.40

52 19 21
                                    

Adrenalin Elo menurun drastis. Betapa leganya melihat Noa sudah tak bernyawa. Ia masih selamat.

Elo terbaring lelah, dalam keadaan setengah sadar. Ia perlahan menoleh ke atas langit. Semua sudah selesai.

Tunggu. Tidak. Einer masih ada di luar sana. Tiga temannya pun juga sudah tiada. Tidak.

Elo berusaha bangkit berdiri, mendorong tubuhnya keatas dengan kedua tangannya. Ia memaksakan tubuhnya. Tetapi ia tak bisa memaksakan lukanya yang terus menyakitinya. Ia jatuh kembali.

Farrel datang perlahan, memegang sebotol air minum di tangannya. Ia mengulurkan botol itu pada Elo.

Elo menoleh, mengambil botol itu tanpa sepatah kata pun. Ia bangkit duduk, menuangkan semua air itu ke wajahnya.

Ia benar-benar haus.

Elo melempar sembarang botol bekas itu, merenung mencerna apa yang telah terjadi. Tiga temannya mati?

Tanpa bersuara, Elo berusaha bangkit berdiri. Ia pun bergegas melangkah sebisanya, dengan pincang.

"Lah mau kemana lu?" ujar Alex sedikit memberi sandaran pada Elo.

Elo melepas pegangan Alex, berusaha melangkah lebih cepat.

Alex pun perlahan mengikutinya, begitu pula Farrel dan Francind.

Asap tipis mengepul. Hening.

Oh, tidak.

Elo memandang lapangan reruntuhan. Regina, dan Nil, didalam cekungan pukulan Steven. Mereka terbaring tak bernyawa. Mata mereka yang terbuka tak berkedip.

Elo terdiam.

Apa yang telah ia lakukan?

Elo berteriak, melempar butterfly knifenya sembarang. Hatinya memanas. Dirinya tak bisa menahan tangis.

Ya. Nicholas, Regina, dan Nil sudah mati.

Ia gagal mencegah kematian mereka. Ia tak bisa melakukan apa-apa. Semua ini terjadi, karena dirinya menerima tawaran obat menjijikan itu.

Elo tersungkur. Tak berdaya. Tak kuat bergerak. Tak bisa lagi.

Alex, Farrel, dan Francind menatap pemandangan itu. Mereka terdiam. Ada murid terkorban lagi.

Mandan, melangkah keluar dari balik patung, melihat tepat di sebelahnya, Nil, tak bernyawa.

Ia berlutut. Tepat di sebelahnya. Nil ditembak mati.

"O fuck-" ujar Farrel terkejut.

Elo menoleh. Para prajurit Bugjang yang tersisa, datang dari bayangan asap membawa senapan laser mereka yang terang benderang. Elo panik langsung menggenggam butterfly knifenya-

Para prajurit tersebut tiba-tiba berteriak kesakitan, melepas senapan mereka. Mereka berteriak menutupi kedua telinga mereka dengan sengsara.

Elo termangu. Alex, Farrel, Francind takut merangkak mundur.

Tubuh para prajurit itu mulai meleleh, memudar hilang.

Hening.

Elo menoleh. Deedee, dari samping, perlahan menurunkan tangannya dengan gemetar.

"Is everyone alright? Halo?" tanya Stecen dengan suara lantang, menghampiri Alex, Farrel, dan Francind, "Yo what happened??"

Steven memandang ke arah pandangan mereka bertiga. "Oh sht." Ia panik berlari menurun ke Nil dan Regina. Kepanikan yang ia tak pernah alami.

Deedee tersadar, memandang Regina terpisah dari Nil, tak bergerak sedikitpun. 

"Astaga!" Ia panik berlari menurun seperti Steven, tetapi ia benar-benar histeris. Matanya memerah, penuh air mata.

Butterfly KnifeWhere stories live. Discover now