12🌻

698 135 3
                                    


Jeng
Jeng
Jeng

Alwi, membuka perlahan bingkisan cantik yang berlapis keemasan tersebut. Alwi semakin penasaran akan isi dari bingkisan tersebut. Ia berdiri menari-nari tidak jelas ketika ia mendapatkan satu batang coklat favorit nya.

"Ihh, ternyata Kak Ridho kasih aku coklat. Tapi tumben loh?" pikirnya membolak-balik Cokelat tersebut.

"Ahh bodo, mungkin Kak Ridho lagi senang. Jadi kasih aku coklat deh," senyum nya lalu berlari keluar kamar, dengan coklat yang ia tinggal di atas laci meja belajar nya.

"Kak Ridho," teriak Alwi memasuki kamar Ridho. Dilihatnya Ridho tengah menatap fokus pada layar laptop didepan nya.

"Ish, apaan sih Alwi. Udah sana-sana jangan ganggu," elak Ridho mengubris tangan Alwi yang memegang bahu nya.

"Dih, orang kesini mau bilang makasih juga. Makasih ya Kak Ridho bingkisan nya. Alwi senang atas isi dari bingkisan itu," ujar Alwi menampilkan wajah lucunya di depan Ridho.

'Hah? Kok Alwi malah bilang makasih. Kenapa dia enggak marah?' batin Ridho.

"Ehh, Kak Ridho. Ouy!"

"Hah? I--iya, iya. Udah sana husss, pergi!" ujarnya mendorong tubuh Alwi untuk keluar dari kamarnya.

Ridho kembali terdiam, ia melihat satu bingkisan lagi dari dalam tasnya. Ia menarik napas panjang, melapangkan dada lega.

"Mungkin itu anak lagi kesambet kambing hitam. Makan nya gitu, hah ... apa jangan-jangan Alwi udah makan daun itu, makan nya dia jadi Kesambet kambing hitam," gerutu nya sambil sesekali menekan-nekan angka yang tertera pada keyboard.

"Haha, ish Ridho enggak boleh gitu." Ridho tertawa sendiri atas perkataan yang tadi ia lontarkan.

**

Alwi membuka perlahan bingkisan coklat itu, aromanya sudah tercium oleh hidung Alwi. Membuat nya seakan melayang dari sini sampai ujung negara.

"Hum ... aromanya udah terasa," ujar nya sedikit merobek bagian pinggir coklat tersebut.

"Uwuw, ahh aku mencintaimu." Satu kecupan diberikan Alwi pada coklat yang berlapis itu.

"Oke, satu gigitan ... aaaa!"

"Ets!"

Inne mengambil coklat dari tangan Alwi, mulut Alwi masih terbuka. Ia menatap heran ke arah Inne yang tiba-tiba datang, mengambil coklat dari tangan Alwi.

"Bunda. Itu coklat Alwi kenapa di ambil, hua!" rengek nya.

"Kebiasaan ya. Ini masih pagi Alwi, enggak boleh makan ini, makan nasi  dulu sana!" pinta Inne menaruh kedua tangan nya di pinggul.

"Aaa, Bunda. Sedikit aja em ... entar Alwi makan deh janji," cengir Alwi mengacungkan jari kelingking nya.

"Enggak! Sekarang Alwi!!"

"Nanti Bund," ucap Alwi mencoba mengambil kembali coklat ditangan Inne.

"Sekarang sayang." Inne menjewer telinga Alwi pelan, membawanya pergi menuju ruang makan.

"Aaa ... iya-iya Bund, Alwi makan. Tapi lepasin dulu jeweran nya, siketttt!"

"Bund," panggil Ananda yang tiba-tiba datang.

"Iya Yah, kenapa?"

Alwi yang melihat Inne dan Ananda tengah mengobrol, ia sempatkan untuk mengigit sedikit coklat yang ada pada tangan Inne. Dengan wajah jahil nya, segera ia menggigit coklat itu lalu berlari ke bawah.

"Ehh, Alwi!" teriak Inne.

"Itu anak ya, bandel banget. Sini kamu!"

"Yah, hati-hati dijalan ya. Bunda mau susul Alwi dulu," ujar Inne segera berlari meninggalkan Ananda.

"Ada-ada saja," geleng Ananda.

"Haduh-haduh. Buruan ambil makanan nya Alwi." Alwi dengan rusuh berdiri mengambil beberapa makanan juga segelas air sebelum Inne menghampiri nya. Setelahnya ia duduk, menyantap makanan dengan tidak ada nafsu sama sekali.

Alwi mengunyah satu makanan yang ia sodorkan pada mulutnya. Inne duduk disamping Alwi, mengambil piring juga sendok yang ada pada tangan Alwi.

"Ish, Bunda. Iya Alwi makan nih, Alwi bisa sendiri kok," ujar Alwi mengambil kembali piring nya.

"Enggak! Kalau kamu makan sendiri, bisa-bisa satu tahun baru selesai," ujar Inne kembali mengambil piring yang ada pada hadapan Alwi.

Inne mengambil satu sendok penuh oleh makanan. Alwi membulatkan matanya, menutup mulut dengan kedua tangannya.

"Mmm."

"Buka mulut kamu sayang," senyum Inne nakal.

Alwi menggeleng cepat, ia berusaha untuk tidak membuka mulutnya. Tapi apalah daya nya yang hanya seorang anak, Inne banyak sekali mengancam Alwi. Huff, memang sudah kebiasaan seperti ini, Alwi paling susah diantara yang lain dengan hal makanan. Sudah kelas 8 SMP pun, ia masih di suapi oleh sang Mama. Bukan karena manja, tapi Inne benar-benar geli ketika melihat Alwi makan seperti kura-kura berlari.

"Ayo, kalau kamu enggak mau buka mulut kamu. Coklat ini tidak akan Bunda berikan," ancam Inne menaikan satu alis nya.

"Ahh iya-iya. Aaa!"

Mulut Alwi penuh dengan makanan, ia menelan dengan susah payah, walau saat ini dirinya tidak ingin makan. Hampir satu setengah jam Alwi membereskan makan nya. Inne pergi ke dapur untuk mencuci piring bekas Alwi tadi, sedangkan Alwi duduk di sofa menikmati coklat yang Ridho berikan tadi.

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Où les histoires vivent. Découvrez maintenant