30🌻

732 135 32
                                    


***

Ceklekk!

Seorang laki-laki tengah berdiri dengan stetoskop di leher nya serta keringat di setiap sisi dahinya. Tidak lupa ia memakai jas dokter nya. Ridho segera bangkit lalu menanyakan keadaan Adik nya sekarang.

"Bagaimana Dok? Adik saya baik-baik saja kan!"

Dokter dan Suster saling menatap satu sama lain. Lalu perlahan menggelengkan kepalanya, Ridho tidak habis pikir. Apa maksud orang di hadapan nya ini. Ia segera menerobos masuk ke dalam, terlihat seorang pemuda tengah berbaring dengan banyak sekali alat bantu, yah di antaranya nebulizer yang melingkar pada mulut juga hidung nya. Serta infus yang menancap di tangan sebelah kiri nya. Alat monitor pun berdiri tegak di samping dengan melihat kan grafik dimana ia bertahan.

(Kira² kaya gambar di atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Kira² kaya gambar di atas. Ihh ngeri 😂 maaf sedikit blur karena hp Septi lagi bermasalah. Biasalah hp kentang 😂)

"Kami tidak yakin pasien akan selamat, karena racun nya kini sudah terlalu menyebar ke seluruh tubuh, mungkin karena pasien di bawa ke sini tidak memakai kendaraan. Atau pasien terlalu banyak gerak."

Ridho terdiam, yah memang benar. Alwi di bawa ke mari tidak memakai mobil atau pun motor. Hanya sebuah gerobak, pantas saja membuat tubuh nya tergoncang-goncang sampai racun itu menyebar ke seluruh tubuh.

"Lalu? Apa yang harus saya lakukan Dok! Lakukan apa saja yang terpenting Adik saya selamat!!"

"Kam-"

Ucapan Dokter terputus ketika melihat tubuh Alwi yang kini kejang-kejang. Di tambah lagi suara nyaring terdengar dari alat monitor. Ridho di buat panik, ia hanya bisa melihat dan membantu nya dengan do'a.

"Astaga, tingkah lo benar-benar bego!"

Ridho mengacak rambut nya kesal dengan deraian air mata yang terus saja keluar. Andai posisi Adik nya bisa ia gantikan. Kenapa ia baru mengetahui semuanya. Argh! Sial.

Alat pacu jantung yang kini di tekan kan pada dada Alwi sudah hampir ada 3 kali. Namun tidak ada respon apapun. Ketika tekanan terakhir tangan Alwi melayang ke bawah serta kini matanya benar-benar tertutup dan tidak akan pernah kembali terbuka.

"Huff, catat tanggal kematian nya. Dan lepaskan semua alat-alat medis yang tertempel pada tubuhnya."

~RUMAH SAKIT BYANGKARA~

Nama pasien : Alwi Assegaf
Umur : 15 tahun
Pasien meninggal tepat pada pukul : 11:30 malam.
Pada hari : Rabu, 19 Mei 2021.

"TUNGGU, APA YANG KAU LAKUKAN!"

Ridho menggeser tubuh Suster yang tengah mencatat kematian Adiknya. Ia tidak terima, segera ia mengambil alat pacu jantung dan kembali menekan kan pada dada Alwi.

"Apa yang kau lakukan!" tegur Dokter pada Ridho, Ridho mengubris nya dan tetap melanjutkan aksi nya.

"Ayo Alwi bangun!!"

Keadaan semakin mencengkram, tiba-tiba saja lampu di ruangan menjadi sedikit buram. Seperti ada penekanan listrik. Hujan mengguyur dengan sangat deras. Begitu pun dengan Ridho, ia menangis hiteris. Pada saat ia hampir kehilangan semangat, Alwi dengan refleks menghembus kan napas pelan. Sontak semuanya girang, dokter menyuruh suster untuk memasangkan kembali alat-alat medis pada tubuh Alwi.

"Bagus! Lo anak yang hebat!!"

*****

Selvi mondar-mandir sana sini. Ia masih bingung perihal kejadian yang tadi. Mana mungkin jika Alwi mau meminum racun milikinya. Padahal itu hanya perantara.

"Argh sialan! Gagal. Tapi tidak apa-apa lihat saja permainan ku nanti!"

Selvi mengambil botol yang bertulisan ARSENIK tadi. Ia mengamati nya dengan teliti. Bagaimana mungkin Alwi baik-baik saja, gitu sih pikir dia. Ia menuangkan setetes cairan tersebut pada sendok. ( Mau ngapain? Mau nyoba 😂😂 coba aja entar nyawa ente melayang awok!) Ia meneteskan cairan itu pada bunga hidup yang ada pada kaca jendelanya. Yah tentu saja bunga itu seketika layu dan kering.

"Ini benar-benar racun! Tapi kenapa Alwi bisa baik-baik saja tadi!!"

Tidak ingin ambil pusing, segera ia menyimpan kembali botol tersebut dan bergegas tidur. Ia hanya berpikir untuk rencana nya nanti. Kejadian yang tadi biar ia lupakan saja. Lagi pula anggota keluarga Ananda pun tidak mencurigai dirinya sama sekali. Yah, mulut yang begitu pintar bersandiwara memang begitu.

******

Ridho berjalan sempoyongan dengan deraian air mata. Tengah malam, yah jam 00.00 Ridho berjalan melewati gelap nya seisi rumah. Sesampai nya di depan pintu kamar yang ia tuju, ia membuka tanpa ada kata permisi.

Brakk!

Pemilik kamar tersebut lantas bangun, kaget dengan kedatangan Ridho dengan wajah yang sulit di artikan dan beberapa bekas air mata yang masih tertempel.

"R ... Ridho sedang apa kau di sini?" tanya nya basa-basi.

"Mau apa?" tanya nya lagi, ketika Ridho semakin mendekat, jalan nya seperti mayat hidup (hiks😂😭)

Selvi semakin di buat heran oleh nya. Ia mengambil posisi berdiri dengan rambut yang sedikit berantakan.

"MANUSIA BIADAB!"

Selvi terbelangkak kaget, Ridho menyudutkan posisi Selvi membelakangi tembok. Selvi semakin gemetar di buat nya.

"Ada ap ... apa ini Ridho?" tanya Selvi seolah-olah tidak tahu.

"Kau apakan Adik ku hah!"

Mata Ridho melotot sempurna, urat-urat nya seketika terlihat. Napas nya memburu keringat membasahi seluruh wajah nya.

"Maksud mu?"

"LIHAT INI!!"

Ridho memperlihatkan surat kematian Alwi pada Selvi. Seketika tangan Selvi bergetar hebat ketika melihat langsung nama yang tertera pada kertas itu.

"Bu ... bukan aku yang melakukan nya Ridho. Yang membuat susu itu Bunda mu bukan?!"

"Kau masih saja membolak-balikan fakta! Kau pikir aku tidak tau hah! Mengaku pada seluruh anggota keluarga atau kalau tidak. Aku yang akan memberi tau semuanya bahwa Alwi meninggal karena mu!" ancam Ridho.

Selvi berdiri kaku, jalan mana yang akan ia pilih sekarang. Membiarkan Ridho mengungkapkan semua nya. Atau ia sendiri yang akan berbicara jujur.

*****

Ridho kembali berjalan untuk pergi ke rumah sakit. Rencana yang ia jalankan seperti nya berjalan dengan mulus dan sempurna. Sepanjang perjalanan ia terus saja tersenyum dan tersenyum. (awas Dho, entar di kita orgil lagi Huaa😭)

Alwi mulai membuka matanya perlahan, pandangan nya masih terlihat kabur. Ia melihat sekeliling dengan bau khas rumah sakit. Tembok dengan cet bernuansa putih serta alat-alat yang terdengar nyaring dan terasa tertempel pada tubuhnya.

Ia bisa menebak dengan cepat, bahwa sekarang ia tengah berada di rumah sakit. Ia melihat jam yang terpasang, waktu menunjukan pukul 00.30 ia berusaha untuk duduk dan mencari orang di sekelilingnya.

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now