45🌻

691 140 17
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Adzan magrib berkumandang, Inne juga yang lain nya berbuka bersama di ruangan Ridho. Ananda duduk jauh dari Inne juga Mpok Atik sedangkan Alwi memilih untuk duduk di samping Kakak nya. Sampai mereka selesai berbuka.

'Kak ayo sehat lagi, Alwi kangen kita rebutin gelas tau.'

Alwi tersenyum nanar, sungguh hatinya benar-benar sakit kali ini. Ridho hanya diam menatap Alwi datar, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

"Kak," panggil Alwi mencoba untuk mengajaknya berbicara.

"Hm?"

"Em ... apa yah, enggak sih Alwi hanya panggil aja hehe. Abis nya hening." Alwi terkekeh tetapi tidak dengan Ridho, ia kembali diam dan menatap lurus ke depan.

'Duh, salah server. Aku kira Kak Ridho bakal nanya apa gitu,' gerutu nya dalam hati.

"Alwi mau makan sayang? Ridho kamu juga yah." Inne mengakhiri acara makan nya lalu menghampiri putra-putra nya.

"Enggak Bund, Alwi enggak lapar. Kak Ridho aja sana yang di ajak makan. Alwi keluar dulu yah mau ... em ... cari angin yah, cari angin hehe."

"Angin kok di cari, yang ada nanti kamu malah tambah sakit. Udah di sini aja diem. Ngemil kek apa kek, jangan keluar di luar dingin." nasehat Inne berhasil membuat Alwi pasrah dan hanya bisa duduk di ujung sofa sambil memperhatikan Ridho juga Inne.

'Sungguh aku ingin mengakhiri semuanya. Kapan semuanya akan terbongkar! Aku takut, sebelum aku benar-benar pergi ada rahasia yang belum aku tau.' batin Alwi bertanya-tanya, dan lamunan nya buyar ketika tiba-tiba Ananda mengajak nya pulang.

"Al, kita pulang yuk. Kamu juga butuh istirahat." Ananda menarik tangan Alwi pelan kali ini. (tumben enggak kasar om>< xixixi)

"Enggak, Alwi bisa istirahat di sini Om."

'Om?' batin Inne tanpa sengaja mendengar perdebatan kecil mereka.

'Apa Alwi...'

Seketika Inne memberhentikan aktifitas menyuapi putranya kala Ridho juga sudah ingin beristirahat katanya. Lalu segera berjalan menemui Ananda berniat untuk mengajaknya berbicara.

"Alwi pliss." Ananda menggenggam tangan Alwi hangat, lalu memberinya isyarat agar Alwi bisa kembali memanggilnya dengan sebutan sebelumnya.

"Enggak." Alwi menepis tangan Ananda dan membuang wajah nya ke arah tempat lain, Inne yang melirik ke arah Mpok Atik menyuruhnya untuk mengajak Alwi mengobrol. Yah, tentu Inne dan Mpok Atik sempai berbincang-bincang tadi.

Mpok Atik hanya mengangguk, lalu perlahan menunduk di dekat Ananda dan izin untuk duduk di sebelah Alwi. Alwi tersenyum tentu nya ketika Mpok Atik ada di dekatnya.

"Ikut aku Mas." Inne menarik tangan Ananda keluar dari ruangan Ridho, sedangkan Ridho kini sudah terlelap dalam alam mimpinya.

"Lepaskan! Apa-apaan kamu!"

"Mas, apa yang telah kamu katakan pada Alwi sehingga Alwi memanggil dirimu dengan sebutan Om. Apa kau sudah gila?! Aku bilang jangan dulu bilang! Akan ada saat nya semua nya berakhir dan Alwi tau. Tapi tidak sekarang Mas, tidak SEKARANG!"

Suara Inne masih sedikit pelan, karena ia tidak ingin Alwi mendengar pertengkaran mereka. Ananda yang tidak ingin di salahkan langsung saja menyambar.

"Hey! Aku tidak sengaja mengatakan itu Inne! Asal kamu tau. Aku juga masih punya hati untuk itu, tidak mungkin aku ingin Alwi tau semuanya sekarang. Tapi entahlah mulut ku tidak sengaja mengatakan semua nya!"

