.7

110 52 42
                                    

Suara helaan napas panjang Einer sampai terdengar jelas melewati earphone. Elo menunggu penjelasan.

"Kamu pasti Elo kan." ujar Einer tenang.

"Bapak... tau?"

"Saya tentu tau. Kamu yang terima tawaran Reven untuk mencoba obat eksperimen saya."

"Obat eksperimen??"

"Dan obat itu sepertinya berhasil. Buktinya kamu barusan membunuh Mukdi."

Elo menatap kembali prajurit itu yang dipanggil Mukdi itu. "M- m- maksud bapak obat itu berhasil?"

"Tahu kedua orang yang ditangkap Bugjang, di Surabaya dan Makassar itu?"

"Bentar. Itu karena-"

"Ya. Mereka berdua memakai obat yang sama yang kamu pakai itu, atau setidaknya menyentuh cairan obat itu, dan obat itu berhasil terpakai."

"Jadi obat ini..." Elo menatap butterfly knifenya. Ia bingung bukan main. "Obat ini..."

"Efeknya bermacam-macam, tergantung pada tiap masing orang. Ada yang pakai bisa dapat kekuatan telekinesis, ada yang pakai bisa dapat kekuatan prekognisi, ada yang bisa dapat kepintaran lebih, ada yang pakai bisa-"

"Mengubah butterfly knife miliknya sendiri menjadi besi." Elo tersadar. Butterfly knife buatannya bisa menusuk dan membelah karena obat yang ia pakai itu.

"Sampai sekarang hanya empat dari 958 orang yang selamat dan hidup memakai obat X-69 itu. Kamu salah satunya." jelas Einer, "Saya mengirim Mukdi hanya untuk mengetes kemampuan kamu. Sudah terbukti obat itu berhasil di dalammu, jadi alangkah baiknya kesempatan ini tidak disia-siakan."

"Saya ingin kamu datang sendirian ke kamar saya. Gedung Anggrek, kamar 420. Saya ingin tau lebih banyak tentang kamu. Tentang bagaimana obat itu bisa bekerja di dirimu." lanjut Einer tenang.

"Tapi saya-"

"Saya tunggu sampai besok siang."

"Sebentar. Saya masih ga ngerti- Reven ga pernah bilang apapun tentang ini obat kayak gini! Halo? Halo pak?"

Hening sejenak.

"Kau seharusnya tidur saja Elo, jika kamu tidak mengerti konsekuensinya. Toh, kalau pembicaraan saya memang bosan, ya memang bosan."

"A- apa pak?!"

Elo menunggu balasan. Tidak ada suara apapun.

"Halo pak? Halo?!" 

Sial. Einer sudah tidak menjawab.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Steven mendekat. Ia gelisah.

"Anjing..."

"Hah? What?"

"Einer- Einer pengen gw ke kamar dia, sendiri. Obat yang dikasih Reven itu buat gw punya kekuatan supernatural kek orang orang yang diberita."

"Hold on. What?!"

Elo menatap butterfly knifenya. Ia ingin mencoba mengubahnya menjadi besi lagi. Seperti tadi. Ia tidak tahu bagaimana, tetapi ia ingin mencari tahu.

Sesaat ia hendak mengubah butterfly knife itu dalam pikirannya, butterfly knifenya langsung berubah menjadi besi, mengikuti pikiran Elo.

Elo dan Steven terkejut. Steven terbelalak, tak percaya butterfly knife Elo berubah bahan begitu saja. Elo tak percaya mengubah butterfly knifenya menjadi besi semudah itu.

"Jadi kayu!" gumam Elo, butterfly knife itu ikut berubah menjadi rangkaian stik es krim. "Jadi besi!" Butterfly knife itu berubah kembali berbentuk besi.

Butterfly KnifeWhere stories live. Discover now