15. EDELWEISS

Mulai dari awal
                                    

"Emang Nathan nggak papa?"

"Iya, yaudah gue pulang dulu. Ntar gue jemput," ucap Nathan kemudian memasang helmnya kembali, lalu melajukan motornya kearah rumahnya.

•••

Kirei sudah bersiap sepuluh menit yang lalu tinggal meminta izin kepada Mamanya.

Gadis itu berjalan kearah kamar orangtuanya, satu fakta yang harus diketahui bahwa Yura sangat melarang Kirei untuk kekamarnya. Kecuali ada Andre dirumah.

Tok ... tok ... tok

"Mama? Ma, buka pintunya Ma," panggil Kirei pelan.

Lama ia berdiri sambil mengetok pintu kamarnya, alhasil tidak ada yang membukakan pintu itu, gadis itu menyerah ia pun mencoba membuka pintu kamar itu yang memang tidak dikunci.

"Mama, Ma─ ." Ucapan gadis itu terpotong tak kala melihat apa yang sebenarnya terjadi didalam kamar itu.

Jantung gadis itu berdegub tak karuan ia tak tahu harus berbuat apa ketika melihat sang Mama tengah tidur sambil berpelukan dengan pria asing dan bukanlah ayahnya.

Bagaimana bisa Yura menyusupkan seorang pria didalam rumahnya, dan sialnya gadis itu lupa jika Girald belum pulang jam segini. Pantas saja.

Kirei bergegas menutup kembali pintu itu, lalu berlari keluar rumahnya, shock kemungkinan terjadi kepada Kirei.

Air matanya tidak dapat dibendung, ingin sekali rasanya Kirei mengadu kepada Papanya. Tapi, gadis itu juga tidak ingin keluarganya hancur karna masalah ini.

Dirinya tahu ini bukan lah masalah sepele yang bisa diselesaikan dengan kepala dingin.

"Aku harus gimana?" Kirei duduk sendirian didepan pagar rumahnya, ia takut untuk masuk kembali kedalam rumahnya.

Dari kejauhan Nathan dapat melihat gadis itu duduk dengan gelisah, rasa penasaran pun datang menghampirinya. Tanpa pikir panjang Nathan menyebrang jalanan lalu menghampiri Kirei yang tampak ketakutan.

"Kiki? Kenapa?" tanya Nathan membantu gadis itu untuk bangun.

"Nggak papa Than, Kiki tadi jatuh disana terus makanya Kiki nangis." Kirei berbohong sambil menunjuk teras rumahnya.

"Lo nggak bohong kan?" Nathan menatap kedua bola mata coklat itu sambil mengelus pipi gadis itu dengan lembut.

"Nathan ayo kita jalan!" seru gadis itu menarik pengelangan tangan pemuda itu.

Nathan merasa ada yang disembunyikan oleh gadis didepannya ini, pertama ia melihat Kirei tengah duduk dengan gelisah didepan gerbang rumahnya, yang kedua gadis itu tampak selesai menangis terlihat dari kedua bola matanya yang sedikit memerah, dan ketiga sifatnya langsung berubah drastis tidak seperti biasanya.

Keduanya sudah sampai didepan danau, seperti biasa Kirei naik keatas pohon yang menghadap langsung kearah danau. Nathan duduk dibawahnya, dirinya tidak bisa memanjat.

Tanpa sengaja air mata lolos dari pelupuk mata gadis itu, matanya kembali berair. Dengan cepat Kirei menghapus jejak air mata itu.

Perasaannya bercampur aduk saat ini, biasanya Kirei akan mengoceh dan banyak bercerita kepada Nathan. Namun saat ini bukan lah waktu yang tepat untuk melakukan itu semua.

"Ki? Kok diem aja?" tanya Nathan seraya melempar batu kerikil kearah danau.

"Than, nanti aja ya pulangnya, Kiki masih mau sama Nathan," lirih Kirei sebisa mungkin membendung air matanya.

Nathan mendongak menatap Kirei lekat, tersirat rasa cemas dan bingung dimata Nathan. Pemuda itu pun tersenyum kemudian mengangguk.

Mata gadis itu menatap kosong kearah danau, sesekali dirinya menghapus air matanya yang selalu turun tanpa diminta.

Brukk!

