Part 45 : Pamit

2.5K 120 28
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Gavin mengendarai mobilnya memasuki sebuah restoran terkenal yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Ia buru-buru parkir dan turun dari mobil sebelum Givea kelaparan.

"Yuk masuk," ajak Gavin menoleh sekilas ke arah Givea lalu tersenyum manis. Gavin kembali menggandeng tangan Givea dan menuntun masuk ke dalam restoran tersebut.

Pusat perhatian seluruh pengunjung resto langsung terfokus pada dua insan yang baru datang itu. Banyak kaum hawa yang terang-terangan menatap Gavin kagum, membuat Givea berdecak sebal.

Berbeda dengan Gavin yang berjalan acuh tanpa menghiraukan sekelilingnya, yang masih tetap menatapnya. Mungkin Gavin sangat tampan, apalagi dengan balutan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya, seakan menambah kesan cool baginya.

"Gausah terlalu dipikirin, udah biasa kayak gini," ucap Gavin sembari mengeratkan genggaman tangannya, mencoba menenangkan Givea yang bergerak gelisah.

"Ini baru di resto, belum nanti kalo di resepsi!" lanjut Gavin terkekeh kecil, mencoba mencairkan suasana.

Givea yang mendengar itu sontak melebarkan matanya.

WTF? Gavin ngomong apa tadi?

Tetap stay calm, Giv!

Givea mencoba tak menggubris ucapan Gavin barusan, meskipun jantungnya berdisko, ia tetap melanjutkan langkahnya. Akhirnya mereka pun duduk di salah satu meja yang kosong berdekatan dengan jendela.

"Mau pesen apa?" tanya Gavin mendongak menatap wajah cantik Givea.

"Apa aja kak, terserah," jawabnya pasrah.

Gavin mengangguk paham "Mas," panggil Gavin pada waiters yang kebetulan lewat di sampingnya.

"Baik mas, mau pesan apa?" tanya waiters itu ramah menghampiri meja mereka.

"Saya mau pesan Chicken steak 2, Baked salmon 2, Pancake martabak 2, sama minumnya orange juice 2," ujar Gavin sembari membaca daftar menu yang ia pegang.

Waiters laki-laki itu mengangguk lalu mencatat pesanan Gavin dengan telaten "Baik saya ulangi sekali lagi pesanannya, Chicken steak 2, Baked salmon 2, Pancake martabak 2 dan orange juice 2, apakah benar? "

Gavin hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kalo begitu saya permisi mas, mbak, silahkan ditunggu pesanannya," ujar waiters itu membungkuk sopan dan berlalu pergi dari hadapan mereka.

"Kak, kok banyak banget pesanannya, " ujar Givea memprotes.

"Gapapa, gue tau lo laper. "

Givea menggaruk tengkuknya dengan kikuk "Maaf ya kak, jadi ngerepotin," ucapnya tak enak hati.

Gavin menggeleng kuat "Nggak Giv, nggak ada kata repot selagi buat lo."

Givea mematung. Entah mmengapa Givea mendadak merasa speechless.

Jika dulu, Gavin pasti akan berkata 'Iya lah, kan kerjaan lo tuh nyusahin gue' tapi sekarang kata-kata menyakitkan itu sudah tak lagi terlontar dari bibir Gavin.

Givea benar-benar bahagia, bahkan ia sempat merapal puji syukur atas perubahan sikap Gavin yang cukup drastis padanya.

"Abis ini kak Gavin mau langsung pulang?" tanya Givea memecah keheningan.

Gavin yang dihadiahi pertanyaan seperti itu pun terlihat berpikir sebentar, kemudian mengangguk "Iya kayaknya, emang kenapa?"

"Nggak mau mampir ke rumah aku dulu kak? kemarin katanya kak Gavin kalo nganterin aku pulang, mau sekalian mampir," ujar Givea mengingatkan, karena Gavin pernah berkata seperti itu di hari lalu.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora