31🌻

683 137 15
                                    


*****

Alwi mulai membuka matanya perlahan, pandangan nya masih terlihat kabur. Ia melihat sekeliling dengan bau khas rumah sakit. Tembok dengan cet bernuansa putih serta alat-alat yang terdengar nyaring dan terasa tertempel pada tubuhnya.

Ia bisa menebak dengan cepat, bahwa sekarang ia tengah berada di rumah sakit. Ia melihat jam yang terpasang, waktu menunjukan pukul 00.30 ia berusaha untuk duduk dan mencari orang di sekelilingnya.

"Em ... "

Alwi memijat kepalanya yang terasa pening, merasakan pahit yang luar biasa dari mulutnya. Alwi menyenderkan badan nya yang terasa sangat lemas.

"Huff, Kak Ridho."

"Kakak!" teriak nya tidak terdengar, yah suaranya begitu kecil.

Ridho berlari menyelusuri setiap lorong rumah sakit, hening gelap tanpa adanya suara apapun. Ia melihat ruang ICU yang begitu terang. Tanpa menunggu lama ia menerobos masuk ke dalam yang di dapati Alwi yang kini tengah bersender.

"Alwi," panggil Ridho lalu mendekati Alwi.

Sang pemilik badan menoleh, menampakan senyuman pucat nya. Ridho semakin mendekati sang Adik lalu memulai topik pembicaraan.

"Hebat Lo! Punya nyawa berapa hah!"

Suara Ridho seketika meninggi, membuat Alwi mengerutkan keningnya. Alwi menatap Ridho dengan tatapan nanar. Napas nya pun masih belum normal.

"Lo tau? Dengan tingkah konyol yang lo perbuat itu. Lo hampir aja kehilangan segalanya!"

Alwi menunduk, tidak berani untuk menatap wajah sang Kakak yang kini tengah memarahinya. Yah memang benar, tingkah nya benar-benar konyol.

"Gue enggak mau kehilangan Lo!" Ridho memeluk tubuh Alwi yang kini di penuhi alat medis.

Alwi terisak dalam pelukan hangat Kakak nya. Pasal nya ia benar-benar merindukan kejadian langka seperti ini. Ia meramat dada nya yang terasa sesak.

"Kenapa?" tanya Ridho panik.

"Alwi mau pulang," jawab nya hendak melepaskan semua alat bantuannya.

"Enggak-enggak! Lo tetep di sini. Ngapain mau pulang!!"

Alwi menggeleng, ia memegang kuat tangan Ridho lalu menatapnya dalam seakan ingin memberikan perkataan yang benar-benar serius.

"Dengarkan Alwi Kak, Alwi enggak mau orang-orang curiga tentang kita. Apalagi sebentar lagi sahur tiba Kak, Alwi mau pulang. Alwi udah enggak papa kok. Percaya deh." Alwi mengacungkan dua jari nya dengan infus yang masih menancap.

(Septi hampir lupa, kalau di cerita ini masih bulan ramadhan yak😂😂)

"Enggak! Kali ini gue nggak setuju. Lo enggak usah puasa dulu, istirahat dulu aja." Ridho menolak mentah-mentah perkataan Alwi kali ini.

"Kak." Alwi memohon dengan mata yang berkaca-kaca.

"Hufff, dengerin gue. Gue enggak mau Lo kenapa-kenapa." Ridho memegang kuat pundak Alwi, membuat dirinya sedikit meringis.

"Em."

"Maaf," ucap nya melepaskan pegangan pada pundak sang Adik.

Alwi hanya bisa pasrah kali ini, ia menuruti apa kata Ridho. Tidak pulang, tidak juga dapat puasa. Huff. Menjengkelkan tapi tidak apa-apa ia senang Kakak nya kembali memberikan perhatian.

*****

Selvi mondar-mandir tidak jelas, ia melihat kertas kematian Alwi semenjak dari tadi. Dirinya di hantui rasa takut. Sungguh ia benar-benar bodoh telah melakukan hal yang benar-benar merugikan dirinya. (mampos Tante, makanya jangan jahat 😂)

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Onde histórias criam vida. Descubra agora