18🌻

680 137 9
                                    


**

"Alwi!"

"Ini ... ini tidak mungkin. Tidak." dirinya berjalan mundur menghindari orang-orang yang tengah berkerumun. Menatap dirinya dengan tatapan penuh kearahnya.

"Alwi, berhenti. Jangan terus mundur. Kau bisa jatuh!" teriak Ridho, namun Alwi masih tetap berjalan mundur.

Satu langkah, dua langkah. Tumit kaki nya sudah berada di ujung tangga. Dirinya terguling ke bawah, membuat semua orang terbelangkak.

"Argh! Mama Mama!"

"Woy, berisik. Udah sore juga masih aja pelor!"

"Aaaa!"

"Nih anak berisik." Ridho berjalan ke arah Alwi yang kini teriak-teriak tidak jelas. Ia mengambil bantal menutupkan nya pada wajah Alwi, membuat Alwi tersadar karena merasa sesak.

"Em ... ish!"

"Kak Ridho." Alwi menatap wajah Kakak nya dengan penuh keringat dingin. Ia meraba-raba semua anggota tubuhnya.

"Napa lo? Semua anggota badan lo masih lengkap. Tangan jahil nya masih ada, kaki panjang nya juga masih ada. Mata iseng nya masih terpasang juga. Mulut ocehan nya juga masih nempel," jelas Ridho menahan gelak tawanya ketika Alwi memandangi nya dengan tatapan lucu.

"Kak Ridho tau enggak, tadi Alwi mimpi buruk. Mimpi nya melebihi mimpi di kejar bebek pak rt. Ini lebih serem!"

"Makan nya orang tadi nyuruh mandi malah tidur lagi, jadi mimpi buruk kan. Kasihan deh lo," ujarnya meledek Alwi yang kini menaruh wajah sinis.

"Huh nyebelin. Bukan nya di kasih minum kek, malah ledekin," kesal nya membanting selimut ke sembarang arah.

"Udah ah, besok udah mulai puasa. Berarti nanti malam tarawih, asikk bisa jahilin lo pula."

"Dih, enggak bisa gitu dong. Tarawih ya tarawih. Awas aja." Alwi menatap sinis pada Ridho yang kini tengah menjulurkan wajahnya.

"Udah sana mandi. Jangan lupa baju nya di lepas," saran Ridho.

"Iyalah. Masa iya mandi pake baju, gimana sih!" sinis Alwi.

Ridho terkekeh-kekeh melihat tingkah Alwi. Singkat cerita.

Malam tiba, semua anggota keluarga kini telah siap dengan pakaian dan alat sholat nya masing-masing. Alwi masih sibuk mencari peci nya yang entah tau ia taruh dimana.

"Duh, Kak Ridho kalau dendam jangan gini dong. Balikin peci Alwi," geram nya mengobrak-abrik laci meja.

"Suka banget ya lo nuduh gue tanpa bukti. Mana buktinya kalau gue yang ambil peci milik lo?!"

"Ish, enggak mau tau Kakak yang ambil. Mana sini balikin!"

"Bunda, peci nya enggak ada." Alwi berteriak sambil mengobrak abrik setiap sudut ruangan.

"Haduh, emang Alwi taruh dimana waktu itu?" tanya Inne.

"Alwi lupa. Tapi Alwi curiga sama Kak Ridho," tuturnya mendapat pukulan kecil dari Ridho.

"Aw, ish Kak Ridho!" Alwi yang tidak terima di pukul oleh Ridho kini ia membalasnya lebih sakit dari yang ia rasakan.

"Buset tangan nya masyaallah."

"Makan nya jangan jahil!"

"Awas lo."

"Huh!"

"Udah-udah, Alwi pakai punya Ayah aja. Enggak papa ya, nanti kita cari setelah selesai sholat terawih. Kita bisa telat nanti." Ananda berjalan menuju lantai atas, dan kini kembali dengan peci hitam ditangannya.

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now