33

25 7 9
                                    

Aku membuka mata ku pelan, kalau orang-orang pasti akan langsung bertanya mereka ada dimana tapi aku tidak akan lakukan karena itu hal klasik yang di buat-buat. Fiona menusuk ku dengan pisau yang tampak nya sudah ia siapkan dengan matang.

Aku tidak tau pasti apa maksud Fiona melakukan ini tapi dia sudah melewati batas nya. Tapi, ada satu hal yang aku curigai soal insiden ini. Bodoh nya di pikiran ku ini bukan lah ulah Fiona sepenuh nya, dia seperti terbujuk akan sesuatu.

Ingat saat kak Dion dan kak Dean mengancam nya soal akan mengeluarkan nya dari sekolah, wajah nya tampak kaku membeku saat itu. Hanya dengan ancaman saja dia takut dan dia sekarang berani berniat membunuh ku?

Untung saja nyawa ku masih selamat.

Aku mengedarkan pandangan ku, kak Dion tertidur di samping ranjang. Tidak ada kak Dean, seperti nya kak Dion menyuruh nya pulang.

Aku menggerakkan tangan ku untuk mencapai kepala kak Dion, mengelus rambut nya dengan pelan. Kak Dion bergerak, lalu mengucek mata nya pelan. Kak Dion tampak terkejut bahkan dia langsung memeluk ku.

"Zea" panggil nya.

Aku menepuk punggung kak Dion pelan. Aku bisa merasakan khawatir dan takut nya kak Dion saat ini. Aku melepaskan pelukan kak Dion dan yang ku lihat adalah air mata nya.

"Sakit kan?" Tanya nya dengan air mata yang terus keluar.

Aku mengangguk. "Sakit"

"Aku bakalan buat yang lebih sakit untuk Fiona"

Aku meraih tangan kak Dion, menatap nya dalam. Kami bertatapan kurang lebih 1 menitan, kak Dion masih sesekali mengeluarkan air mata nya.

"Kak Dion" panggil ku lesu.

Apa karena efek darah ku berkurang dan aku dalam kondisi seperti ini, suara ku terdengar seperti orang yang mau mati dalam hitungan menit.

"Kak Dion gpp?" Tanya ku balik.

"Sakit Zea" jawab nya tersenyum pedih.

"Kak Dion perlu di infus?"

Kak Dion tiba-tiba mencium ku, membuat ku terdiam total. Bukan... Bukan dipipi atau di kening tapi...kalian tentu tau sendiri, aku terlalu kaget untuk menjelaskan situasi ini.

Kak Dion mulai bermain dengan ku, melakukan nya dengan pelan dan lembut setelah itu dia lepaskan. Air mata nya keluar lagi. Aku memegang bibir ku dengan tangan gemetaran. Akhirnya bibir ku sudah tidak perawan lagi, kak Dion merebut itu di saat kondisi ku tak punya tenaga seperti ini.

Dia curang?

"Maaf" ujar kak Dion menunduk.

Aku mendorong kak Dion menjauh sedikit, aku masih kaget kalian tau? Para perempuan pasti tau perasaan yang entah gelisah, geli, jijik atau rasa lain nya yang bercampur dihati.

"Kak Dion keluar" suruh ku dengan suara pelan.

"Zea" kak Dion memegang tangan ku tapi ku tepis.

"Keluar"

"Maaf"

"Keluar kak" suruh ku sekali lagi dengan suara yang sedikit ditinggikan.

Kak Dion pasrah berjalan keluar, aku juga tidak tau pasti kenapa mengusir nya. Jujur saja aku tidak marah, aku hanya tidak mau ada didekat kak Dion saat ini.

"Ahh jantung ku" gumam ku begitu kak Dion menutup pintu.

-keesokkan hari nya-

Aku membuka mata ku pelan dan orang pertama yang ku lihat adalah papa yang berada disamping ku.

"Pa" panggil ku lirih.

Seperti nya tenaga ku masih belum terkumpul.

"Sayang, kamu gpp? Masih sakit?" Nada papa terdengar khawatir. Aku hanya tersenyum.

Saking tidak mampu berbicara nya aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Papa mengelus rambut ku dengan sayang, tak lama mama dan kak Dean masuk.

Mama langsung berjalan cepat kearah ku dan air mata nya keluar. Aku mengusap air mata itu dan setelah nya mama mengambil ahli mengusap nya sendiri.

"Siapa yang ngelakuin ini sama kamu?" Tanya papa mulai serius.

"Bukan siapa-siapa pa" jawab ku tak mau membesarkan nya. Terlalu pusing untuk ku memikirkan kronologi nya saat ini.

"Papa tidak terima putri papa di perlakukan seperti ini"

"Dean yang bakalan urus itu pa, akan Dean pastikan tidak ada kata ampun" ujar kak Dean terdengar menggebu-gebu.

"Kak"

"Kamu diam, tidur, makan dan fokus pemulihan diri"

"Kak"

"Ini udah keterlaluan sayang, kamu hampir tidak tertolong" ucap mama.

Aku sendiri terkejut, apa separah itu? Arti nya aku sempat di ujung tanduk? Serangan Fiona seperti nya cukup berhasil.

"Kata dokter kamu kekurangan darah karena ambulans datang nya telat, belum lagi golongan darah kamu langka, dirumah sakit tidak ada tapi syukurlah ada Dion yang golongan nya sama kayak kamu" jelas mama singkat.

"Papa benar-benar berterima kasih sama Dion, dia penyelamat kamu, seperti nya papa tidak salah percaya orang" ujar papa menambahkan.

Seperti nya kak Dion benar-benar memenangkan simpati papa dan mama. Begitu ahli nya dia dalam hal ini.

"Kak Dion nya mana?" Tanya ku yang sedari tadi tidak melihat kak Dion.

"Tadi pamit pulang, mama suruh dia buat pulang dan bersih-bersih, tapi dia tetap mau disini, setelah bicara sama papa kamu dia langsung pamit pulang"

Aku menatap papa dengan curiga.

"Papa apakan kak Dion nya?" Curiga ku.

Papa hanya diam saja menatap ku, karena tak dapat jawaban aku berpaling ke mama yang tengah menyiapkan buah. Aku menatap kak Dean, kak Dean juga menatap ku balik dan alhasil kami tatap-tatapan cukup lama.

"Masih sakit dek?" Tanya kak Dean, tatapan nya terlihat sedih.

Aku mengangguk "masih, tapi dikit"

"Kakak heran kenapa dia tiba-tiba gitu sama kamu"

Aku mengangguk yang menyetujui hal itu.



BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU 💜

WHO I AM?[COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang