10🌻

833 134 5
                                    


****

"Ihh!"

"Alwi, sini sebentar sayang." teriakan Inne, berhasil membuat Alwi sigap berdiri.

"Iya Bund, Alwi kesana." Alwi berdiri, membanting pisang goreng yang ia kumpulkan tadi, tepat mengenai wajah Ridho.

"Ehh buset, nih anak. Bener-bener kagak punya kepala, maksudku tangan. Ihh! Bukan juga, tidak punya hati! Nah itu lebih delicious."

"Bilang apa!" teriak Alwi dari kejauhan.

"Hobahhh."

"Ah tau deh, mending ke tempat kemarin yang Ayah suruh buat beli barang-barang yang kurang. Mumpung Alwi di dapur, jadi aman deh," ujarnya segera berdiri membersihkan kembali tempat yang sedikit berantakan.

Ridho berjalan berjinjit-jinjit, sambil dengan  memperhatikan keadaan sekitar. Sampai tidak sadar bahwa Alwi sudah ada di depan wajah nya.

"Ketoprak Pak Sarman!"

"Wahh, enak tuh." Alwi menaikan sebelah alis nya manatap wajah Ridho penuh tawa.

"Ish! Kebiasaan deh muncul tiba-tiba, kek alien tau enggak sih," ujar Ridho menampakan wajah jelek nya.

"Ekhem, tersangka pertama. Kakak sendiri!"

"Hah? Apa ini maksudnya?!"

"Kakak, pagi-pagi sekali Kakak ingin pergi keluar tanpa mengajakku. Kenapa?"

"Waduh, korban sinetron Upin Ipin kau ini!"

"Kasihan banget sih Dek, kamu tuh masih muda. Masa depan kamu masih panjang," ucap Ridho menepuk jidat nya.

"Alah Kakak ini, detektif Alwi siap menyelidiki kasus hilangnya roti Alwi semalam," ujar Alwi yang tiba-tiba membahas roti.

"Pasti lo mau nuduh gue 'kan hah, hayo loh ngasku aja!"

"Ngaku Kakak ku sayang, ih masih muda kok perkataan nya masih seperti anak TK, Kasihan banget sih, aduh. Alwi jadi sedih deh," ujar Alwi meledek Ridho.

"Udah diem lo. Sana-sana, Kakak ada urusan," ujar Ridho melangkah meninggalkan Alwi.

"Ehh, Kakak. Tunggu, kasus nya belum selesai," ujar Alwi mengejar Ridho.

"Kasus-kasus apaan sih, udah deh sono ah." Ridho mengubris tangan Alwi yang menyentuh nya.

"Mengapa semua menangis ...,"

"Biasalah!" teriak Ridho yang sudah mulai melajukan mobilnya.

"Huff, akhirnya bisa bebas juga dari itu bocah. Nyebelin banget sih pagi-pagi udah bikin rusuh. Hadeuh."

"Ehh, tapi ... tapi bentar deh kemarin ..." Ridho menaikan sebelah alisnya, mengingat kejadian kemarin yang belum sempat ia tuntaskan.

**
"Kenapa?" tanya Ridho melipat kedua tangan nya di dada.

"Mm ... besok ... besok Al ....,"

"Dho! Sini sebentar!"

"Iya Ayah, sebentar Ridho turun nih," sahutnya segera merapihkan baju yang sedikit berantakan.

**

"Oh iya! Hari ini Alwi mau pergi kemana ya? Awas aja, tidak ada yang namanya rahasia!"

"Ayah sih, kemarin main panggil-panggil aja. Tapi kasihan juga sih, tuh bocah kemarin udah piknik banget, eh enggak. Panik," ucapnya memarkir 'kan mobil dan memasuki toko yang kemarin.

Ridho, memasuki toko. Membeli barang-barang yang ia cari. Tidak butuh waktu lama, karena ia hanya membeli sendiri tanpa adanya Alwi. Jika ada Alwi, mungkin setengah hari mereka masih di sana.

Segera, ia menjalankan misi yang sudah ia pikirkan dengan matang. Sedangkan di sisi lain, Alwi berpamitan pada Inne, untuk ke suatu tempat di antar oleh supir pribadinya.

