Part 14 : Rasa sakit (Sudah revisi)

7.7K 463 62
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Givea berlari menjauh dari Gavin dengan perasaan sakit yang tertahan, tak ada hal lain dipikirannya kali ini selain hanya berlari menjauhi lelaki itu. Disinilah ia sekarang berada, di taman belakang sekolah.

Givea berharap Gavin akan memperbaiki kesalahan pagi kemarin saat menurunkannya di jalanan, atau sekedar meminta maaf mungkin? Namun harapannya salah besar, justru nyatanya malah berbanding terbalik dengan apa yang Givea harapkan. Malah dengan teganya Gavin memintanya untuk berhenti mencintainya. Gavin malah selalu menambah luka baru di hatinya padahal yang kemarin belum sakit. Apakah benar Gavin itu tak punya hati?

Jika mengingat semua usahanya selama ini yang terasa sia-sia, rasanya Givea ingin menyerah saja. Bukan kali ini saja Givea mati-matian membuat tameng pertahanan agar hatinya tak runtuh, namun sudah satu tahun lebih Givea selalu memakai tameng itu untuk memperjuangkan cintanya. Bayangkan setahun lamanya seorang Givea mengejar satu laki-laki yang sampai sekarang masih tak ada balasan perasaan apapun.

Ini bukan yang pertama kali gadis itu merasakan rasa sakit, tapi gadis itu tetap bersikeras untuk bangkit walau sudah terjatuh berkali-kali. Walaupun ia harus menerima berbagai kritikan dari orang lain, berbagai lontaran hinaan dan cacian yang setiap saat selalu mengatainya murahan, Givea tak pernah menyerah sejak dulu. Tak bisakah Gavin peka akan itu?

"Apa usahaku selama satu tahun ini ga berarti apa-apa buat kak Gavin? Apa sebegitu tertutupnya pintu hati kak Gavin buat aku? Sampai-sampai perjuanganku selama ini nggak ada harganya sama sekali," lirih Givea masih terisak. Iyah, Givea menangis melampiaskan segala rasa sakit dan emosi seorang diri.

"Aku mencintainya tulus, tapi dia seolah buta tak pernah melihatku!" Givea terkekeh meratapi nasibnya yang sungguh miris soal cinta.

"Udahlah gausah ngarepin seseorang yang nggak pernah mencintai lo dengan tulus. Cowok kayak gitu nggak pantes buat lo!"

Givea langsung menolehkan kepalanya terkejut. Ternyata ada orang yang diam-diam mendengar obrolannya dengan dirinya sendiri sejak tadi.

"Ngapain lo disini?" tanyanya sembari mengusap sisa air matanya, ketika melihat Rizal kini berjalan ke arahnya.

Cowok itu tampak menanggapinya dengan santai. "Nggak sengaja lewat aja, terus denger suara orang ngomong. Gue kira hantu, ternyata lo lagi ngomong sendirian. Lo nggak gila kan?"

Givea langsung menatap Rizal tajam. "Sembarangan lo!"

Rizal hanya terkekeh. Cowok itu masih setia berdiri di depan Givea. "Nggak baik kalau lagi galau curhatnya sama setan. Mending curhat ke gue sini!"

"Apaansih lo! Siapa juga yang galau? Sok tau!"

"Lo lagi galauin siapa sih?" tanya Rizal pura-pura nggak tau, padahal ia sudah mendengar semuanya secara tak sengaja. Ternyata Givea berbohong padanya jika tak memiliki hubungan khusus dengan cowok yang menemuinya di UKS waktu itu. Ternyata Givea mencintai Gavin. Kenapa hati Rizal mendadak sesak rasanya?

"Kepo aja lo!"

"Katanya kemarin nggak punya pacar?" Rizal terkekeh mengingatkan ucapan Givea kemarin padanya.

"Emang."

"Lah, terus?"

"Nggak punya pacar bukan berarti nggak ada yang disukai! Udahlah gausah ikut campur masalah pribadi gue. Itu privasi kawand!" ucap Givea membuat Rizal mendengus. "Iya-iya deh."

"Andai lo tau, Giv. Gue kayaknya udah jatuh cinta sama lo di pandangan pertama, waktu pertama kali ngelihat wajah lo. Gue juga nggak tau kenapa bisa gini? Yang jelas hati gue sakit rasanya tau lo suka cowok lain," batin Rizal bersuara.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now