.9

73 50 14
                                    

Elo terburu-buru. Ia segera bersandar ke sebuah pohon, menarik napas panjang. Ia begitu panik.

Fiuh. Tadi itu nyaris. 

Tapi ini akan sulit. Ini akan runyam. Ia saja sudah kesulitan menghindari Reven di 3 jam pertama, bagaimana dengan sehari??

Tenang. Tenangkan diri.

Ia mengambil butterfly knife miliknya. Bukti kejadian kemarin yang nyata. Bisa berubah menjadi logam besi.

Ia saja sampai sekarang masih heran. Sekuat apapun butterfly knifenya, mana mungkin bisa membelah sebuah pistol atau peluru? Tidak mungkin. Tapi semua itu nyata, dilihat kedua matanya sendiri.

Mungkin itu semua hanya sebuah mimpi.

Elo memerintah butterfly knife itu berubah menjadi besi dalam pikirannya. Butterfly knife itu berubah.

Elo terkejut, membalikannya kembali ke stik es krim. Tidak. Semua itu nyata. Kemarin bukan mimpi.

Ia menarik napas panjang lagi. Tenang. Semua ini akan berakhir pada akhirnya.

Tunggu. Ia bahkan tidak melihat Steven sama sekali di ruang makan. Steven kemana?

Ia bergegas berjalan kembali, menuju villa. Sesuatu ada yang tidak beres.


Lorong villa lantai kedua itu sepi. Tidak ada murid ataupun guru. Memang mereka semua masih berkumpul makan di ruang makan.

Elo berjalan sendiri, di tengah kosongnya lorong yang terang akan cahaya matahari. Ia bergegas mengambil kunci kamar dari sakunya, membuka kunci pintu dengan gugup. 

Pintu terbuka. Elo langsung melangkah masuk lalu menutup pintu rapat-rapat. Ia melangkah ke dalam, Jon dan Justin masih tertidur lelap di ranjang mereka masing-masing.

Oh tidak. Bukannya Steven yang seharusnya membangunkan mereka berdua?

"Woi, bangun oi! Bangun!" Elo mendekat, menepuk-nepuk Jon dan Justin berkali-kali. Mereka berdua mulai terganggu, mulai membuka kedua mata mereka.

"Oi! Steven kemana?!"

"Uhhh... hoamm... what time is it?" tanya Jon menguap, beranjak duduk masih mengantuk.

"Ini jam 9!"

"Huh... lah jam 9??!" Jon terkejut terbelalak.

"Iyaa! Udah pada renungan, senam, sekarang lagi pada sarapan itu disana!"

"Fck this sht fck this sht..." Jon terburu-buru beranjak keluar dari ranjang, berlari ke dalam toilet. Ia panik menyalakan wastafel mencuci muka.

"Si Steven dimana?!"

"Steven?? Mana gw tau, gw baru bangun!"

"Lah tadi dia bilang dia yang mau bangunin kalian berdua..."

"Gw gak tau bro! Dikira gw bisa liat Steven jalan kemana sambil gw tidur berbaring gitu dari kasur?!"

Elo termenung. Artinya Steven pergi keluar sebelum ia sendiri membangunkan Jon dan Justin. Tapi ia pergi kemana?? 

Steven pasti tau mereka sedang menghadapi situasi genting seperti ini. Mengapa ia pikir pergi sendirian tanpa memberitahu Elo itu ide yang baik??

Elo menatap keluar jendela, keluar balkon. Kalau ia ingin mencari Steven, ia harus keluar kamar ini. Ia harus keluar lagi, menghindari Reven dan Einer dengan susah payah.

Kalau ia diam di dalam kamar ini bersembunyi, ia pasti akan jauh lebih aman daripada keluar lagi. Tapi Steven bagaimana? Tidak mungkin ia akan membiarkan Steven, apalagi kalau ia dalam bahaya...

Butterfly KnifeWhere stories live. Discover now