14🌻

662 137 0
                                    

***

"Dho, Adik kamu kenapa?" tanya Tamy.

Ridho dan Tamy menghampiri Alwi yang tengah mengatur napas nya dengan bersender dibelakang pintu. Wajahnya terlihat sangat panik, ada apa sebenarnya yang terjadi pada Alwi?

"Al, kamu kenapa?" tanya Ridho berjongkok dihadapan Alwi.

"Di luar ... di luar, huff!"

"Iya, diluar kenapa?"

"Di luar, ada ... ada ...,"

"Ada apa!!"

"Sabar Dho, kasihan Adik kamu pasti cape sehabis lari-larian gitu. Sekarang gini deh, Alwi tarik napas dalam-dalam, tenang. Jangan buru-buru," jelas Tamy.

"Nah, udah tenang 'kan?" tanya Tamy dibalas anggukan kepala oleh Alwi.

"Sekarang, kamu cerita sama kita. Kenapa? Ada apa, di luar sehingga kamu berlarian seperti tadi?"

"Aduh Kak, tadi Alwi dikejar-kejar bebek Pak RT!"

"Yasalam. Aku kira di kejar penculik! Huh, untung jantung gue enggak copot. Dasar bocah!"

Alwi cengengengesan, lalu berdiri dibantu oleh Ridho. Ia berjalan menuju ruang makan dengan es cendol ditangannya.

"Ada-ada saja Adik kamu itu," senyum Tamy.

"Biasalah, dia suka gitu. Haduh maaf ya gara-gara Adik aku, acara kita sedikit terganggu," ujar Ridho mendudukan Tamy kembali ke sofa.

"Enggak papa kok."

"Ehh, ayo duduk lagi. Dibuka dong bingkisan dari Abang." Ridho menaik turunkan alis nya.

"Siap."

Wajah Tamy tampak senang, hampir semua sudah terbuka. Ketika satu helai daun jatuh pada celana hitam nya. Wajah nya mendengkus kesal melempar bingkisan yang setengah terbuka itu pada wajah Ridho.

"Mau ngeprank aku hah! Enggak mempan tau!"

"Heh! Kok isi nya bisa ini sih?"

"Kok isi nya bisa ini sih." Tamy mengikuti gaya bicara Ridho dengan memonyongkan bibirnya.

"Ya ... mana aku taulah, itu kan kamu yang buat. Lagian ya, enggak ada kerjaan banget kasih aku daun kaya gitu. Emang nya aku kambing apa hah!"

"Bu--bukan seperti itu Neng Tamy, dengerin Abang dulu deh." Ridho mengingat kembali kejadian yang belum lama ia rasakan.

**
'Alwi berangkat dulu ya Kak. Assalamualaikum!'

'Wa'alaikumsalam. Awas entar pulang nya di kejar-kejar bebek pak RT!'

'Ehh, coklat siapa nih?' tanya Ridho ketika melihat setengah potongan coklat dimeja ruang tamu.

'Alwi kali ya? Dasar main taruh sembarangan aja. Kalau ada semut gimana? Yaudah sih aku taruh di kulkas aja.'

**

"Alama!"

Ridho menepuk jidat nya kasar. Membuat Tamy sedikit takut akan tingkah lakunya.

'Aku salah kasih bingkisan!'

Ridho berjalan ke ruang makan dengan wajah yang menahan malu. Di lihatnya Alwi tengah santai menyeruput es cendol dengan kaki yang di selonjorkan pada kursi disebelahnya. Tangan jahil nya mengambil es cendol yang tengah sang Adik nikmati.

"Mmm!"

"Ekhem, ihhh sini itu punya Alwi!"

Ridho menyeruput es cendol milik Alwi tanpa dosa. Membuat Alwi kesal dengan tingkah laku sang Kakak padanya. Alwi membanting sendok yang ada dimeja makan ke arah kaki Ridho, Ridho meloncat mengindari serangan dari sang Adik.

"Ahh, seger. Nah yang ini buat Neng Tamy." Ridho mengambil satu es cendol yang masih dalam plastik putih. Alwi menariknya kembali, tidak rela jika satu es cendol nya diberikan pada pujaan hati sang Kakak.

"Enak aja! Alwi yang beli. Butuh perjuangan untuk sampai ke rumah, mana di kejar-kejar bebek Pak RT lagi. Dan sekarang dengan mudah nya Kakak ambil es cendol punya aku! Ihh enggak boleh!"

"Ets, tapi uang nya dari siapa?"

"Em--aaa ihh enggak peduli. Ini punya Alwi!"

"Alwi, berikan.  Nanti Kakak belikan kamu lebih banyak lagi es cendol."

"Enggak mau!!"

Tamy yang melihat nya terkekeh-kekeh menahan tawa yang ingin ia lepaskan. Tapi masih bisa ia pendam. Tamy berjalan ke arah Ridho dan Alwi menarik tangan Ridho untuk menjauhi Alwi.

"Dho, kasih  es nya sama Adik kamu."

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now