8. EDELWEISS

65 29 18
                                    

Girald tengah memejamkan matanya, namun ia kembali membuka matanya setelah merasakan sentuhan powder brush dipipinya. Ia pun langsung bangun lalu melihat disebelahnya ada sosok Kirei yang tengah menyengir.

Pemuda itu menatap nyalang adiknya, "kamu ngapain si, Ki?" tanya Girald.

"Ya maaf, habisnya Kiki gabut nggak ada temen, mau main sama kak Girald. Tapi, kak Girald nya tidur, yaudah deh Kiki bangunin nya dengan cara kayak gitu hehe." Kirei kembali menyapu pipi Girald dengan powder brush.

"Udah, Ki!" tegas Girald dan Kirei cemberut.

"Kak! Kiki mau nanya deh."

"Nanya apa?" tanya Girald seraya menghapus make up dari wajahnya.

"Kak Girald kenapa masih jomblo sampai sekarang, katanya kak Girald banyak fans, kenapa sampe sakarang gak punya pacar?" tanya Kirei dengan akhir kalimat yang terdengar meledek.

"Oh itu? Gue masih menunggu cinta lama gue kembali," ucapnya lalu masuk ke kamar mandi guna membasuh wajahnya.

Kirei mengikuti langkah kakaknya, berdiri disamping pintu kamar mandi. "Kok Kiki nggak pernah dikasih tau, siapa orangnya!" seru gadis itu geram.

Gadis itu jika terlanjur kepo akan bertanya terus-terusan sampai orang itu mengaku.

"Anak kecil nggak boleh kepo." Girald keluar dari kamar mandi, lalu menjitak kening adiknya.

"Kiki bukan anak kecil!"

"Sekarang gue tanya sama lo dan hati lo itu, lo suka kan sama Nathan?" tanya Girald tersenyum meremehkan.

"Tadi Kiki udah bilang, kalo Kiki nggak suka sama Nathan!" elak Kirei mendapatkan tampolan sayang dari kakaknya.

"Punya adek malu-malu anjing gini amat ya," gumam Girald seraya terkekeh pelan.

Kirei bangkit dari kasur kakaknya, lalu berjalan kearah lemari kakaknya, membongkar lemari besar dihadapan nya. "Kiki ngapain?" tanya Girald.

"Kiki mau cari tau, siapa orang yang suka ma kak Girald ku yang jelek ini!" jawab Kirei, tangannya masih setia membongkar satu persatu pakaian yang ada didalam sana.

Girald menghela nafas. "Mau kamu cari ampe berabad-abad nggak akan ketemu, soalnya orang itu ada didalam hati kakak," ujar Girald terdengar menjijikkan di indra pendengaran Kirei.

"Bodo amad! Mending Kiki kerumah Atan," ucap Gadis itu langsung pergi begitu saja tanpa membereskan pakaian yang ia keluarkan dari dalam lemari sang kakak.

Mata Girald membulat melihat kekacauan dikamarnya, baju-baju berserakan, dan lebih parahnya lagi. Kirei juga membongkar aset berharganya, yaitu pakaian dalam. "KIKI! JANGAN KABUR LO!" teriak Girald.

•••

"Aduh, capek."

Kirei yang tengah duduk disofa ruang tamu milik Nathan, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan nya pelan.

"Loh, Ki? Kok nggak bilang kalo mau kesini?" tanya Nathan lalu duduk disamping gadis itu.

"Emangnya harus kasih tau Atan dulu gitu?"

"Sejak kapan lo manggil nama gue Atan?" tanya Nathan memastikan.

"Dih? Suka-suka aku dong!" seru Kirei dengan tangan disilangkan diatas dada.

"Hm." Nathan hanya bergumam, tangannya meraih ponsel yang sedari tadi tergeletak diatas meja.

Kirei tak mempedulikan Nathan yang mencuekinya, ia sudah terbiasa dengan sikap Nathan yang kadang-kadang berubah kepadanya.

Lama mereka dalam kesibukan masing-masing, hingga akhirnya gadis itu merasa bosan. Kirei menumpu,'kan dagunya di bahu Nathan.

"Mama Lusina kemana Than?" tanya Kirei tiba-tiba.

Gadis itu sangat sering memanggil mamanya Nathan dengan sebutan 'Mama', jadi jangan salah jika gadis itu sering seperti itu.

