Part 2 : Tak menyerah (Sudah revisi)

7.7K 739 220
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Bu Meira- selaku guru bahasa Indonesia itu sekarang berada di kelas Givea. Mereka semua memulai pelajaran pertama dengan tenang. Givea tidak fokus mendengarkan apa yang Bu Meira jelaskan di depan, dia hanya melamun dengan pikiran yang terus melayang pada Gavin.

Kring.. Kring..

Setelah lamanya jam pelajaran berlangsung, akhirnya bel istirahat pun berbunyi dengan nyaring. Siswa-siswi yang semula sudah mengantuk kini langsung berwajah cerah ketika mendengar bel istirahat, tak terkecuali Givea yang moodnya juga kembali baik.

"Pelajaran kita hari ini selesai anak-anak! Kita lanjutkan lagi Minggu depan! Kalian boleh istirahat sekarang," ujar Bu Meira menutup pelajaran pertama.

"Baik Bu," jawab mereka serempak.

Setelah Bu Meira keluar meninggalkan kelas, para murid langsung berhambur keluar kelas menuju ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kosong. Givea, Farah dan Dinda kini juga sedang berjalan menuju ke kantin.

Setelah sampai di kantin, yang pertama kali menyambut pandangan mata Givea adalah Gavin. Cowok itu sedang makan bakso kuah di salah satu kursi kantin, dengan wajah yang tampak Gavin memerah dan keringat bercucuran, mungkin cowok itu tengah kepedesan.

"Kita mau ke toilet dulu ya, Giv. Lo tunggu sini jangan aneh-aneh!" pesan Farah yang hanya diangguki Givea.

Givea langsung menghampiri meja kakak kelasnya yang berada di pojok kantin tanpa rasa kapok. Disana ada Romli, Deni dan Gavin tentunya. "Hai kak, boleh gabung nggak?" tanyanya.

"Tentu boleh dong, Giv. Duduk aja!" balas Deni selalu ramah dan tersenyum ke arahnya.

Givea langsung mengambil tempat duduk di samping Gavin, lalu beralih mengambil tissue yang tersedia di atas meja. Dengan telaten Givea mulai mengusap bulir keringat Gavin yang mengalir di pelipis cowok itu. Spontan Gavin menghentikan aktivitasnya dan menegang.

"Makanannya pedes banget ya? sampe keringatnya netes gini, kalo jatuh ke bakso kan jorok," ucap Givea becanda disertai tawa kecil.

Gavin menepis kasar tangan Givea, dan langsung mendorong bahu Givea agar menjauh darinya. "Apa-apaan sih lo?! Gausah ganjen jadi cewek!" ujarnya tak suka.

"Siapa yang ganjen sih kak? Aku kan cuma mau ngelap keringat kakak."

"Ga usah dan ga perlu, gue nggak butuh!" sarkas Gavin menatapnya tajam.

Givea tersentak namun sedetik kemudian dia tersenyum jahil. "Gausah malu-malu kak, aku tau kok kalo sebenernya kak Gavin itu seneng, ya kan?" Givea menaik-turunkan alisnya menggoda.

Romli dan Deni hanya melongo melihat adegan Givea barusan yang menurutnya sangat berani.

Gavin menatap Givea tak percaya. "Dasar cewek gila!"

"Gapapa cegil, yang penting kak Gavin suka," balas Givea menampakkan tersenyum manis.

"Halu lo ketinggian!" balas Gavin ngejleb.

Bukannya sedih Givea justru malah tertawa. "Halunya cuma tentang kak Gavin doang kok."

"Gue ga peduli!"

"Nanti juga peduli." Givea tak mau kalah.

Gavin mengepalkan tangannya jengkel, berdebat dengan Givea membuat emosinya selalu naik. Bagaimana tidak? Givea terus-menerus mengucapkan kata-kata yang membuat Gavin kesal setengah mati, hingga ia kehabisan kata-kata membalasnya.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now