.35

63 22 31
                                    

Mandan mengedipkan matanya. Sebuah ledakan terakhir berkelebat di pandangannya.

Ia menatap sekitar. Reven disana di depannya, baru membukakan matanya pula, terbaring diatas puing-puing.

Amarah Mandan kembali bergelora. Ia bergegas bangkit berdiri. Urusannya dengan Reven belum selesai. Reven pun panik berusaha bangkit pula. 

Reven pun menoleh ke belakang. Lampu-lampu menyala, puluhan sumber cahaya. Ia tak segan-segan menarik tiga gumpal cahaya dari ketiga lampu. Satu saja sudah tak cukup.

Mandan terbelalak. Ia bergegas memunculkan sepuluh pisau di satu tangannya, melempar itu semua ke Reven. Reven pun menembakkan ketiga gumpal cahaya yang tergabung itu.

BLASSH!!

Sepuluh pisau Mandan terpental. Mandan sama sekali tak terkena, ia pun langsung maju melempar satu pisau. Reven panik menembak satu gumpal lagi. Pisau terpental.

Pisau kedua. Reven menembak lagi. Pisau terpental. Mandan semakin dekat. Reven semakin gugup, tatapan amarah Mandan yang mendekat semakin menurunkan keyakinannya.

Mandan tepat di hadapan Reven, memunculkan tiga pisau di tangannya mengayunkan ketiga pisau itu bersamaan. Reven bergegas mengangkat tangannya yang telah menarik satu gumpal cahaya, mengenggam tangan Mandan yang mengayun. Tangan Mandan memanas, Mandan melangkah mundur mengerang kesakitan. Reven langsung menendang Mandan, menembak satu gumpal cahaya lagi ke Mandan.

BLASH!

Mandan terjatuh terguling di permukaan puing-puing. Ia menahan rasa sakit, perutnya melepuh panas dari tembakan Reven. Ia menatap Reven lagi, kembali geram merangsek maju.

Reven takut Mandan masih hendak menyerangnya. Ia bergegas menembakkan segumpal cahaya lagi. Mandan kali ini langsung memunculkan sebuah patung batu di hadapannya. Tembakan cahaya Reven mengenai patung, Mandan menyingkir terus berlari menuju Reven.

Reven semakin panik. Ia menembak segumpal lagi. Mandan memunculkan patung batu lain, menangkis tembakan Reven. Mandan semakin dekat.

Reven mengumpulkan dua gumpal cahaya bergegas menembak ke hadapan Mandan. Mandan dengan cepat memunculkan tutup tong sampah lingkar, menangkis tembakan Reven. Tutup lingkar terlepas, Mandan memunculkan satu pisau di genggamannya mengayunkannya ke Reven. Reven terkejut melangkah mundur. Mandan melempar pisau itu, Reven terbelalak menyingkir, terjatuh diatas puing-puing...

Mandan pun menendang Reven jauh. Ia tak segan-segan hendak melempar pisau di genggamannya itu. Reven yang panik langsung menembak satu gumpal cahaya ke kaki Mandan. Mandan terkejut mengeluh jatuh.

Reven tak kuat melawan lagi. Ia berniat menghabisinya, untuk terakhir kalinya.

Lampu-lampu di belakang Reven mati. Cahaya-cahaya lampu itu melayang keluar, berkumpul di telapak tangan Reven. Reven mengumpulkan sebanyak cahaya yang ia bisa. Bukan hanya satu, bukan hanya dua, tetapi semua gumpal yang ia bisa dapatkan.

Mandan merintih sakit. Ia menatap Reven yang belum menyerang. Gumpalan-gumpalan cahaya yang dikumpulkan, semua akan menuju ke dirinya.

Reven menatap Mandan takut. Ia bergegas berdiri, mengangkat tangannya-

Mandan pun langsung berdiri memunculkan patung batu, kali ini lima kali lebih besar dan tebal dari kedua patung yang ia munculkan tadi...

BLASSSHHHH!!!!

Reven mengeluarkan seluruh gumpalan cahaya itu, bagaikan laser tak henti henti. Patung di hadapan Mandan melindungi dari tembakan, Mandan menahan laju patung yang bergerak.

Butterfly KnifeDär berättelser lever. Upptäck nu