"Kerja." Nathan masih sibuk dengan ponselnya tanpa menoleh sedikit pun kepada gadis disampingnya itu.

"Kerja terus, gak capek apa? Kangen tau sama Mama Lusina," ucap Kirei dengan tangannya sekarang ia lingkarkan diperut Nathan.

Cowok itu memberhentikan aktivitasnya, menaruh ponsel diatas meja lalu mengelus kepala sahabatnya dengan lembut.

"Papa gue udah nggak ada, Ki. Jadi wajar aja kenapa mama sering pulang malem dan sering gak ada waktu buat gue," jelas Nathan tersenyum simpul.

"Eghh ... Than, maksud aku nggak gitu, maafin aku gara-gara aku, kamu jadi sedih kek gini." Kepala gadis itu menunduk takut─ takut melukai hati sahabatnya sendiri.

"Nggak papa Kali, Ki. Udah jangan sedih gue nggak marah kok," ucap Nathan membawa kepala gadis itu didalam dekapan hangatnya.

"Ihh ... bau, ketek kue ketan bau terasi." Gadis itu menjauhkan dirinya seraya menutup hidungnya rapat-rapat, hingga suaranya menjadi sedikit kecil.

"Siapa yg lo bilang kue ketan sama bau terasi?" tanya Nathan tersenyum jahil.

"Yang nanya."

"Rasain nih!" seru Nathan menggelitiki perut dan pinggang gadis itu sampai Kirei mengaduh minta ampun.

•••

Kedua remaja itu kini tengah menikmati pemandangan dari atas pohon dan tentu saja Kirei lah yang membantu Nathan naik ke atas pohon, lalu duduk disamping gadis itu.

"Atan kok, sampe sekarang gak bisa manjat?" tanya Kirei masih terus mengunyah snack yang mereka beli sebelum datang ke tempat ini.

"Gue takut Ki, gue masih trauma sama kejadian dimasa lalu."

"Kejadian apa? Kok aku nggak pernah dikasih tau sih," tanya Kirei menoleh sebentar kearah sahabatnya itu yang tampak takut-takut ketika melihat kebawah.

"Belum saatnya gue cerita," jawab Nathan.

Gadis itu mendengus kesal, setiap ada hal penting seperti ini pasti Nathan tidak akan memberitahu nya. Kirei melonjat turun dari atas pohon yang tidak terlalu tinggi, meninggalkan Nathan yang masih berdiam diri disana.

"Oi Ki?! Kok gue ditinggal, gimana caranya gue turun?"

"Ish, lompat aja nggak tinggi kok itu!" seru Kirei dengan tangan diatas pinggang.

Bruk

"Aduh, pinggang ku sakit," ringkis Kirei dan Nathan menindih tubuh kecilnya.

Cowok itu hanya terkekeh pelan, lalu membantu sahabatnya bangun dari baringnya, membersihkan tubuh mereka yang sedikit kotor.

"Maafiin gue, Ki. Gak sengaja itu," ucap Nathan dan Kirei pun mengangguk.

Kedua remaja itu saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya tawa mereka pecah, lantaran snack yang berada ditangan Nathan direbut paksa oleh ayam yang berdatangan entah dari mana.

Mereka memutuskan untuk jalan-jalan ketempat lain, lagi pula hari juga masih siang, belum terlalu sore dan juga awan sedikit redup tidak panas seperti biasanya.

Sesampainya di mal, Kirei tak henti-hentinya menarik tangan pemuda itu, yang ditarik pun hanya bisa pasrah menahan malu. Ingin rasanya Nathan membuang gadis didepannya ini di pinggir jalan.

"Pelan-pelan aja Ki, emangnya ngapain sih kesini?" tanya Nathan sambil terus mengekor dibelakang gadis itu.

"Atan mah, buat apa kita jauh-jauh kesini kalo nggak jajan:v," jawab Kirei menyengir menampakan deretan gigi putihnya.

"Pake uang siapa?"

"Uangnya Nathan dong!" seru gadis itu girang.

Hati Nathan menghangat ketika melihat pemandangan didepannya ini, ia tak marah ketika Kirei berkata seperti itu yang penting baginya adalah sahabatnya tak lagi merajuk dengannya dan juga dirinya sangat senang melihat Kirei tertawa seperti tadi.

T B C

EDELWEISS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang