29🌻

708 136 18
                                    


******

Alwi berjalan sempoyongan kali ini, ia membuka kamar nya lalu mengunci pintu kamarnya dengan rapat. Tubuhnya masih bisa bertahan ketika tangan nya memegang sisi lemari. Dada nya terasa sesak dan tenggorokan nya terasa terbakar.

"Uhuk uhuk ya Allah!"

Alwi semakin kesulitan untuk bernapas, kepalanya lebih pening dua kali lipat. Tenggorokan nya benar-benar panas. Dada nya semakin menjadi-jadi.

Dor dor dor!

"Alwi buka pintunya!" teriak Ridho menggedor-gedor pintu kamar Adiknya.

'Kak Ridho?' batin Alwi menahan segala rasa sakit nya.

Alwi berjalan mendekati garden kamarnya. Rasa sakit nya benar-benar sudah tidak bisa ia tahan lagi. Ia memegang kuat sisi garden sampai garden itu benar-benar putus menimpa dirinya. Bersamaan dengan itu tubuh nya mulai ambruk serta cairan merah pekat keluar dari mulutnya.

Tanpa basa-basi, Ridho mendobrak pintu kamar Alwi. Ia melirik kesana-kemari mencari keberadaan Adiknya. Retina matanya langsung tertuju pada pemuda yang kini tergeletak.

"ALWI!!"

Ridho mendekati Adiknya, lalu merangkul kepalanya di paha miliknya. Alwi yang masih dalam keadaan setengah sadar melihat wajah Ridho yang benar-benar panik, penglihatan nya pun tidak terlalu jelas. Ridho hendak berteriak namun tangan nya di cekal kuat oleh Alwi.

"Ja ... jangan ber ... berteriak!"

"Apa yang kau lakukan hah! Kau ... kau argh! Sudah diam. Biar aku panggilkan semuanya." Ridho hendak berdiri namun lagi-lagi tangan nya di cekal lebih kuat oleh Alwi.

"Ja ... jangan kata ... kan se ... semua i ... ini. Ji ... jika Ka ... kakak tidak ingin Bu ... bunda celaka!"

Ridho diam sejenak, ia mengerti sekarang. Alwi memang sudah tau dari awal bahwa susu itu beracun. Dengan Selvi menuduh Inne yang tidak-tidak, akhirnya Alwi menyelamatkan harga diri Ibunya dengan ia meminum susu beracun itu.
Ridho benar-benar tidak habis pikir dengan pengorbanan Alwi pada Inne. Ia benar-benar khawatir akan keadaan Adiknya sekarang.

"A ... aku mohon, ja ... jangan beri tau ... si ... siapa-siapa!"

"Diam Lo! Sekarang gue mau bawa Lo ke rumah sakit."

"Tu ... tunggu, kau ... kau harus berjanji padaku. Ja ... jangan beritahu kan se ... semua nya pada orang-orang di ... di rumah." Alwi mengacungkan jari kelingking nya dengan gemetar hebat. Ia tak mampu lagi bertahan kali ini.

"Iya-iya gue janji." dengan cepat Ridho membalas acungan jari Adiknya.

"Argh ya Allah." Alwi menggerang kesakitan, suaranya begitu pelan agar semuanya tidak mendengar. Ridho benar-benar panik, ia membopong tubuh Alwi yang kini sudah hilang kesadaran. 

Ridho melirik kesana-kemari untuk memastikan keadaan apakah aman? Ia melihat Panji yang berjalan dari tangga menuju ke arahnya. Dengan cepat ia berlari dengan membawa tubuh Alwi untuk melewati tangga belakang rumahnya.

Dengan tergesa-gesa ia membawa Alwi, dan memasukkan nya pada mobil. Saat semuanya hampir beres. Ridho beberapa kali menginjakkan kaki nya pada mesin mobil. Namun? Tidak ada respon apapun.

"Sialan! Kenapa harus mogok sekarang!!"

Wajah Alwi benar-benar pucat, matanya tertutup rapat seakan enggan untuk membukanya lagi. Tanpa pikir panjang lagi Ridho kembali membopong tubuh Alwi keluar dari rumahnya. Berharap ada kendaraan lewat.

Ahh tidak-tidak, tidak mungkin ada kendaraan lewat. Ini sudah hampir tengah malam. Waktu kini menunjukan pukul 10 malam. Ridho masih menyelusuri jalanan untuk melihat kendaraan yang lewat.

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now