02🌻

1.6K 193 4
                                    


•••••••••••

"Ya kubur sendiri," ujar Alwi tanpa dosa.

"Kejam lu bocah! Udah deh lepasin. Gue mau ke rumah bebep Tamy. Dia pasti udah nungguin," ucap Ridho melepaskan gandengan tangan Alwi paksa.

"Enggak! Ini sebagai hukuman karena Kakak hilangin buku Alwi. Orang kalau minjem barang tuh di jaga lah ini malah di hilangin! Awas aja Alwi enggak bakal mau lagi pinjemin barang-barang Alwi sama Kakak!"

"Ah! Enggak asik ...!"

"Bodo amat. Sekarang gendong Alwi dari sini sampai kamar Alwi," cengir Alwi.

"Enggak, enggak! Bisa encok nanti pinggang gue. Astaga!"

"Ayo! Kalau enggak mau Alwi kasih tau Bunda kalau Kakak sering ketemuan sama Kak Tamy. Hayo nanti di omelin mau?"

'Ngancem nih anak,' batin Ridho.

"Mumpung Bunda masih belum tidur. Alwi pergi temuin Bunda dulu ahh," ujarnya memberikan isyarat pada Ridho.

"Ehh, jangan-jangan iya deh iya. Ayo Kakak gendong," ucap Ridho mulai berjongkok memudahkan Alwi untuk naik ke atas punggung nya.

'Sering-sering hilangin barang Alwi ya Kak. Nanti semakin banyak kejutan dari Alwi,' ucapnya dalam hati.

Saat Alwi hendak naik ke atas punggung Ridho, Ridho berlari menuju tangga dengan tergesa-gesa. Membuat Alwi kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

"Aw! Kak Ridho ....!"

"Nyebelin banget ya Allah, kalau dia bukan Kakak aku. Udah aku telen dia! Oke Alwi enggak papa, segini masih sabar. Hari ini cuman pantat yang sakit tapi awas aja kalau besok-besok!"

Alwi berlari menyusul Ridho, ingin rasanya ia mengacak-acak rambut Ridho. Segera ia masuk ke dalam kamar Ridho yang sebentar lagi pintu akan tertutup.

Brak!

"Kak Ridho! Buka enggak. Kakak harus tanggung jawab, pantat Alwi sakit nih! Buka ayo ....!"

"Enggak mau, enggak suka gelay!"

"Kak Ridho!" ucapnya semakin keras menggedor-gedor pintu.

"Buang-buang tenaga saja. Udah deh enggak papa. Nanti pagi bisa aku balas, yakan?" ucap Alwi lalu berjalan menuju kamar nya yang terletak di samping kamar Ridho.

"Kemana tuh bocah? Udah enggak berisik lagi?"

"Cape ya Cu ngomel mulu. Gue juga cape ladenin lo terus. Huff! Untung punya Adek satu kalau aku punya adek lima. Bisa-bisa habis badan aku di keroyok!"

•••••••••••

Pagi tiba, Alwi kini sudah berada di meja makan paling awal dari yang lain. Sampai masakan pun belum tersaji di meja makan. Entah apa yang sedang ia tunggu.

"Bunda, masih lama?" tanya Alwi.

"Sebentar lagi sayang, udah sana lebih baik kamu bangunin dulu Kakak kamu," ucap Inne tengah memotong-motong sayuran.

"Siap."

Tap tap tap!

"Ehh, pintu nya enggak di kunci. Wahh pasti semalam keluar terus ketemu sama Kak Tamy," ucap Alwi memasuki kamar Ridho.

Dilihat nya Ridho tertidur dengan posisi miring yang sedikit lagi terjatuh ke bawah. Alat tidur berserakan dimana-mana. Alwi melihat bingkisan kecil yang tertera di dekat Ridho.

"Ini ... apa?" tanya Alwi.

"Untuk bebep Tamy yang paling cantik seasia tenggara, Nusa tenggara barat, Afrika Selatan, Jepang, Korea, Inggris, Pakistan!"

"Alay!" ujar Alwi membanting nya ke arah tempat lain.

"Ekhem, Kak Ridho! Di luar ada Kak Tamy!" ujar Alwi berteriak di dekat telinga Ridho yang membuat dirinya jatuh ke bawah.

"Hah?! Serius lo bocah!"

"He'em. Udah sana buruan mandi, udah siang juga. Kata Kak Tamy I love you satu keliling," ujar Alwi menahan tawa lalu keluar dari kamar Ridho.

Ridho yang mendengar nya kini berdiri kaku. Bibir nya tidak henti-hentinya menampakan senyuman senang darinya. Beberapa detik kemudian! Ia meloncat-loncat kegirangan goyang sepanjang jalan menuju kamar mandi.

"Asekk asekk jos!"

Alwi yang masih mengintip dari luar kamar Ridho, tertawa kecil melihat tingkah laku sang Kakak.

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Où les histoires vivent. Découvrez maintenant