Kirei melompat turun dari pohon itu lalu berlari kencang kearah danau, mentenggelamkan tubuhnya kedalam sana dan itu membuat Nathan kaget bukan main.

"KIKI!!!" teriak Nathan frustrasi.

Baru saja Nathan ingin menceburkan dirinya masuk kedalam danau itu, Kirei sudah memunculkan kepalanya duluan.

Gadis itu tersenyum sambil mengusap wajahnya dari air. "Kiki nggak papa kok, Kiki seneng bisa main air ... hahaha." Tawa gadis itu pecah dengan tangannya asik menyemburkan air kesana kemari.

Nathan kesal dengan tingkah laku kirei saat ini, bisa-bisanya bikin orang cemas.

"Nathan!! Ayok nyebur sini, dingin banget airnya segerr," teriak Kirei diiringi dengan tertawa namun dibalik tertawa itu ada rasa cemas dan takut.

"Kotor, Ki! Ayok naik, udah mandinya." Tangan Nathan terulur ingin menggapai Kirei yang cukup jauh darinya.

Mau tak mau Kirei harus menuruti ucapan Nathan, sifat ingin menjahili Nathan ia urungkan.

"Baju Kiki basah," ucap Gadis itu polos.

Pemuda itu berdecak ingin sekali rasanya ia menceburkan kembali gadis didepannya ini, bikin kesal saja.

Tangan Nathan terulur merapikan rambut-rambut nakal yang menghalangi penglihatan gadis itu.

"Ayok pulang, terus ganti baju," ucap Nathan menarik tangan Kirei namun gadis itu tak bergeming.

Kirei terpaku mendengar ucapan pulang yang dilontarkan oleh Nathan, dirinya masih takut dengan kejadian tadi. Baru saja ia sedikit lupa Nathan sudah mengingatnya kembali.

Pemuda itu menoleh kearah Kirei dengan alis yang saling bertautan menatap Kirei dengan sorot mata ingin tahu. "Kenapa?"

Gadis itu menggelng pelan dengan kepala menunduk. "Yaudah, kerumah gue aja, ada Mama kok dirumah," ucap Nathan membuat mata Kirei berbinar.

"Ada Mama? Yeay!! Udah lama nggak ketemu," ucap gadis itu girang.

Nathan tersenyum melihat aura kebahagiaan terpancar dari wajah gadis itu.

Mereka berjalan beriringan dengan Kirei yang berbalut jaket pemuda itu, keduanya saling diam namun tangan mereka tak berhenti saling bertautan.

•••

Sudah malam gadis itu belum ingin pulang kerumahnya, gadis itu memakai baju dan celana Nathan. Ia duduk disofa ruang tamu sambil memainkan ponsel dengan tenang.

"Belum mau pulang, Ki?" tanya Nathan, gadis itu menggeleng.

"Gue boleh nanya nggak?" pinta Nathan masih memastikan.

Kirei mengangguk.

Nathan mengusap tenguknya yang terasa dingin sambil menyengir seperti kuda.

"Nggak jadi, Ki. Nanti aja," ucap Nathan membuat Kirei merasa heran.

Kirei menghela nafas lalu segera berpamitan untuk pulang kerumahnya, berlama-lama dirumah Nathan membuatnya sedikit tak enak hati walaupun ada Lusina dirumah itu.

Diperjalanan pulang, jantung gadis itu tak henti-hentinya berdetak sangat cepat sedari tadi, bayang-bayang kejadian tadi siang terekam jelas diotaknya.

Ketika ingin melangkah memasuki rumah mata gadis itu membulat sempurna ketika melihat sebuah kaki perempuan berdiri didepan pintu, ia pun mendongak menatap dengan takut sang Mama dengan wajah penuh amarahnya.

Kirei membuang muka ia tak berani terlalu lama menatap sang Mama, ia pun memilih untuk masuk. Namun, Yura masih menghalangi gadis itu masuk.

"Permisi, Ma." Kirei menautkan kedua tangannya yang bergetar.

"Sampai kamu beritahu kejadian tadi kepada Papa kamu, saya akan lakukan apa saja supaya kamu dibenci oleh semua orang," bisik Yura terdengar horor ditelinga gadis itu.

Dari mana Yura bisa tau?

T B C

EDELWEISS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang