.

"Iya" / "engga" jawab kak Dean dan Ely samaan.

Mereka saling pandang, aku tersenyum melihat nya.

"Kita engga pacaran" jawab Ely setegas mungkin.

"Ralat, belum tapi nanti iya" kak Dean tidak mau kalah.

"Gue tolak"

"Gak mungkin" kak Dean tampak percaya diri.

"Kenapa gak mungkin?"

"Gue ganteng"

"Gak cari yang ganteng" sanggah Ely dengan cepat.

"Gue kaya"

"Harta gak dibawa mati" Ely makin tidak mau kalah.

"Gue cowok langka"

"Gak suka cowok langka banyak saingan nya"

Kak Dean tidak menanggapi nya lagi dan malah mengacak-acak rambut nya Ely. Aku melihat kak Dion yang hanya diam saja dari tadi, entah apa yang dia pikirkan saat ini.

Aku menyenggol nya.

"Apa?" Tanya kak Dion.

"Kak Dion kenapa?" Tanya ku balik.

"Gpp, emang aku kenapa?" Kak Dion mencoba tersenyum seperti biasa.

"Gak tau kak Dion nya"

Kak Dion tersenyum manis, lalu pembicaraan kami berhenti disitu.

"Eh kita disini aja ya, kan kita jamkos" ucap Ely yang ditujukan pada ku dan Daniel.

"Kok kelas kalian sering jamkos sih? Kita jarang, capek gue" keluh Eva.

"Nasib"

"Jangan bolos" kak Dean menjentik kening Ely.

"Apa nya yang bolos, kan jamkos kak"

"Aku pamit dulu ya, mau ke kelas bentar sekalian sambil hp" pamit ku pada mereka.

"Gue titip botol minum gue ya" titip Ely.

"Oke, Daniel?"

"Gak usah" jawab Daniel seadanya.

"Oke, ayo kak Dion" ajak ku membuat kak Dion sadar dari lamunan nya.

"Ha?"

Aku menarik kak Dion pergi, sebenarnya aku bukan nya mau ke kelas tapi mau bicara dengan kak Dion. Tampak nya ada yang menganggu pikiran kak Dion.

Aku menarik nya ke rooftop dengan cepat, kak Dion hanya pasrah ku tarik. Biasa nya kak Dion akan bicara sebanyak mungkin apalagi ini aku yang mengajak nya duluan untuk pergi.

Kami sampai di rooftop, seketika melintas di pikiran ku kejadian waktu itu. Tiba-tiba kaki ku terasa lemas, aku berhenti sebentar.

"Pergi aja ya, ngapain kamu kesini?" Tanya kak Dion yang tau akan situasinya.

"Gpp, ayo naik" paksa ku.

Aku membuka pintu dan terlihatlah pemandangan sekolah dari atas sini. Kak Dion tiba-tiba memeluk ku dari belakang, sudah aku bilang anak ini sedang tidak tau kenapa.

"Kak Dion kenapa?" Tanya ku melepaskan pelukan kak Dion.

"Mikirin kamu" jawab kak Dion terdengar jujur.

"Aku kenapa?"

"Kan kamu bilang gak mau nikah dulu"

"Soal itu, lupain aja kak"

"Kenapa?" Tanya kak Dion heran.

"Kak Dion mau secepatnya kan? Tunggu udah setahun atau dua tahun kuliah boleh deh" ujar ku memutuskan.

"Engga, kamu gak boleh maksain kalau itu demi aku" tolak kak Dion.

"Emang kenapa kalau aku lakuin demi kak Dion? Aku ngerasa kak Dion udah banyak lakuin sesuatu demi aku, kenapa aku gak boleh?"

"Nanti kamu gak nyaman" jawab kak Dion dengan suara lembut nya.

"Gpp, setelah aku pikirin, lebih cepat lebih baik"

"Kamu seriusan?" Tanya kak Dion menyakinkan.

"Iya"

Kak Dion tersenyum, mengelus rambut ku lalu memeluk ku lagi. Ternyata ini yang membuat kak Dion benggong, dia sampai memikirkan bagaimana cara nya untuk menunda nya sedikit lama dan aku hanya tau tunggu saja. Aku merasa jahat pada kak Dion.

"Makasih" ujar kak Dion.

"Kak Dion besok ada waktu?" Tanya ku melihat nya.

"Buat kamu semua ada"

"Jalan yuk"


BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Where stories live. Discover now