Part 48 : Teror

1.9K 90 6
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Hampir sejam lamanya Gavin berdiam diri di teras rumahnya, sembari menekuk lutut dan duduk bersandar di tembok. Pandangannya menatap ke depan dengan lurus. Entah apa yang cowok itu pikirkan, yang jelas Gavin seperti sedang melamun.

"Dorr!" Kiya muncul tiba-tiba dari pintu utama dan berniat mengageti.

Gavin kaget, namun ia sama sekali tak menoleh, memilih menyembunyikannya. Hal itu cukup membuat Kiya terkikik.

"Kalo kaget ya kaget aja kali, gausah sok-sokan!" ujarnya tertawa. Cewek berkepang satu itu menoel-noel lengan adiknya membuat Gavin menampiknya risih.

Cowok itu merapihkan rambutnya yang nampak berantakan akibat kena terpaan angin. "Ngapain sih ngikutin gue! Mending lo balik sono ke kamar!" usir Gavin membuat Kiya cemberut.

"Ishh, gue nggak ngikutin lo! Emang dasarnya gue mau duduk disini." Kiya mundur lalu mendaratkan bokongnya di kursi teras. "Emangnya lo ga liat gue udah dandan cantik gini."

Terpaksa Gavin membalikkan badan. Cowok itu mengernyit, baru sadar jika style kakaknya hari ini sedikit berbeda dari hari-hari biasanya. "Mau kemana lo? Tumben rapi amat," tanyanya penasaran.

Kiya mengibaskan tangannya di udara seraya menaikkan satu kakinya bertumpu di atas lututnya. "Coba tebak gue mau kemana?"

"Ke salon," tebak Gavin.

Kiya tertawa keras, sepertinya tebakan Gavin kurang pas "Haha nggak lah, masa gue ke salon sampai dandan secantik ini, salon kan tujuannya buat mempercantik,"

Ah benar juga.

"Mau jalan mungkin, Atau keluyuran?" Gavin menebak dengan ngawur.

Kiya mendelik sengit "Gue mau kencan, bukan keluyuran, Ishh."

Kini gantian Gavin yang tertawa. Sebenarnya ia hanya pura-pura tidak tau untuk mengerjai Kiya saja tadi. "Iya-iya gue tau. Gausah pamer, putus mampus lo!"

"Idih, malah ngedoain gue putus. Bilang aja lo iri, gegara kelamaan ngejones!" seloroh Kiya dengan sinis.

"Heh! Gue tuh nggak ngejones!" balas Gavin tak terima.

"Terus apa namanya? Lo kan kelamaan jomblo."

"Asal lo tau ya, jomblo itu sedang menikmati indahnya kesendirian. Lagian jadi jomblo itu enak, bebas dan nggak banyak aturan." ujar Gavin nyengir.

Kiya memutar bola matanya malas. "Bilang aja nggak laku!"

"Dih, ganteng gini masih juga dibilang nggak laku. Banyak kali yang mau sama gue, tapi gue tolak." ucapnya sombong sembari menyugar rambutnya ke belakang.

Kiya yang melihat itu berlagak ingin muntah.

"Preettt, bhulsyiiittt!"

Gavin pun tertawa.

Tak lama sebuah mobil hitam berhenti di pekarangan rumah mereka, membuat mereka seketika mengalihkan pandangan. Seseorang terlihat turun dari mobil. Cowok berkemeja hitam dengan perpaduan kaca mata yang juga warna hitam, langsung tersenyum ramah ke arah Gavin.

"Halo adikku!" sapa Rio berbasa-basi pada Gavin. Mereka berdua memang sudah akrab sejak pertama kali Rio datang ke rumah.

"Calon adik kali," Gavin meralat malas, membuat Kiya langsung menggeplak lengan adiknya. Padahal Gavin hanya bercanda.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now