"Alwi, berangkat ya Bund. Assalamualaikum," pamit nya dibalas senyuman simpul dari wajah Inne.

"Iya sayang, hati-hati. Wa'alaikumsalam."

Alwi membolak-balikan hanphone ditangannya. Menatap ke arah jalan raya tak karuan. Seperti ada yang ia pikirkan, bimbang mana jalan yang harus ia pilih, membiarkan Kakak nya tau dengan rahasia besar yang ia tutupi? Atau masih ingin merahasiakan nya.

'Aku tau, Kak Ridho pasti mengikuti langkahku.'

'Oke baiklah. Aku tidak peduli dengan hari ini, sebaiknya aku masih merahasiakan semuanya.'

"Waduh, arah jalan mana nih?" tanya Ridho ketika ia memasuki gang sedikit sempit.

"Alama, kalau aku bawa mobil buat masuk kesana nanti parkir nya susah. Yaudahlah jalan kaki aja, biar sehat. Ia enggak?" tanya Ridho pada stir mobil.

"Woy! Jawab ngapa. Bisu lo ya!" ujarnya memukul stir mobil.

"Ah, udahlah. Yang ada nanti gue yang masuk rumah sakit jiwa!"

Ridho keluar dari mobilnya perlahan, mengikuti jejak Alwi yang kini sudah mulai memasuki area rumah. Ridho bersembunyi di balik semak-semak yang rindang.

"Ngapain tuh bocah kesini?" tanya Ridho pelan.

Terlihat, seorang remaja yang seumuran dengan Alwi keluar dari rumah, membuka pintu untuk Alwi. Alwi, mengulurkan tangannya memberikan satu buku berjilid biru itu pada anak yang tengah bersamanya. Ridho membulatkan mulut, dia pikir ini masalah yang serius. Tapi, apa? Hanya mengantarkan barang saja.

Karena kesal, ia mengambil semak-semak yang berada di dekatnya. Memetik selembar daun kecil, dan memasukkan nya pada mulut tanpa sadar.

"Apaan sih! Aku kira mau kemana. Dasar bodoh kau ini Ridho. Sudah beribu kali di jahili Adik sendiri, masih saja tidak sadar!"

"Ehh ngomong-ngomong ini daun enak juga breh,  bawa sekarung buat Alwi ah," ucapnya memetik lebih banyak lagi daun.

Setelah semuanya selesai, Ridho memutus 'kan kembali kerumah nya. Begitu pun dengan Alwi, Ridho sampai terlebih dahulu di rumah. Ia berdiri di tengah-tengah pintu. Dengan bingkisan cantik ditangannya.

"Alwi mana ya? Enggak sabar kasih ini," ujar Ridho dengan senyum jahilnya.

"Ehh, panjang umur tuh anak. Baru aja bilang tadi," ujar Ridho yang melihat Alwi berjalan kearah nya.

Alwi hendak memasuki rumah, namun? Ketika ia berjalan ke arah kiri, Ridho mengikuti langkahnya. Berjalan kearah kanan, Ridho masih saja menghalangi langkahnya.

"Ish! Awas Kak Ridho. Minggir!"

"Enggak mau."

"Lagian Kakak ngapain berdiri di situ. Kata orang tua dulu-dulu, enggak baik tuh entar enggak jadi nikah," ujar Alwi.

"Sembarang lo! Sok tau."

"Ih, di bilangin juga. Emang Kakak mau nikah sama Kak Sekar?" tanya Alwi menahan tawa.

"Hah? Sekar yang ... yang kurang waras itu?! Ih ogah!"

"Sembarangan Kakak ini, dia masih sehat lah Kak," ujar Alwi masih tertawa.

"Ahh udah-udah. Jangan bahas dia ngapa sih. Nih, Kakak bawakan sesuatu." Ridho memberikan satu bingkisan cantik pada Alwi, Alwi menerimanya dengan keraguan.

"Hm ... apa nih? Tumben ngasih ginian," cela nya membolak-balikan bingkisan dari Ridho.

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Where stories live. Discover now