"Alah Mas, sesudah nya kau selingkuh dan sekarang kamu berani untuk membongkar rahasia yang sudah kita tanam selama 15 tahun ini? Apakah kau pernah berfikir bahwa dampak apa yang akan terjadi nanti!!"

"KAU" Ananda menunjuk Inne dengan jari telunjuk yang sudah hampir mengenai area hidung nya.

"Apa!!"

"KAU! KAU MASIH SAJA MENGANGGAP KU SELINGKUH. ADA JUGA KAU YANG SELINGKUH INNE!"

"Chik, kau malah membolak-balik fakta. Dengar Mas masalah mu jangan sampai kau bawa-bawa Alwi untuk bahan pelampiasan mu saja Mas!!"

"Agrh! Inne aku sudah Bilang AKU TIDAK SENGAJA!"

"Mas ak..."

Ceklekk!

"Bund."

Ananda dan Inne membulatkan mata, dengan ragu Inne melirik ke arah belakang dan merubah wajah nya yang semula kesal menjadi tenang kembali, tidak lupa ia menampakan senyumannya.

"Ekhem, Alwi sayang mau kemana? Hm."

"Alwi mau ke toilet Bunda, Permisi." Alwi melenggang pergi dengan wajah yang sulit untuk di artikan.

'Apakah Alwi mendengar semua percakapan ku dengan Mas Ananda.' batin Inne bertanya-tanya.

"Kau lihat, karena kecerobohan mu hampir saja Alwi mendengar semuanya! Kau selalu saja mengajakku ribut," ujar Ananda menampakan wajah kesal nya.

"Kau juga Mas, selalu saja menyalakan diriku seolah-olah kau selalu benar!"

"Pendusta!"

"Penghianat!" balas Ananda tidak terima.

"Diam kau!" setelah nya Inne kembali masuk ke dalam ruangan Ridho, sedangkan Ananda memilih untuk berjalan-jalan mengelilingi setiap rumah sakit. Ia benar-benar pening atas tingkah Inne yang semena-mena. Katanya.

Alwi berjalan menutup pintu toilet rapat, melihat wajah pucat nya di depan cermin yang lumayan besar. Menatap kosong ke depan dengan menyimpan beribu luka.

Tes.

Cairan pekat menetes pada tangan nya, membuat dirinya tersadar dari lamunan nya. Agrh! Sangat malas tentu nya hidung nya selalu saja tidak bisa di ajak kompromi.

Alwi membasuh hidung nya dengan rasa malas, air mengalir begitu deras. Merasakan kesejukan untuk seketika.

"Aku tau percakapan kalian tadi Bunda. Aku sudah tau, sebenarnya aku siapa? Aku dari mana. Dan aku ... aku kenapa bisa berada bersama kalian?!"

"Arghhh!!!"

Alwi meremat rambut nya kuat, ia benar-benar lelah untuk hari ini. Cobaan yang begitu bertubi-tubi harus ia dapatkan. Ingin rasanya ia lenyap dan tidak akan pernah kembali, namun ... rasa penasaran akan asal muasal terbentuk nya keluarga masih belum bisa ia pecahkan.

Sudah terlalu lama Alwi berada dalam toilet, tentu saja masih melamun dan entah apa yang ia pikirkan. Sampai pada saat nya lamunan itu buyar ketika pintu toilet di gedor keras oleh seseorang.

Dor dor dor!!

"Woy! Lama banget sih. Gue kebelet nih!! Buruan ngapa, ngapain si Lo di dalam hah? Maen ma dedemit Lo!"

"Em ... iya sebentar Bang." Alwi membuka pintu toilet dan memang pemuda di hadapan terlihat begitu kesal.

"Lama banget sih Lo!"

"Maaf Bang, Permisi."

Dirinya hanya menggeleng-gelengkan kepala, lalu tanpa basa-basi ia masuk ke dalam karena memang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

.
.
.
.
.
.
Wetttttttttt part kapan yah sedikit demi sedikit semua akan terbuka lebar. Oh iya tentang pemuda tadi sebenarnya akan menjadi peran utama dalam hidup Alwi, Wkwk. Siapa 'kah dia? Tentu saja dia MANUSIA bukan SILUMAN! Wkwk

Babay, jangan lupa ★ terimakasih Kakak-kakak yang Baek Wkwk💜💜


SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now