39🌻

657 137 18
                                    

******

Pukul 06:00 tiba, Ridho terbangun dari tidur nya ketika ada suara air yang terdengar dari kamar mandi milik Alwi. Mungkin Alwi tengah mandi, apakah keadaan nya sudah membaik. Ridho mengucek-ngucek matanya pelan, lalu menyisihkan sebagian rambut nya yang menutupi kedua matanya.

"Hoamm, masih pagi sekali Alwi sudah mandi. Mau kemana?" pikir Ridho lalu membereskan tempat tidur Alwi.

Setelah sahur dan subuh tadi, Alwi memutuskan untuk kembali tidur karena ia pikir tubuh nya masih terasa kurang tenaga. Begitu pun dengan Ridho yang ikut terpejam di samping Adik nya.

Ceklekk!

Alwi keluar dari kamar mandi, dengan menggunakan kaos polos berwarna biru berlengan pendek, dengan jaket abu-abu tebal yang ia pakai, celana hitam panjang serta kedua tangan yang menyilang. Sepertinya kedinginan. Alwi duduk di tepi kasur, masih dengan keadaan yang sama. Kedua tangan menyilang, Ridho duduk di sebelah Alwi dan memulai pembicaraan.

"Alwi mau kemana? Tumben mandi pagi-pagi, udah sehat?" tanya Ridho.

Alwi tidak bergeming, matanya mulai berkaca-kaca, buliran bening tidak bisa ia tahan lagi. Ia terisak dalam pelukan Kakak nya kali ini. Ridho memegang kedua tangan Alwi yang terasa dingin, dengan pelan dan lembut ia bertanya, ada apa?

"Kenapa Al, kenapa kamu menangis. Hm?"

Alwi masih tidak ingin menjawab, bagi nya ini sangat sulit dan berat untuk memberi tau Ridho. Ia membiarkan air matanya jatuh kali ini, Ridho semakin bingung di buatnya.

|• FlasBackOn •|

Pukul 02:30 Alwi terbangun karena merasa ada yang sedikit menggoyangkan tubuhnya. Rupanya Ananda, tumben tidak Inne yang membangunkan dirinya. Ia segera mengambil posisi duduk, lalu menghadap pada Ayah nya.

"Alwi dengar, nanti setelah selesai sahur dan subuh kamu istirahat sejenak dan pergilah membersihkan tubuhmu. Nanti Ayah ke kamar kamu buat bantu beresin koper kamu." perunturan Ananda tentu membuat Alwi bingung dan tidak paham.

"Maksud Ayah, kita mau kemana? Kak Ridho ikut kan. Bunda juga bukan Yah." Alwi memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi untuk Ananda.

"Enggak sayang, kita berdua aja. Ayah akan ajak kamu ke apartemen yang sudah Ayah sewa," ujar Ananda di balas gelengan kepala oleh Alwi. Rupanya kejadian yang Alwi takutkan benar-benar akan terjadi.

"Enggak Yah, Al." Ananda menutup mulut Alwi untuk tidak melanjutkan perkataannya. Alwi segera menyeka air matanya, kala Ananda berangsur pergi dari hadapannya.

"Jangan banyak tanya, sekarang bangunkan Kakak mu untuk sahur terakhir bersama keluarga. Dan cepatlah ke bawah!" titah Ananda. Alwi hanya menatap punggung Ananda yang sudah jauh dari pandangannya.

|• FlashBackOff •|

Alwi semakin terisak kala mengingat pembicaraan semalam dengan Ayah nya. Ridho semakin di buat panik dan khawatir, rasa penasaran nya juga semakin menjadi-jadi saja.

"Alwi dengar, tatap Kakak. Ayo bicaralah ada apa?" tanya Ridho memegang kedua pipi Adiknya yang sudah bersimbah air mata.

"Hiks, Kak Alwi ... Al--"

Brakk!

Pintu kamar Alwi di buka keras oleh Ananda, sontak saja membuat semuanya panik. Alwi mengambil posisi berdiri begitu pun dengan Ridho.

"Ayah!" ucap keduanya.

"Alwi, ambil koper kamu buruan. Ayah akan mengemasi baju-baju kamu," ujar Ananda membuka lemari pakaian Alwi.

"Ayah mau ajak Alwi kemana?" tanya Ridho panik.

"Alwi akan ikut sama Ayah Dho, pesan Ayah jaga diri kamu baik-baik!"

Alwi hanya diam melihat Ananda memasukan baju nya ke dalam koper miliknya. Ridho mendekati Alwi, lalu merangkulnya.

"Al, katakan! Kamu mau kemana sampai harus bawa koper segala!!!"

"Kak Ridho, mulai sekarang kita akan berpisah. Lupakan semua tentang apa yang telah terjadi. Alwi ikut sama Ayah, dan Kakak akan tetap di sini bersama Bunda. Ayah dan Bunda sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi Kak," ujar Alwi pelan dengan deraian air mata. Ananda menutup matanya, ketika mendengar pembicaraan dari anak-anaknya.

"Enggak!! Ayah kalau ada masalah bicarakan dengan baik. Jangan seperti ini!" ujar Ridho tidak terima.

"Tidak Nak, keputusan Ayah sudah bulat. Ayo Alwi." Ananda menarik koper miliknya dan menggandeng tangan Alwi untuk segera pergi.

Alwi masih menatap Ridho yang semakin lama semakin mengilang dari pandangannya. Ridho berlari menyusul keduanya. Sesampainya di bawah, Inne tengah menunggu Alwi datang untuk memberikan pelukan terakhirnya.

"Bunda ....!"

Inne yang merasa terpanggil, memeluk tubuh putranya erat. Ia beberapa kali mencium kening putranya yang masih terasa hangat.

"Sayang, jaga diri baik-baik ya. Obat nya jangan lupa di minum. Pola makan nya di jaga, dan jangan terlalu banyak pikiran." Inne mengelus halus rambut Alwi, Alwi memberikan pelukan hangat nya untuk Inne.

"Alwi akan selalu merindukan Bunda, begitu pun Kakak," ucap Alwi yang melihat Ridho berdiri di dekat sofa.

"Terima kasih atas pelukan, senyuman, dan kehangatan yang pernah Kakak dan Bunda beri untukku. Aku akan sangat ... sangat merindukan kalian. Aku harap suatu saat nanti keluarga ini akan bisa bersama lagi." Alwi tersenyum, lalu perlahan melepaskan pelukannya pada Inne. Dan berangsur menggapai tangan Ananda yang sudah memberikan nya uluran.

Inne menatap kepergian putranya begitu dalam. Ridho mendekati Inne lalu memeluk nya. Kini Inne hanya mempunyai Ridho, rumah pun terasa sepi dan hampa tanpa kehadiran mereka.

****
Alwi duduk termenung dekat jendela kaca mobil. Ia mengedarkan pandangannya pada jalanan yang macet. Padahal masih pagi. Beberapa kali ia memijat kepalanya yang sedikit terasa pening.

Awal yang baru ia rasakan, tanpa kehadiran sosok Ibu dalam kehidupan nya

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Awal yang baru ia rasakan, tanpa kehadiran sosok Ibu dalam kehidupan nya. Apalah daya nya yang tidak bisa menentang takdir. Ia hanya bisa menunggu takdir baik menghampiri. Dan ia pun percaya, bahwa kehidupan nya tidak akan terus seperti ini, akan ada saat nya semuanya kembali.

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now