34🌻

662 130 21
                                    


Bingung antara egois dan tidak, jika hati sudah terlanjur tergores oleh luka. Bersikap egois juga tidak apa-apa. Jangan mendekat hanya untuk menerkam. Jangan menjauh hanya karena takut akan tidak di kenali.
|• AL •|

*****

"Aku mesti bagaimana Tam?!"

Ridho menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan miliknya. Ia benar-benar bingung kali ini, orang yang terlihat tegas, dingin, serta berwibawa kini terlihat benar-benar lunglai di hadapan seorang wanita.

"Dho, percaya deh semua masalah pasti akan ada jalan. Kamu hanya harus tetap sabar, dan mintalah petunjuk sama Allah." Tamy memegang pundak sebelah kiri Ridho.

Ridho masih terisak, Tamy memegang kedua tangan nya dan mengajak nya untuk berbicara serius kali ini.

"Dho, lihat aku." Tamy memegang kedua pipi Ridho dan menatapnya penuh kehangatan.

"Sekarang. Kamu temui Adik kamu, jelaskan secara perlahan, aku tau Dho. Adik kamu itu orang yang lemah lembut. Ia pasti akan senang mendengarkan penjelasan kamu," tutur Tamy dengan senyuman khas nya. Hati Ridho seketika tersentuh, yah Tamy memang benar. Semarah apapun Adiknya. Itu tidak akan pernah bertahan lama, pasal nya Alwi lebih tau bahwa bermarah-marahan lebih dari 3 hari itu tidaklah baik.

"Kau benar, terima kasih." Ridho menghapus jejak air mata nya. Lalu bergegas untuk pergi.

"Aku pulang yah, nanti malam setelah terawih kamu ke rumah aku." Ridho berdiri lalu mengecup kening Tamy pelan, argh! Tentu saja membuat sang empu tersipu malu.

"Ah! Ridho. Yaudah sana pulang-pulang, husss." Tamy menggibas-gibaskan tangannya, seraya mengusir Ridho.

"Ngusir?" sinis Ridho.

"Enggak, udah sana pulang. Katanya mau temuin Adik kamu," elak Tamy di angguki cepat oleh Ridho.

Setelah Tamy memastikan Ridho sudah menjauh dari nya. Ia tersenyum menang, sambil mengelus-elus pipi nya bekas kecupan yang di berikan Ridho. Seketika ia loncat kegirangan, sungguh hari ini adalah hari keberuntungan dirinya.

"Ahhh! Aku senang sekali. Em ... aku mesti bawakan sesuatu buat Ridho juga Adik nya nanti malam." Tamy bertepuk riuh, lalu segera masuk ke dalam rumah nya.

*****

Selvi (Mon maaf man teman-teman. Kemarin² salah teknis 😂 bukan Silvi tapi Selvi wokeh 😂)
Ia mondar-mandir tidak jelas di dalam kamar nya. Mengapa ia benar-benar terlihat pucat ketika berhadapan langsung dengan Alwi. Surat kematian Alwi yang sudah kusut masih ia pegang, tapi? Pemilik tubuh itu masih utuh dan sempat ia lihat tadi.

"Argh!!"

Ia mengacak-acak rambut nya kasar, mata nya sudah memerah akibat kekurangan tidur. Kantung mata nya benar-benar hitam legam. Rasa takut terus saja menghantui dirinya, sampai saat ketika. Ia tertawa, lalu menatap dirinya di cermin.

"Haha! Aku tidak membunuhnya. Aku- aku hanya mengajaknya bermain, iya! Aku hanya mengajaknya bermain! Haha." Selvi menepuk-nepuk tangan nya sambil sesekali tertawa. 

Panji menerobos masuk ke dalam kamar Mama nya. Ia berlari lalu menghampiri sang Mama yang kini tengah tertawa tanpa ada sebuah lelucon. Sungguh mengerikan dari hantu, iya seperti nya begitu.

"Mama!"

"Aku tidak membunuhnya, aku hanya bermain-main." Selvi terus menggelengkan kepalanya brutal.

"Mama kenapa sih?"

"AKU TIDAK MEMBUNUHNYA!!"

Suara Selvi seketika menggelegar, setelah ia tertawa lalu menangis. Setelah menangis ia tertawa, wah! Seperti nya ini hal yang kurang wajar. Gangguan psikologis seperti tengah menyerang Selvi. (Mampos kau Tante jadi gila 😭 suruh siapa lakuin hal yang brutal 😂)

"Mamah!" tegur Panji memegang kedua pundak Selvi, tingkah nya semakin menjadi-jadi. Ia berteriak meminta tolong pada orang-orang di rumah.

Setelah di nyatakan bahwa Selvi memiliki gangguan kesehatan. Mereka memutuskan untuk membawa Selvi ke psikiater. Untuk di obati secara alami. Tentu saja hal ini membuat Panji sedikit terkejut, keluarga Inne memutuskan untuk mengurus Panji di rumah mereka. Sampai Selvi benar-benar sehat seperti semula.

Ridho menerobos masuk, ia meletakan jaket abu-abu nya di sofa. Lalu beranjak pergi menuju gudang yang berada di belakang dapur. Ridho melangkah-kan kaki nya ragu. Namun, ia tetap dalam pendirian nya.

Tok tok tok!

"Dek." Ridho berbicara halus kali ini, ia berharap akan mendapatkan jawaban dari Alwi.

Alwi yang mendengar penggilan dari sang Kakak hanya diam, ia menyenderkan tubuhnya di samping pintu gudang. Ia tidak ingin membuka suaranya, setengah tenaga nya kini benar-benar terkuras.

"Alwi."

Dor dor dor!

Ridho menggedor-gedor pintu gudang pelan, membuat Alwi sedikit risih. Ia memutuskan untuk duduk di atas kursi yang tidak jauh dari pintu gudang, sebelumnya ia mengusap-kan tangan nya ke atas kursi yang berdebu.

"Huff, Alwi. Kakak janji sebelum buka puasa, Kakak akan meminta Ayah untuk mengeluarkan kamu."

Setelah tutur kata terakhir yang di ucapkan Ridho. Alwi tidak lagi mendengar suara ocehan dari Kakak nya. Alwi memutuskan untuk tidur kali ini, supaya tubuh nya kembali bertenaga.

Ridho ber pas-pasan dengan Ananda juga yang lain nya yang baru saja memasuki rumah. Jam sudah menunjukan pukul 11 siang. Sebelum sore tiba Ridho harus sudah bisa membujuk Ayah nya untuk mengeluarkan Alwi, dan membebaskan nya dari hukuman.

"Ayah!" panggil Ridho.

"Kenapa?"

"Em-"

"Jangan bilang kamu mau paksa Ayah untuk membebaskan Adik kamu dari hukuman! Enggak. Ayah enggak akan setuju!!"

"Ayah, Ridho mohon. Bukan 'kah jika ramadhan tiba kita mesti memperbanyak ibadah dan menambah pahala dengan berbuat baik kepada orang? Lantas, apa yang Ayah lakukan pada Alwi Yah. Alwi baru pulang dari rum-"

Ridho mengigit bibir bawah nya, ia hampir saja keceplosan. Ridho menampar mulut nya pelan yang sama sekali tidak bisa di ajak kompromi.

"Em, maksudku. Alwi juga tengah menjalankan ibadah puasa Ayah. Jadi ... Ridho mohon. Berikan kunci gudang itu sama Ridho." Ridho memelas di hadapan Ayah nya sekarang, ia memohon dengan terus membujuk Ayah nya. Sampai Ananda benar-benar pasrah dan memberikan kunci itu pada Ridho.

*****

Ceklekk!

Pintu gudang terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang kini tengah berdiri. Alwi masih dalam tidur nya. Ia benar-benar lelah kali ini, ia tidur dengan posisi tubuh yang di atas kursi dengan tekukan kaki serta tangan yang melingkar di setiap sudut kaki nya.

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Место, где живут истории. Откройте их для себя