21

27 9 2
                                    

Masih di hari yang sama dimana kak Dion marah dengan ku hanya soal anak baru itu, Daniel nama nya. Kak Dion bahkan tidak datang kemeja ku seperti biasa yang dia lakukan ketika kami istirahat.

Saat jam istirahat kak Dion akan menghampiri ku, makan bersama dan apalagi kalau bukan mengganggu ku. Aku bahkan sempat tersedak karena gurauan nya itu, ujung-ujungnya kak Dean memukul nya hingga tangan nya sakit besok nya.

Laki-laki selalu menggunakan otot ya? Sebenarnya aku binggung, kenapa laki-laki itu selalu menyelesaikan semua nya dengan kekuatan bukan nya pembicaraan damai saja? Atau saling mengatai nya dengan pedas? Seperti yang para perempuan lakukan.

Laki-laki menang fisik kalau perempuan menang bacot nya. Aku binggung semua hal yang ada di dunia ini, semua nya termasuk aku sendiri. Aku bertanya-tanya kenapa harus ada jenis manusia, dari laki-laki, perempuan, dan juga banci? Kenapa harus ada uang? Apa yang memotivasi Tuhan untuk menciptakan uang? Kenapa harus berbagai warna uang? Kenapa tidak satu saja?

Hal-hal yang ku tanyakan akan lebih dari yang aku sebutkan diatas. Aku sebenarnya orang yang cerewet tapi di lain sisi aku juga orang yang pendiam. Aku bisa diam seribu bahasa. Aku bukan tipe orang yang meledak-ledak emosi nya ketika di ganggu atau barang ku hilang atau rusak atau apapun. Emosi ku adalah dengan diam, tak satu kata pun aku keluarkan kalau sudah emosi.

Kembali lagi, kak Dion berada di seberang meja bersama kak Dean, aku yakin dia sudah ingin menggebrak meja ini karena tau kan kalau Daniel tadi minta barengan ke kantin nya. Untung saja kak Dean bantu menahan nya kalau tidak entah apa yang akan terjadi.

Aku menyadari satu hal, Daniel terus menatap ku dari tadi. Aku risih tapi juga khawatir. Risih karena aku benci ditatap seperti itu oleh siapapun, cewek atau cowok sama saja. Khawatir karena diseberang sana ada yang wajah nya memerah karena panas.

Api yang membara.

"Pacar lo kayak nya cemburu"

Aku melihat ke arah kak Dion yang entah berapa kali nya. Tatapan nya makin tajam.

"Udah tau gitu jangan ikut panasin" tegur ku. Karena sudah terang-terangan kalau Daniel itu sengaja.

"Gue suka liat cowok yang berjuang atau lagi cemburu dengan pacar nya" ujar Daniel tiba-tiba. Hal ini berhasil menarik perhatian ku.

Aku heran. Orang macam apa Daniel ini?

"Gue sendiri belum pernah memperjuangkan seseorang yang spesial dalam kategori dia emang sejak awal hanya orang asing, selama ini perjuangan gue cuma buat keluarga" lanjut Daniel.

"Belum pernah pacaran nih?" Tanya Ely yang ikut nimbrung.

Sasha dan Eva juga terlihat tertarik, masalah cowok dengan pemikiran seperti Daniel ini belum pernah aku temui, mungkin itu juga yang Ely, Sasha dan juga Eva pikirkan.

Daniel menggangguk. "Gue mau belajar untuk memperlakukan orang spesial gue nanti dengan baik, ya walaupun gue tau gue gak bakalan ngelakuin nya dengan sempurna"

"Gue baru ketemu yang kayak lo" Ely juga tampak kagum.

Memang sih, pemikiran Daniel ini cukup unik.

"Gue mau tau sakit nya cewek, selama ini gue perhatiin mereka selaku oke di luar tapi dalam nya engga"

"Cewek emang gitu, gue jadi binggung sekarang, banyak yang bilang kalau cowok itu gengsi tapi kalau gini urusan nya yang gengsi siapa? Cewek atau cowok?" Ely melemparkan pertanyaan yang sama dengan yang aku binggung kan selama ini.

Cowok? Cewek?

"Sebenarnya semua nya kita miliki, kayak gengsi, egois dan emosi lain nya, cuma ada batas nya" jelas Daniel singkat.

"Gue setuju, terkadang maka kita akan ketemu sama orang yang gak gampang marah tapi dia egois dan juga gengsi nya tinggi, atau mungkin sebalik nya" Sasha menambahkan.

Seperti ini pembahasan seperti ini menarik.

"Tepat begitu, gue tertarik dengan manusia untuk mempelajari lebih lanjut"

"Fiks nih anak nanti kuliah jurusan psikologi"

"Tau aja lo" Daniel tersenyum.

"Ehh beneran?!" Ely refleks mengeluarkan suara tinggi nya membuat beberapa orang melihat kearah kami semua.

"Ely suara lo" tegur Eva.

"Maaf maaf, astaga gue cenayang" Ely memegang dada nya dengan bangga atas tebakan nya.

"Tapi, bagaimana dengan manusia yang punya banyak kepribadian?" Tanya ku tiba-tiba.

Hal yang aku binggung kan sebinggung binggung nya.

"Kepribadian ya?"

"Terkadang kita tidak mengenal diri kita sendiri tapi kita sadar kalau kita adalah kita" sambung ku.

"Itu yang masih gue pelajari, manusia itu rumit tapi kadang mudah di tebak hanya saja liat sasaran nya, manusia itu adalah sesuatu yang menjijikan tapi juga bisa suci"

Aku sangat membenarkan kalimat terakhir yang di katakan oleh Daniel.

Manusia itu adalah sesuatu yang menjijikan tapi juga bisa suci.


BINTANG, KOMEN DAN SHARE WAHAI MANUSIA YANG MEMILIKI JARI 💜

LOPYOU💜

WHO I AM?[COMPLETE]Where stories live. Discover now