22🌻

646 160 10
                                    


****

"Apaan sih lo bocah!"

Ridho duduk di sebelah Alwi yang tangan nya kini melingkar pada tubuh sang Bunda. Alwi semakin aneh di buat tingkah Kakak nya.

"Ini ada apa sih?" tanya Inne meletakan minyak urut di atas meja.

"Kaki Alwi kenapa Bund?" tanya Ridho ketika melihat Alwi meselenjerkan kaki nya.

"Terkilir, tadi hampir aja jatuh." Ananda menjawab pertanyaan dari Ridho sebelum Alwi membuka suara.

"Kok bisa!"

"Ihhh, ini semua tuh karena Kakak juga!" tutur Alwi kesal, mencubit tangan Ridho kasar.

"Aw! Alwi sakit ih." Ridho menatap sinis Alwi lalu membalas cubitan Adiknya.

"Bunda, tuh Kak Ridho nya nakal!"

"Huh ngadu enggak asik," ledek Ridho.

"Brisik! Tadi Kakak apa-apaan hah mau gunting tangan Alwi?!" ujar Alwi membuat semua nya kaget.

"Dho, bener kamu mau gunting tangan Adik kamu?" tanya Inne di balas gelengan cepat oleh Ridho.

"E ... enggak Bund, Alwi kamu apaan sih!"

"Terus tadi kenapa pegang-pegang gunting?" tanya Alwi antusias.

"Enggak kok, orang tadi mau potong kertas." Ridho tercengir tanpa dosa.

"Astagfirullah, Alwi lain kali kamu harus tau dulu kebenaran nya sayang. Jangan asal ambil tindakan jadi jatuh 'kan." Ananda menasehati Alwi membuat Alwi menatap sinis Ridho, kini dirinya yang menjadi bahan omelan orang tuanya.

"Iya Maaf Ayah."

"Udah enggak papa sayang, Bund buruan itu kaki Alwi di urut," pinta Ananda.

"Iya yah, ini juga mau."

Ridho yang sudah tau sipat Alwi kini ia sedikit menjauh dari Alwi yang kini tengah berbaring dengan kepala pada pangkuan Ananda dan kaki pada pangkuan Inne.

"Sebentar lagi bakal ada kambing menjerit," bisik Ridho membuang muka ke arah tempat lain.

"Apa apa?" teriak Alwi.

"Ett dah denger juga lu bocah!"

"Iyalah, Alwi 'kan masih punya telinga yang normal, emang nya Kakak!" sindir Alwi.

"Heh awas lu bocah!"

"Apa, Kakak mau ap ...."

"Argh, Bunda pelan-pelan ...!"

Ridho menutup telinganya mendengar suara berbisik dari Alwi. Sedangkan Inne mencoba untuk tetap pelan memijat kaki Alwi, Ananda mengelus halus rambut hitam milik Alwi. Hanya Ridho saja yang tengah menutup telinga.

"Udah-udah Bunda. Sakitttt!"

"Sebentar lagi sayang, kalau enggak di urut takut makin parah. Besok 'kan Alwi harus ke pesantren sama Pak Ustadz."

"Ah iya Alwi palu."

"Enggak sekalian golok Wi," sela Ridho.

"Dho!" tegur Ananda.

"Hehe Maaf Ayah."

"Kak Idho, entar sore ngebuburit yu." Alwi mengambil posisi duduk di bantu oleh Inne dan Ananda.

"Enggak ah! males," tolak Ridho langsung mendapatkan wajah masam dari Alwi.

"Huh!" Alwi yang terlihat kesal, dengan langkah tertatih-tatih pergi meninggalkan semuanya.

"Dho, jangan buat bencana di rumah ya dengan Alwi yang ngambek sama kamu." Inne menahan tawa lalu menarik tangan Ananda untuk pergi ke kamar. (mereka mau ngapain 😭 syut! Berfikir positif 😂)

"Ish, nyebelin. Orang emang males juga." Ridho berniat untuk menyusul Alwi yang kini sudah berada di kamarnya.

****

"Duh, kertas yang beberapa bulan lalu kemana ya?" pikir Alwi mengobrak-abrik seisi kamarnya.

"Jangan sampe deh kertas itu ketemu sama Bunda atau Ayah apalagi Kak Ridho. Bisa marah besar entar, gimana kalau nanti Kak Ridho ngambek nya lama. Ahh enggak-enggak, ya Allah dimana kertas nya!"

Alwi sudah mencari ke setiap sudut kamarnya. Namun, nihil ia tidak mendapatkan apapun. Sekilas pikirannya ingat pada kertas dimana ia menyimpan nya.

"Ah, Alwi ingat. Alwi taro di atas lemari di dalam koper," ujarnya melirik ke atas lemari yang terdapat koper berwarna hitam miliknya.

"Masih ada enggak ya?" pikirnya lalu hendak mengambil koper tersebut. Karena terlalu atas, Alwi harus menaiki kursi untuk bisa meraih nya.

"Duh, tapi kaki Alwi masih sakit. Tapi ... tapi Alwi penasaran ada enggak yah di situ!"

"Bismilah deh."

Kaki Alwi mulai naik ke atas kursi, menahan denyutan yang terasa di bawah tumpuan kakinya. Masih belum sampai tangannya pada koper diatas. Lemarinya lumayan tinggi, maka dari itu dia harus memakai kursi. Alwi menjinjitkan kaki nya walau terasa ngilu. Demi apa Alwi hanya mencari secarik kertas, seberharga apa kertas tersebut.

Alwi yang tidak bisa menjaga keseimbangan di tambah lagi kaki nya yang masih terasa sakit, jatuh bersamaan dengan koper yang hampir menimpa dirinya.

"Argh!"

Hap!

Jangan lupa pencet 🌟 nya Kakak💜








SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang