03🌻

1.2K 162 11
                                    


••••••••••

Lima menit berlalu, Ridho turun dengan wajah yang benar-benar sulit diartikan. Setiap anak tangga yang ia injak, mulut nya tidak henti-henti tersenyum. Sampai pada akhirnya ia hampir tersandung, dan terjatuh kebawah.

"Bujubusrak!"

"Ett dah! Siapa yang naro tangga disini hah!" teriaknya memukul tangga dengan tangan kanan nya.

"Ganteng-ganteng kok kurang waras," sindir Alwi yang tengah duduk dimeja makan.

"Diem lo bocah! Gue kasih ketiak baru tau rasa!"

"Jorok ih! nanti Kak Tamy enggak mau loh sama Kak Ridho," ujar Alwi memberikan wajah jelek nya.

"Udah ah, Aa ganteng mau ketemu Neng geulis." Ridho berjalan memutar-mutar ke arah pintu depan. Alwi menelan makanan yang ia kunyah, menahan tawa yang ingin ia lepaskan.

'Gawat! Sebentar lagi singa jantan ngamuk,' batin Alwi lalu meneguk satu gelas air putih. Dan segera bersembunyi dibawah meja makan.

"Ekhem! Hallo good morning my enemy, yang cantik seasia tenggara, Afrika, Inggris, Thailand, Amerika, Belanda, Aa membawa sejuta kerinduan un ....," Ridho, menghentikan bicaranya ketika tidak melihat siapa pun didepan rumah nya. Hanya angin lewat membuat dedaunan tua terjatuh.

"What! Neng Tamy mana?!" ujarnya celingak-celinguk kesana-kemari.

"Tamy!"

Ridho mengangkat pot kecil di pinggir-pinggir rumah nya. Mencari keberadaan sang kekasih.

"Kamu dimana? Di bawah pot enggak ada. Di bawah kursi juga enggak ada! Wahai sayangku, engkau dimana!"

"Den, Den Ridho teh lagi cari kodok?" tanya Pak Sarman dengan gunting rumput ditanganya.

"Sembarangan! Masa iya Neng Tamy disebut kodok. Aku lagi cari Tamy, Pak Sarman lihat enggak?" tanya Ridho.

"Neng Tamy?" pikir Pak Sarman.

"Iya. Bapak lihat enggak?" tanya Ridho.

"Dari tadi belum ada yang kesini Den, Bapak dari tadi ada didepan gerbang lagi bersihin rumput. Tapi enggak ada yang datang," jelas Pak Sarman.

"Argh! Bocah itu sudah membodohi ku!"

"Bocah siapa Den?" tanya Pak Sarman.

"Bocah botak!" ujarnya kembali masuk kedalam rumah.

"ALWI!"

Alwi menutup mulutnya agar tidak bersuara, menahan pegal dibawah meja makan. Langkah kaki Ridho semakin terdengar oleh Alwi.

"Woy bocah! Lu udah bikin darah gue naik turun. Sekarang! Keluarkan wujud mu!"

"Ett dah dikira aku setan apa," bisik Alwi.

Ridho melihat sedikit baju Alwi yang terlihat, Ridho tersenyum miring. Lalu duduk diatas kursi yang tersedia.

"Ekhem, makanan siapa nih? Orang nya kemana ya. Ah, dari pada mubazir mending aku makan," ujarnya memancing Alwi keluar.

"Em ... makanan nya sangat lezat!"

"Ah, itu kan makanan aku. Tapi ... yaudahlah biarin aja. Makanan 'kan masih banyak," ujar Alwi pelan.

Sebuah serangga, yang benar-benar membuat nya geli kini mendekati dirinya. Alwi menutup mulutnya menahan geli ketika serangga itu tengah merayap diatas kakinya.

"Mmm!"

"Argh! Maemunah! Maksudku bakwan. Tidak-tidak maksud ku kecoa ...!"

Alwi keluar dari tempat persembunyiannya. Mengubris-ngubris seluruh badan nya. Membuat kecoa itu tepat mengenai wajah Ridho.

"Aaaa! Bunda ....!"

"Alwi ... Alwi tolong Kakak!"

"Enggak, Alwi juga  takut," ujar Alwi berlari ke sembarang arah, begitupun dengan Ridho berlari-lari kesembarang arah. Sampai pada akhirnya mereka berdua sama-sama terhantam.

Brak!

"Aw!"

"Alwi ... Alwi kecoa nya," tunjuk Ridho.

"....."

Tbc_

SEGORES LUKA [End] || Alwi Assegaf Onde histórias criam vida. Descubra agora