Part 3 : Nebeng (Sudah revisi)

5.6K 654 162
                                    

Happy Reading😊

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Hari ini guru-guru di SMA Karya Bakti sedang ada acara rapat mendadak, sehingga semua siswa-siswi ikut dibubarkan dan pulang lebih awal dari biasanya.

Mereka bersorak kegirangan, hal itulah yang sangat dinanti-nantikan oleh para anak sekolahan yaitu pulang pagi. Entahlah generasi zaman now emang susah ditebak, ingin sekolah namun juga ingin malas-malasan. Ada yang sama?

Para siswa-siswi kini sudah berbondong-bondong mengambil tas mereka. Berlarian keluar kelas menuju ke parkiran untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing yang terparkir dan pulang ke rumah.

Namun beda halnya dengan Givea, yang sekarang sedang panik celingukan di halte bus untuk mencari tebengan. Givea benar-benar bernasib sial karena pulang pagi, karena hari ini mobilnya dibawa oleh adiknya sekolah dan jam segini adiknya itu belum akan bubar dari sekolah.

Mau menelpon papinya Givea juga tidak membawa hp, sedangkan Farah dan Dinda sudah pulang duluan tadi.

"Sial banget sih nasib gue," gerutu Givea sembari menendangi kerikil di bawahnya.

Satu persatu siswa yang berlalu lalang kini menghilang dari pandangannya, mungkin hanya tinggal dirinya saja yang berdiri mondar-mandir di depan halte, Givea bingung harus minta dijemput ataupun menebeng ke siapa.

Hingga akhirnya ada seseorang yang lewat dari arah belakangnya, posisinya Givea juga sedang berjalan mundur dan terjadi tabrakan tak sengaja antara tubuh dua orang tersebut. Givea kehilangan keseimbangan dan jatuh nyungsep di atas tanah, sementara orang tadi masih berdiri tegak diam saja seolah baru menabrak benda mati.

"Kalo jalan tuh liat-liat dong! jadinya gue jatuh nih. Mana nih kaki berdarah lagi," gerutu Givea masih sibuk memandangi kakinya yang tergores batu.

Givea menyeka darah yang keluar menggunakan tissue yang ia keluarkan dari sakunya. Hingga perlahan seseorang mengulurkan tangan untuknya di depan wajahnya. Tanpa menatap orang itu, Givea langsung menerima uluran tangan itu sebagai topangan ia berdiri. Barulah dia bisa fokus menatap siapa yang tadi menabraknya.

Deg.

Givea sudah hampir mengomel, tapi ia urungkan kala melihat siapa yang berada di depannya kini. Padahal tadi ia sudah sempat memaki cowok di depannya, yang tak lain tak bukan adalah Gavin, kakak kelasnya yang selalu memporak-porandakan hatinya.

"Eh, em a-anu kak. Maaf aku tadi nggak sengaja nabrak kakak." Bukannya Gavin yang bicara, kini malah Givea yang meminta maaf duluan, padahal harusnya Gavin juga minta maaf karena membuat kakinya berdarah.

Gavin memutar bola matanya malas. "Gausah sok drama lo! lo tadi nyalahin gue, kan?" balasnya santai tanpa beban.

Givea menepuk jidatnya "Itu tadi anu- aku gatau kalo itu kakak, kirain siswa lain."

"Emang kenapa kalo gue?" potong Gavin cepat sembari menatap tajam Givea.

"Ya aku ga akan maki-maki kakak lah. Masa iya, aku maki-maki orang yang aku cinta." kalimat itu meluncur blak-blakan, tanpa berfikir dengan sebab-akibat yang diucapkannya.

Memang dirinya terkenal seperti itu dari dulu, namun kali ini rasanya dia agak malu mengucapkan kata-kata itu spontan. Sedangkan Gavin tetap menatapnya malas.

Gavin sudah berniat ingin pergi, namun cepat-cepat Givea mencegahnya. "Eh kak Gavin tunggu!"

"Apalagi sih?" tanyanya dengan nada kesal.

Gavin untuk Givea (Tahap revisi)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz