Part 10 : Salahkah mencintai? (Sudah revisi)

4.3K 469 53
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Seperti janjiannya kemarin, Gavin kini sudah berada di depan gerbang rumah Givea dan menunggu gadis itu keluar dari sarang.

Gavin adalah tipe cowok yang selalu menepati ucapannya, jadi sesuai ucapannya dia akan berangkat bareng Givea pagi ini. Walaupun ini hanyalah bentuk dari permintaan maafnya dan tanggungjawabnya soal kemarin.

Tak lama seorang gadis berseragam rapih keluar dari rumahnya, dengan atribut yang sudah lengkap. Givea tersenyum cerah menatap Gavin. "Morning honey," sapanya.

"Honey-honey pala lo!"

"Hehehe, kok malah gitu sih?! Ucapin balik kek!"

"Ogah!" ketus Gavin menolak sangat.

"Iiihh kak Gavin mah nggak romantis."

Gavin tak menggubris ocehan tak bermutu adik kelasnya. "Masuk, keburu telat!" ujarnya seraya menyalakan mesin mobilnya.

Givea kini memasuki mobil Gavin dengan perasaan dongkol. Harapannya kalo Gavin akan membalas sapaannya atau cipika-cipiki dulu sebelum berangkat sirna seketika. Mengingat Gavin adalah cowok yang sangat susah sekali berekspresi manis.

Di sepanjang perjalanan, Gavin hanya diam tak berniat untuk membuka suara. Sedangkan Givea sedari tadi tidak bisa diam, sibuk bercerita entah menceritakan soal dirinya, pengalamannya, atau mungkin soal teman-temannya, membuat Gavin malas mendengarnya dan menyumpal telinganya menggunakan earphone.

"Kak?" panggil Givea namun cowok itu hanya diam tak merespon.

"Kak Vin," rengeknya. Lagi-lagi tak digubris.

Givea yang tidak direspon sama sekali pun menyipitkan matanya curiga dan memastikan kalo Gavin tidak budeg. "Woyy kak! Iih ternyata pakek ini!" Givea dengan lancang mencopot paksa earphone bluetooth yang bertengger di telinga Gavin, dirinya memang sedari tadi tak melihat earphone yang menyumpali telinga Gavin karena terhalang oleh tudung jaket yang cowok itu kenakan.

"Lo apa-apaan sih?!" bentak Gavin marah saat Givea menghentikan putaran lagu favorit Gavin.

"Abis aku kesel ih! Dari tadi aku ngomong panjang lebar kakak ga dengerin, malah diem aja. Ternyata pasang earphone, nyebelin banget sih," gerutu Givea mengutarakan kekesalannya.

"Ga ada yang nyuruh lo buat ngoceh!" balas Gavin dingin.

Sejujurnya Givea juga takut Gavin marah-marah, namun bukan Givea namanya jika menyerah. 'Pantang mundur sebelum keinginannya tercapai' itulah motto Givea.

"Kak, emang kakak ga bisa ya dengerin sedikit aja omongan dari aku?"

"Gak!"

"Kak salah aku apa? kenapa kakak ga pernah respon aku," ucap Givea lirih.

"Salah lo? Lo mau tau dimana kesalahan lo? Oke gue kasih tau! Pertama lo salah karena lo udah ganggu hidup gue. Kedua lo ngebuat hidup gue makin hari makin aneh plus buruk. Ketiga lo selalu ngebuat mood gue hancur. Keempat lo selalu nyusahin gue setiap hari. Dan kelima, lo selalu ngejar-ngejar gue, bikin risih tau nggak?!" jelas Gavin membuat Givea menegang di tempat. Ini pertama kalinya bagi seorang Gavin berbicara panjang lebar, sayangnya kata-kata cowok itu begitu menusuk dan sulit ditoleran. Kalo bukan Givea sudah dipastikan kejang-kejang atau menangis histeris.

"Apa aku seburuk itu dimata kakak? Apa sebanyak itu kesalahan yang aku perbuat ke kakak? Apa sebegitu bencinya kak Gavin sama aku? Apa sebegitu tak pantasnya aku mencintai kak Gavin? Apa salahnya jatuh cinta kak? cinta datang tanpa permisi. Jika aku disuruh milih, mungkin aku nggak akan milih mencintai seorang laki-laki yang tidak pernah mencintaiku. Salahin aja hati aku kak! Kenapa aku harus jatuh cinta dengan kak Gavin, bukan orang lain?" balas Givea tak kalah panjang, mengutarakan unek-unek yang selama ini dipendamnya saat mengejar Gavin.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang