17

33 10 0
                                    

Yang benar saja aku sudah berada dirumah kak Dion yang tenang. Langsung tadi didepan pintu aku di sambut oleh mama nya kak Dion dengan senyum yang ramah dan penuh kasih sayang pasti nya. Aku seolah disitu adalah anak nya yang asli bukan kak Dion.

Kami sempat makan bersama sesuai dengan keinginan mama kak Dion, entah mama nya ingin mengujiku atau apa, tapi mama nya kak Dion mengajak ku untuk memasak. Tapi, mama nya kak Dion yang menentukan aku harus masak apa.

Disaat itu aku yang kebanyakan memegang kuali dan spatula, sedangkan mama nya kak Dion tugas nya menyiapkan bahan-bahan.

Setelah makan itu, aku beres-beres dan kak Dion mengajak ku melihat-lihat rumah nya. Mulai dari tanaman yang mama nya sayangi, mama nya kak Dion suka mawar putih, begitu banyak dihalaman tadi. Dan aku juga baru tau kak Dion juga suka warna putih, kata nya karena mama nya suka jadi dia ikutan. Lalu kami lanjutkan ke dalam rumah, melihat foto-foto keluarga kak Dion dan foto pada saat kak Dion masuk TK, SD, SMP dan sudah ada foto SMA nya juga. Setelah itu kak Dion mengajak ku naik kekamar nya, sejujurnya aku tidak mau karena kami lawan jenis tapi kak Dion bilang kalau nanti pintu nya gak di tutup, jadi aku iyakan.

Saat masuk aku hanya melihat kerapian di mana-mana. Ada lemari yang cukup besar, kasur yang serba putih, kamar yang di cat berwarna putih semua, ada lukisan yang digantung di atas kasur nya, ada jendela berukuran sedang, ada rak buku yang terisi hampir penuh. Oh jangan lupa ada kamar mandi nya, kamar kak Dion sangat besar. Rasa nya bisa muat 2 kasur disini. Dan ini, ada televisi juga.

Sebagai seorang cowok, kamar ini cukup rapi.

Kak Dion terlihat membuka jendela yang tertutup, lalu menghampiri ku yang tengah memperhatikan detail kamar nya.

"Sini" kak Dion menepuk kasur nya, menyuruh ku untuk duduk.

Saat duduk, kami diam. Mungkin ini nama nya canggung. Mata ku menyipit melihat sebuah tongkat bisbol yang dicat warna merah, aku melihat kek Dion yang tengah menunduk. Tampak betul dia mencari topik.

"Kak Dion" panggil ku.

"Panggilan nya" tegur nya.

"Gak kebiasa, gpp ya"

"Ya udah, kenapa?"

"Itu tongkat bisbol nya kenapa warna merah? Biasa nya tongkat bisbol enggak kayak gitu deh warna nya" tanya ku penasaran.

"Oh itu aku cat" jawab kak Dion menggaruk kepala nya.

"Ohh gitu, kenapa di cat?"

"Biar beda"

Aku mengangguk saja. Mata ku melihat sebuah keranjang baju kotor yang hanya ada satu baju. Baju serba putih, tapi mata ku melihat ada noda merah disana. Apa itu?

"Itu baju nya kenapa ada merah-merah nya?" Tanya ku lagi. Seperti nya aku sedang mode kepo.

"Kena cat sayang" ucap kak Dion.

"Ihhh" aku memukul lengan kak Dion setelah mendengar panggilan yang dia lontarkan.

Astaga, kenapa aku jadi ngeri, jijik dan eneg sendiri?

"Kenapa? Gak suka ya?" Tanya kak Dion tersenyum.

Aku mengangguk saja, karena memang begitu kan? Salah kah?

"Sama, aku juga kaget kenapa aku bilang gitu"

Aku hanya menggeleng melihat ekspresi bodoh kak Dion, lalu dia tertawa saat itu.

"Kak Dion suka putih? Maksud nya suka banget?" Tanya ku lagi.

"Iya banget, aku bahkan lebih banyak baju warna putih, aku bahkan mengoleksi satu setelan yang berwarna putih semua" jawab kak Dion dengan antusias.

"Ah begitu"

"Kenapa?"

"Gpp, aku juga suka putih" ujar ku.

"Jodoh ya kita?"

Baru saja aku mau memukul nya tapi aku urungkan. Kak Dion turun dan duduk di lantai sedangkan aku tetap di kasur. Kak Dion meraih tangan ku yang ku letakkan di paha, lalu kak Dion meletakkan kepala nya di pangkuan ku.

Aku tentu kaget dengan pergerakan kak Dion yang seperti ini.

"Jangan pernah ninggalin ya, apapun yang terjadi" ucap kak Dion tiba-tiba.

Aku diam saja. Aku juga binggung harus jawab apa. Sejujurnya aku binggung dengan perasaan ku pada kak Dion, entah suka atau tidak, entah cinta atau tidak, entah sayang atau tidak. Aku benar-benar tidak tau, semua nya masih abu-abu bagi ku.

Kalau begini, rasa nya aku merasa bersalah pada kak Dion yang terlihat begitu menyayangi ku sepenuh nya, setiap kami bertatap mata, aku bisa merasakan dan melihat ketulusan kak Dion di sana. Mata yang lembut, perlakuan kak Dion yang baik, perhatian yang luar biasa dan menjadi orang yang paling khawatir jika aku kenapa-napa.

Mau di cari dimana lagi cowok seperti kak Dion?

Kak Dion tiba-tiba mengangkat kepala nya, lalu menatap ku. Tangan nya masih memegang tangan ku. Aku juga melihat nya kami bertatap sebentar.

"Kamu bisa main PS?" Tanya kak Dion.

"Bisa, tapi dikit aja" takar ku dengan jari.

"Mau coba?"

"Game nya apa dulu, nanti kalau gak bisa aku yang kalah terus" ujar ku.

Kak Dion tertawa lagi. Seperti nya kak Dion suka tertawa.

"Gampang kok, Dean juga sering main game ini"

"Oh game itu, bisa bisa" aku langsung antusias. Game yang sering banget dimainin kak Dean sampai-sampai aku hafal omongan karakter nya.

"Ya udah bentar aku siapin"

Kak Dion bangun dan menuju tv yang berada di kamar nya. Aku melihat setiap gerak-gerik nya kak Dion, hanya memperhatikan nya. Tanpa aku sadari kak Dion melihat ku juga, dia tersenyum.

Kak Dion menghampiri ku, menurunkan badan nya hingga setinggi ku yang sedang duduk. Perlahan kak Dion memajukan wajah nya, membuat ku kaget dan memundurkan dengan cepat wajah ku.

Apa ini? Astaga jantung ku.

"Jangan diliatin kayak gitu, aku bisa lepas kendali, aku mengganggap mu seorang wanita loh" ucap kak Dion yang membuat ku merinding.


BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU💜

WHO I AM?[COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें