.21

61 29 31
                                    

"Hey kalian! Stop!!" seru seorang menodongkan senjata beratnya ke Elo dan Regina. Elo terbelalak, tetapi ia tidak berhenti, masuk ke dalam ruangan. Ia tahu ia bisa melawannya.

Orang itu tanpa berkata lagi menembaki Elo. Elo dengan mudah mengambil butterfly knifenya, menangkis tiap peluru yang ditembakkan, sambil berlari mengarahnya.

Semua warga yang melihat, terkejut. Sebuah butterfly knife... dapat menangkis peluru tembakan secepat itu??

Elo semakin dekat, ia membelah dua senapan berat itu, menendang seorang mundur. Ia hendak melempar butterfly knife itu, tetapi ia terhenti, menatapnya. Butterfly knife itu sudah penuh darah.

Tidak perlu membunuh.

Elo memutuskan memukul kepala seorang itu dengan gagang butterfly knifenya, membuatnya pingsan tergeletak.

Regina pula hendak melempar kartu reminya ke Piffen, satu-satunya orang yang tersisa. Elo pun menoleh.

"Stop!! Stop! Atau saya bunuh anak ini!!" seru Piffen menekankan. Senapannya tepat menodong pelipis Nil.

Elo dan Regina terhenti. Piffen serius, ia tak sabar menarik pelatuknya.

Mereka berdua benar-benar tak berani bergerak. Ia bisa menembak Nil lebih cepat daripada lemparan mereka sendiri. Ia bisa menembak Nil kapanpun.

Elo mematung. Kali ini ia bisa gagal.

Ia mengangkat tangannya perlahan. "Pak.... kita ngomongin pelan pelan-"

"Jangan bergerak!! Jangan bergerak!!" 

"Ok ok ok. Pelan pelan pak. Tenang sebentar-"

"Piffen! Lepaskan dia, ya?" ujar Maksi berusaha, "Saya tahu kamu hanya-"

"Diam!! Bacot! Teman palsu, selama ini hanyalah teman palsu. Tidak normal saya ini ya, Maksi?"

"Piffen, ini-"

"Aduh.... aduh..." Telinga Piffen mulai sakit. Ia melepas todongannya, menutup kedua telinganya. Suara bising semakin kencang memekakkan telinganya.

Elo menatap kumpulan para warga, yang juga bingung sama seperti dirinya. Ia menatap para murid, Deedee disana, mengangkat tangannya mengeluarkan suara bising.

Nil pula menggunakan kesempatan. Ia memunculkan palu di genggamannya, menghantam perut Piffen sekencang mungkin. Piffen terpukul mundur. Nil langsung melarikan diri.

Elo langsung melempar butterfly knifenya ke Piffen. Ia baru tersadar, ia tidak perlu membunuh-

PLAK! Butterfly knife Elo telak mengenai kepalanya. Tidak menusuk, hanya terpental sembarang.

Butterfly knife jatuh tergeletak, ke dasar lantai. Piffen pingsan tergeletak.

Hening.

Elo menatap sekitar. Para warga yang melihat pasti benar-benar bingung. Maksi termangu.

Ia menoleh ke butterfly knifenya, berusaha tidak menghiraukan tatapan-tatapan para warga. Ia menarik butterfly knifenya dari kejauhan, memasukkannya lagi ke dalam saku.

Regina dan Deedee sudah tak tahan rindu, mereka berlari menuju satu sama lain. Sesaat mereka langsung berpelukan erat. Momen itu akhirnya bukan momen terakhir mereka bertemu.

Ia menatap semua teman-temannya. Teman-temannya pun menatapnya. Mereka berhasil. Mereka berhasil mengalahkan dua kriminal. 

Sulit dipercaya. Mereka semua memang sudah punya kekuatan super.

Para polisi mulai berseru hendak masuk. Para murid menoleh, mereka panik kembali. Tidak mungkin mereka akan diinterogasi tentang apa yang mereka barusan perbuat.

Butterfly KnifeWhere stories live. Discover now