Part 20 : Titik terendah (Sudah revisi)

5.8K 359 22
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Hari ini Givea berangkat lebih pagi dari biasanya karena hari ini dia ada jadwal piket pagi bersama dengan Dinda, namun sepertinya cewek itu belum ada tanda-tanda berangkat maka ia memutuskan untuk menunggu Dinda di taman depan sekolah saja sambil memainkan ponselnya.

"Kalo ga salah lo cewek yang ngejar-ngejar Gavin ya?"

Blam!

Givea menoleh ke belakang, mendapati seorang cewek yang sedang berjalan angkuh menghampirinya sambil memainkan ujung rambutnya, cewek itu adalah Siska.

Itu sebuah pertanyaan atau hinaan, kok rasanya begitu menohok?

"Maksud lo?" tanya Givea masih tak bergeming dari tempat duduknya.

"Gausah pura-pura bego deh, lo pasti ngerti maksud pertanyaan gue barusan," cewek itu mengibas-ngibaskan rambut ombrenya agar melayang terkena angin. Sok cantik!

"Lo tau darimana?"

Siska tersenyum meremehkan. "Givea, Givea, lo pikir gue gatau apa? ck lo salah lawan!"

Givea menghela napas. "Lo bukan lawan gue! Karena kita nggak sedang tanding," jawabnya santai.

Siska terkekeh. "Lo masih cinta sama Gavin? Kalau iya, gue tegasin mending lo mundur deh! Lo tuh bukan level gue."

"Lo nggak berhak ngatur gue."

Siska mengubah ekspresnya jadi marah. "Lo berani nentang gue?"

Givea menyimpan ponselnya, lalu mendongak menatap Siska yang berdiri di hadapannya. "Lo bukan Tuhan, kenapa gue mesti takut?"

"Sialan lo! Lo lupa ya kalo sekarang gue itu pacarnya Gavin!" ujarnya dengan nada sombong.

"Oh sorry gue gatau dan mungkin gamau tau," balas Givea acuh.

Givea bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi menjauhi Siska namun langkahnya terhenti saat Siska kembali bersuara.

"Asal lo tau yah, gue itu cewek pertama sekaligus terakhir yang Gavin cintai, jadi seberapa tingginya lo berharap sama Gavin harapan lo akan pupus, mending lo mundur dari sekarang daripada lo nanti menyesal!"

"Dan satu lagi," Siska berjalan menghampiri Givea. "Lo dan Gue itu nggak level jadi saingan! Karena buktinya Gavin nggak ngelihat lo dan lebih milih gue," bisiknya sembari tersenyum smirk dan pergi meninggalkan Givea yang masih terdiam di tempat.

Givea memejamkan matanya, membiarkan angin sepoi menerpa di wajahnya. Sakit. Ucapan Siska barusan bagaikan jarum yang menusuk, menggores hatinya.

*****

Givea mengaduk-aduk malas mangkok yang berisi mie ayam panas, dengan rasa extra pedas alias dikasih cabe sekilo mungkin sama Givea, hingga kuahnya kini berubah warna menjadi merah saking kebanyakan sambalnya.

Jujur moodnya hari ini benar-benar krisis gara-gara tadi pagi cekcok dengwn Siska, plus kemarin malam melihat mereka di pasar malam. Semua memang gara-gara Gavin, cowok itu selalu saja memporak-porandakan hatinya. 

"Giv gila banget itu sambalnya kebanyakan, lo yakin mau lo makan?" tanya Farah mencoba memastikan.

"Anjirr merinding gue pasti pedes banget tuh, lo nggak takut sakit perut apa?" timpal Dinda, gadis itu bergidik ngeri saat memandang mie ayam Givea.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Where stories live. Discover now