37🌻

682 130 22
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*****

Pukul 19:30 Alwi masih terpejam sendari tadi, Inne masih setia duduk di dekat nya. Sedangkan Tamy kini tertidur di bahu Ridho, mungkin kelelahan. Ridho tidak ingin bergerak walau badan nya terasa pegal, tapi ia tidak ingin menganggu tidur Tamy.

Ridho mengambil alih, ia memindahkan kepala Tamy dalam dada bidang milik nya sekarang. Ia menarik selimut kecil yang ada di dekat sofa. Lalu menyelimuti sebagian tubuh kekasihnya. Ia ikut terlelap dengan keadaan yang romantis, haha!

Ananda masih terjaga dalam tidur nya. Ia juga berbaring dekat Alwi. Namun, Inne masih melototi putranya, berharap ia akan bangun dan melihat dirinya yang tengah menunggu sang pemilik badan membuka matanya.

Suara bising dari masjid ke masjid terdengar, hari ini mereka tidak pergi tarawih karena tidak mungkin meninggalkan anak nya sendiri. Di rumah? Tidak-tidak. Mereka masih tetap ingin menemani Alwi. Ridho dan Tamy pun belum makan sendari tadi, begitu pula dengan Alwi yang hanya sempat minum. Makanan yang Tamy bawa pun masih utuh.

"Emm."

Inne mendengar suara kecil dari arah Alwi, Alwi mulai memberikan respon. Ia menggerak-gerakkan kepalanya. Mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali. Inne tersenyum, lalu tangan nya meraih rambut putranya pelan.

"Udah bangun? Alwi mau apa. Makan, minum at-"

Ucapan nya terhenti ketika tiba-tiba saja Alwi berbatuk. Ananda yang di samping nya sontak saja bangun. Tetapi tidak dengan Ridho dan Tamy mereka masih terjaga. (Yang lagi uwuwu ² an😂)

"Uhuk uhuk!!"

Alwi, meremat dada nya. Kepalanya terasa pening dua kali lipat. Ia bahkan tidak bisa mendengar perkataan dari kedua orang tuanya. Inne memeluk tubuh putranya. Sedangkan Ananda mengambil air yang tidak jauh dari tempat tidur Alwi.

"Hey, sini. Alwi kenapa?"

Inne panik, benar-benar panik kali ini. Ia terus memeluk Alwi erat. Menenangkan nya begitu pula dengan Ananda. Namun, Alwi masih saja sama.

"Uhuk uhuk!!"

Cairan merah keluar dari hidung dan mulutnya. Kaos putih yang Inne pakai kini terlihat jelas ada bercak darah dari mulut Putranya. Ananda bergegas mengambil tisu dan membersihkan bekas darah yang menempel pada sebagian mulut Putranya.

"Ma ... maaf baju Bunda ....!"

"Syutt! Udah enggak papa. Alwi gimana sayang masih sakit enggak?" tanya Inne memegang kedua pipi nya.

Alwi tidak merespon, tangan nya meremat kuat pada selimut tebal miliknya. Inne yang melihatnya tau, ia pasti tengah merasakan rasa sakit yang luar biasa. Ia berniat untuk mengganti pakaian nya, dan memberikan Alwi pada Ananda sebentar.

"Alwi, Alwi sama Ayah dulu yah. Bunda mau ganti baju dulu. Nanti Bunda ke sini lagi," ujar Inne. Ananda langsung mengambil alih.

Alwi bersender di dada bidang milik Ayah nya. Untuk ke sekian kali nya ia merasakan hal seperti ini lagi. Dari waktu kecil ia sering tidur di dekapan Ayah nya. Kini ia merasakan nya kembali, walau ada rasa sakit yang ia rasakan. Tapi ia senang bisa merasakan hal yang dulu pernah ia rasakan.

Inne kembali dengan pakaian baru nya, ia memegang satu mangkuk bubur serta air hangat pada nampan yang ia bawa. Alwi hendak tidur namun di bangunkan oleh Inne.

"Jangan dulu tidur, Alwi belum makan. Makan dulu gih." Inne duduk di sebelah Alwi yang masih bersender pada tubuh Ayahnya.

Alwi menggeleng brutal, mulutnya terasa pahit. Perutnya pun tidak lagi merasakan lapar. Rasa lapar nya kini lenyap. Ia hanya ingin tidur untuk saat ini.

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now