7. EDELWEISS

76 33 27
                                    

Malam itu Girald tidak pulang, Kirei sangat cemas dengan keberadaan sang kakaknya, dirumah sendirian dengan asisten beserta supirnya sangatlah tidak menyenangkan.

"Kak Girald kemana sih? Kirei takut tauu, dirumah sendirian," ucapnya lalu duduk disofa ruang tamu seraya memeluk lututnya.

Satu jam berlalu dengan cepat, Kirei sedari tadi sudah berusaha untuk tetap membuka matanya, karna disebabkan capek beraktivitas disekolah, membuatnya sedikit mengantuk.

Beberapa kali Kirei menepuk pelan pipinya agar tidak tertidur, namun masih saja rasa kantuk itu tidak hilang sepenuhnya.

Gadis itu frustrasi dengan kakaknya yang belum kunjung pulang sampai larut malam seperti ini, telpon dan chat sudah gadis itu lakukan. Namun, tak ada respon sama sekali.

Meminta bantuan Nathan ditengah malam seperti ini tidak lah mudah untuk dilakukan, lagi pula gadis itu sangat tahu jika Nathan jam segini sudah molor diatas kasurnya.

Jangan ditanya dari mana Kirei tahu semua hal tentang Nathan, tapi satu hal yang gadis itu tidak tahu. Yaitu, kasih sayang yang diberikan Nathan kepadanya, walaupun cuma dianggap sebagai sahabat. Akan tetapi rasanya sangat aneh jika hanya seperti itu saja.

"Kak Girald kemana sih? Kalo kak Girald gak pulang lima menit lagi, Kirei otw telpon papa! Padahal 'kan kak Girald udah janji buat jagain dan jadi babu Kirei, eh canda babu," gumam Kirei dalam hati.

Gadis itu memutuskan untuk berbaring disofa panjang ruang tamunya, berbekal dengan selimut dan hanya bantal kecil menjadi teman dikala gadis itu tengah menunggu sang kakak pulang.

Tap tap tap.

Suara langkah kaki yang lumayan keras suaranya, mengusik tidur gadis itu. Malam yang sunyi membuat suara-suara kecil menjadi sangat besar dan terdengar jelas.

"Kirei? Ngapain kamu tidur disini?" tanya Girald sok-sok tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kak Girald?" panggilnya lalu mengucek matanya agar tidak kabur.

"Iya?"

"Kakak kemana aja?! Kirei dari tadi nungguin kak Girald, hampir aja Kirei aduin kakak sama papa," ucap Kirei.

"Tadi kak Girald, cuma kumpul-kumpul aja kok sama temen-temen," tuturnya seraya mengusap tenguknya dengan cengiran khasnya.

"Bodo amat! Kirei mau tidur," sentaknya lalu bangkit dari duduknya dengan selimut masih menyelimuti tubuhnya.

•••

Embun dan bau tanah dipagi hari menyusup masuk di indra penciuman gadis yang tengah tertidur dengan nyenyaknya.

"Siapa yang buka jendela kamar Kirei," gumamnya menggigil sebab angin sepoy-sepoy masuk kedalam kamarnya, dingin menusuk pori-pori kulit gadis itu.

"Huaa dingin!" pekiknya langsung meloncat dari atas kasur.

"Astagfirullah, kaget." Girald mengelus dadanya karna sedari tadi dirinya memperhatikan keluar jendela adiknya, sehingga bunyi nyaring Kirei membuat kepalanya terbentur dengan sisi jendela.

Kirei mengerjap polos lalu tanpa aba-aba, dirinya langsung menuju masuk  ke kamar mandi.

"Haduh Kirei," gumam Girald, hanya bisa geleng-geleng kepala saja. Dirinya memilih untuk beranjak keluar dari kamar adiknya.

10 menit gadis itu berkutik dengan seragam dan dandanannya yang masih acak-acakan, rautnya pun terlihat sangat panik.

"Kak Girald sih kenapa nggak bangunin Kirei, sekarang udah jam tujuh lewat," rengek Kirei, dirinya masih mencoba memasang dasinya yang sedari tadi sangat sulit terpasang.

EDELWEISS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang